Salin Artikel

17 Anak di Bali Terserang Gangguan Ginjal Akut Misterius, 11 Meninggal

Dari jumlah kasus itu, 11 di antaranya meninggal dunia dan masih berusia di bawah 6 tahun.

Sedangkan sisanya, lima orang anak telah pulang ke rumah masing-masing, dan satu orang masih dirawat.

Didominasi anak di bawah 7 tahun

Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Bali IGN Sanjaya Putra mengungkapkan, penderita gagal ginjal akut misterius ini rata-rata didominasi oleh anak berusia di bawah tujuh tahun.

Sedangkan sisanya lebih kurang tiga atau empat orang di atas enam tahun.

"Dari kita selama ini, kita dapatkan di RSUP Sanglah (Prof Ngoerah) 17 orang (anak), yang meninggal ada 11, sampai saat ini dan sementara ini yang kita rawat itu ada satu orang," kata dia saat ditemui di RSUP Prof Ngoerah Denpasar pada Jumat (14/10/2022).

Meningkat sejak Agustus

Ia mengatakan, dari catatannya, dalam satu bulan hanya ditemukan satu kasus anak yang mengalami gangguan ginjal.

Namun, sejak Agustus 2022, frekuensinya kasus mulai meningkatkan dengan rata-rata dua sampai tiga kasus setiap minggunya.

Sanjaya mengungkapkan, pada umumnya dari 17 kasus ini memiliki gejala yang sama, yakni mengalami gangguan saluran pernapasan dan infeksi saluran pencernaan.

Sedangkan 11 anak yang meninggal ini datang ke RSUP dalam kondisi fungsi ginjal sudah menurun.



Karena itu, ia meminta para orangtua yang memiliki anak kecil untuk selalu memperhatikan kondisi buah hati mereka.

Orantua diminta langsung mengecek ke dokter apabila sudah ada tanda-tanda gelaja gangguan fungsi ginjal dan kondisi anak semakin memburuk.

"Gangguan awalnya itu ada gangguan saluran infeksi napas. Ada infeksi saluran pencernaan dan tidak kencing. Ini yang harus kita waspadai ke depannya. Hati-hati, kalau kita ketemu batuk pilek, mencret, perhatian itu kencingnya bagaimana. Kalau sudah 12 jam pampers masih kosong. Perlu dicek ini," kata dia.

"Pada kasus yang berat, apalagi kalau sudah ada gangguan fungsi ginjal, akan ditentukan hemodialisis (cuci darah). Dari 17, hanya dua yang tidak dihemodialisis. Yang satu kita nilai enggak perlu, yang satu lagi udah pulang," tambahnya.

Sanjaya menambahkan, 11 anak yang meninggal diindikasikan pernah menderita penyakit Covid-19 karena ditemukan adanya antibodi alamiah pada tubuhnya.

Padahal, mereka belum mendapat vaksin Covid-19 karena usia masing-masing masih di bawah enam tahun.

"Enggak bisa pastikan, apakah orangtua kena Covid atau tetangganya, tapi pada umumnya yang kita kaitkan, bukan sebagai penyebab. Dari enam kan enggak diperiksa (antibodi), dari 11 itu antibodinya 1 aja yang negatif, 10 positif. Artinya dia mempunyai kekebalan alamiah. Padahal, dia belum mendapatkan vaksin, berarti dia pernah kena Covid si anak-anak kecil ini," kata dia.

Diteliti dokter RSCM

Dikabarkan sebelumnya, kasus gagal ginjal akut misterius yang terjadi pada anak-anak masih belum diketahui penyebabnya.

Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan, kasus gagal ginjal pada anak saat ini sedang diteliti oleh para dokter di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta.

Menurutn dia, hasil penelitian itu akan dipublikasikan kepada masyarakat dalam waktu dekat.

"Gagal ginjal anak sedang diteliti dokter-dokter RSCM. Sudah ada hasilnya, tapi harus menunggu kesimpulan sebelum kita rilis ke publik," ujar Budi dalam keterangannya pada Rabu (12/10/2022).

https://denpasar.kompas.com/read/2022/10/14/151714178/17-anak-di-bali-terserang-gangguan-ginjal-akut-misterius-11-meninggal

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke