Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengenal Ngamuk-amukan, Tradisi Perang Api di Desa Adat Padang Bulia

Kompas.com - 16/10/2022, 16:34 WIB
Puspasari Setyaningrum

Editor

KOMPAS.com - Desa Adat Padang Bulia di Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng memiliki sebuah tradisi unik yaitu perang api yang dikenal dengan nama Ngamuk-amukan.

Tradisi Ngamuk-amukan atau Meamuk-amukan adalah perang api dengan menggunakan prakpak/danyuh (istilah setempat untuk daun kelapa kering) yang dibakar, untuk kemudian diadu oleh dua orang secara bersamaan.

Baca juga: Mengenal Gebug Ende, Tradisi Mohon Hujan dari Karangasem

Waktu pelaksanaan tradisi Ngamuk-amukan di Desa Adat Padang Bulia adalah pada waktu pengrupukan Tilem Kesanga yaitu satu hari sebelum Catur Brata Penyepian atau Hari Raya Nyepi.

Baca juga: Mengenal Kain Poleng, Kain Bermotif Kotak Hitam Putih yang Lekat dengan Budaya Bali

Tradisi Ngamuk-amukan yang dilakukan menjelang Hari Raya Nyepi bertujuan agar pelaksanaan Catur Brata Penyepian dapat berjalan dengan baik, tanpa membawa rasa dendam dan amarah dalam menyambut Tahun Baru Saka.

Baca juga: Mengapa Bunga Kamboja Sangat Lekat dengan Kehidupan Masyarakat Bali?

Dilansir dari laman Dinas Kebudayaan Kabupaten Buleleng, tradisi Ngamuk-amukan umumnya dilaksanakan sore hari atau sandikala, selesai pelaksanaan upacara mecaru pada tingkat rumah.

Biasanya pengrupukan dilaksanakan dengan menyebar-nyebar nasi tawur, serta mengobori-obori rumah dan pekarangan dengan membakar danyuh.

Selain itu, kegiatan juga dilakukan dengan memukul beberapa benda (umumnya kentongan) sampai membuahkan nada ramai serta berkesan berisik.

Tingkatan ini dilaksanakan buat menyomia Buta Waktu dari lingkungan rumah, pekarangan, serta sekitar lingkungan.

Oleh warga Desa Padang Bulia, danyuh yang sudah selesai digunakan pada upacara mecaru atau mebuu-buu di masing-masing rumah akan dibawa keluar untuk pelaksanaan tradisi Ngamuk-amukan atau perang api.

Danyuh yang akan digunakan akan diikat menyerupai sapu, atau masyarakat setempat menyebutnya mapuput.

Dalam pelaksanaannya, tidak ada banten istimewa yang digunakan saat tradisi ini berjalan, karena sudah dirangkaikan dengan banten pecaruan atau mebuu-buu.

Sebelum acara berlangsung, ratusan warga akan keluar rumah dan berkumpul untuk menyaksikan tradisi ini.

Tradisi Ngamuk-amukan sendiri merupakan tradisi yang sakral dan dipercaya memiliki sifat magis karena danyuh yang dibakar dianggap sebagai cerminan simbol Dewa Agni.

Secara filosofis, danyuh yang tersulut api pada tradisi Ngamuk-amukan melambangkan amarah yang ada dari dalam diri manusia yang apinya jadi membesar kemudian mati dengan cepat.

Hal ini bermakna supaya manusia tidak menaruh amarah dendam yang lama, seperti danyuh yang dibakar tersebut.

Meski disebut dengan perang api, dalam pelaksanaan tradisi Ngamuk-amukan tidak ada yang menang maupun kalah.

Kedua orang yang melakukan tradisi ini pun sudah diyakinkan bahwa masing-masing tidak memiliki sentimen pribadi atau menaruh rasa dendam.

Selain itu, terdapat hal yang unik dari tradisi ini karena meski peserta tidak menggunakan alat pengamanan yang memadai namun tubuh mereka jarang sekali terluka walaupun terkena api.

Sumber:
disbud.bulelengkab.go.id -1
disbud.bulelengkab.go.id -2

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Apple Academy Akan Dibuka di Bali, Pj Gubernur: Kita Bersyukur

Apple Academy Akan Dibuka di Bali, Pj Gubernur: Kita Bersyukur

Denpasar
Prakiraan Cuaca Denpasar Hari Ini Jumat 19 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Denpasar Hari Ini Jumat 19 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Denpasar
Imbas Erupsi Gunung Ruang, 2 Penerbangan dari Bali ke Jepang dan China Dibatalkan

Imbas Erupsi Gunung Ruang, 2 Penerbangan dari Bali ke Jepang dan China Dibatalkan

Denpasar
Ketebalan Tutupan Es di Puncak Jaya Berkurang 4 Meter, BMKG: Kemungkinan Terkait El Nino

Ketebalan Tutupan Es di Puncak Jaya Berkurang 4 Meter, BMKG: Kemungkinan Terkait El Nino

Denpasar
Pamit Perbaiki Motor, Pria Lanjut Usia di Bali Ditemukan Tewas di Area Kuburan

Pamit Perbaiki Motor, Pria Lanjut Usia di Bali Ditemukan Tewas di Area Kuburan

Denpasar
Bayar Makan Semaunya dan 'Overstay' di Bali, WN Aljazair Ditangkap Imigrasi

Bayar Makan Semaunya dan "Overstay" di Bali, WN Aljazair Ditangkap Imigrasi

Denpasar
Prakiraan Cuaca Denpasar Hari Ini Kamis 18 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Berawan

Prakiraan Cuaca Denpasar Hari Ini Kamis 18 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Berawan

Denpasar
'Baby Sitter' di Bali Syok, Uang Rp 36,9 Juta di Rekeningnya Terkuras dan Tersisa Rp 800.000

"Baby Sitter" di Bali Syok, Uang Rp 36,9 Juta di Rekeningnya Terkuras dan Tersisa Rp 800.000

Denpasar
Gudang Rongsokan dan Besi Baja di Bali Terbakar Diduga akibat Korsleting

Gudang Rongsokan dan Besi Baja di Bali Terbakar Diduga akibat Korsleting

Denpasar
Asita Bali Ungkap 153 Agen Wisata di Bali Masih Tutup Terdampak Covid-19

Asita Bali Ungkap 153 Agen Wisata di Bali Masih Tutup Terdampak Covid-19

Denpasar
Prakiraan Cuaca Denpasar Hari Ini Rabu 17 April 2024, dan Besok : Pagi ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Denpasar Hari Ini Rabu 17 April 2024, dan Besok : Pagi ini Hujan Ringan

Denpasar
Toko Alat Printer di Bali Ludes Terbakar, Kerugian Rp 4 Miliar

Toko Alat Printer di Bali Ludes Terbakar, Kerugian Rp 4 Miliar

Denpasar
Prakiraan Cuaca Denpasar Hari Ini Senin 15 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Denpasar Hari Ini Senin 15 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah Berawan

Denpasar
Perwira TNI yang Dilaporkan Selingkuh Dinonaktifkan

Perwira TNI yang Dilaporkan Selingkuh Dinonaktifkan

Denpasar
2 Kapal Navigasi Dikerahkan untuk Angkut Penumpang Arus Balik dari Pulau Terluar Sumenep

2 Kapal Navigasi Dikerahkan untuk Angkut Penumpang Arus Balik dari Pulau Terluar Sumenep

Denpasar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com