Salin Artikel

BMKG Minta Penerbangan di Bali Waspada Potensi Awan Kumulonimbus

DENPASAR, KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Wilayah III Denpasar menyebut wilayah Bali berpotensi terbentuk awan kumulonimbus.

Awan ini terbentuk akibat dampak dari siklon tropis seroja.

Untuk itu, pesawat udara atau maskapai yang melintas di Bali diminta waspada terkait adanya awan kumulonimbus ini.

"Untuk penerbangan yang berbahaya memang kondisi cuaca di mana ada pembentukan awan kumulonimbus," kata Kepala Bidang Data dan Informasi BMKG Wilayah III Denpasar Iman Faturahman, saat dihubungi, Kamis (8/4/2021).

Awan ini, kata Iman, bisa menyebabkan angin kencang. Kemudian, ketebalan awan akan mengganggu jarak pandang.

"Dengan adanya awan ini ada kemungkinan angin kencang dan bisa mengganggu rute pesawat, jarak pandang pendek," kata dia.

Untuk itu, maskapai atau pesawat diminta lebih waspada saat melintas di Bali.

Iman menuturkan, awan kumulonimbus terbentuk dampak dari siklon tropis seroja.

Dampak dari adanya awan ini yakni cuaca buruk seperti hujan lebat dan angin puting beliung.


"Biasanya awan ini diringi cuaca ekstrem, hujan deras dan petir angin kencang. Bahkan, tak jarang terbentuk angin puting beliung," ujar dia.

Iman mengatakan, kondisi ini akan terjadi dalam tiga hari ke depan atau sampai 11 April 2021.

Adapun wilayah yang masuk kategori waspada di Bali yakni Tabanan (Baturiti), Bangli (Kintamani), Klungkung, Karangasem (Kubu dan Abang), dan Badung utara (petang).

Siklon tropis seroja ini, menurut Iman sudah menjauh dari NTT dan bergerak ke arah barat daya tepatnya ke Samudera Hindia.

Meski demikian, pertemuan angin di Jawa dan Bali ini membuat potensi cuaca buruk di wilayah ini masih terjadi.

"Berdasarkan posisi menjauh dari Indonesia, berada di selatan Jawa-Bali. Efek melemah, namun masih ada akibat lain yakni pertemuan angin di sepanjang Jawa-Bali," kata dia.

https://denpasar.kompas.com/read/2021/04/08/181357578/bmkg-minta-penerbangan-di-bali-waspada-potensi-awan-kumulonimbus

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke