Tjokorda bercerita, saat itu Bali hanya digunakan transit dan satu-satunya hotel adalah Bali Hotel di sekitar Denpasar.
Baca juga: Melihat Lebih Jauh tentang Capella Ubud, Hotel Terbaik Dunia 2020
Sambil menunggu waktu pelayaran selanjutnya, para tamu diajak ke Ubud untuk menikmati keindahan budaya, seni, dan tradisi yang ada di sana.
"Raja Ubud waktu itu Tjokorda Gde Agung Sukawati, ayah saya yang memulai perubahan dan menjadikan Desa Ubud sebagai desa wisata. Dia pula yang menggagas perkumpulan seniman-seniman yang diberi nama Pita Maha. Saat itu sudah mulai dikenal karya seni modern, tapi tetap dengan tidak meninggalkan jati diri Bali," sebutnya.
Perkembangan yang terlihat jelas adalah pada lukisan wayang yang sudah mulai mengenal anatomi tubuh.
Baca juga: Ubud Food Festival 2020 Ditunda Sampai Batas Waktu yang Belum Ditentukan
Belum lagi seni pahat yang awalnya hanya arca sudah mulai ada perkembangan bentuk.
Sang ayah, menurut dia, memberikan kesempatan kepada seniman besar kala itu, seperti Walter Spies, Rudolf Bonnet, Arie Smit, dan Blanco untuk berkarya di Ubud.
Hal tersebut membuat seni di Desa Ubud berkembang dengan pesat. Ubud juga melahirkan seniman besar, yaitu I Gusti Nyoman Lempad.
"Pada masa itu adalah masa penjajahan, tapi Raja Ubud tetap menerima kedatangan orang asing untuk tinggal disini. Berinteraksi dengan orang-orang asli sini menghasilkan karya seni berupa lukisan, pahatan, ukir, patung."
Baca juga: Valentine di Bali, Promo Dinner Romantis di Resor Kawasan Ubud
"Bahkan kediaman raja boleh digunakan untuk menginap bagi wisatawan. Ubud itu semacam vas bunga yang diletakkan di meja dan siapa saja boleh menikmatinya," ucapnya.
Sampai saat ini, wisatawan boleh berkunjung ke Puri Ubud untuk mengambil foto atau menikmati tari-tarian yang digelar di halaman Puri Ubud setiap malam.
Namun, untuk masuk ke dalam tempat tinggal, tamu harus izin terlebih dahulu.
Baca juga: Viral Turis Perancis Tertangkap Tangan Curi Vodka di Ubud
Bukan hanya lukisan, pahatan tapi juga gerbang khas Bali juga diangkut ke Paris.
"Ini semacam membawa seluruh rumah dan isinya ke Perancis dan dampaknya sangat luar biasa bagi perkembangan Ubud. Banyak yang semakin mengenal Bali, khususnya Ubud," jelasnya
Sementara itu, data Museum Puri Lukisan, salah satu museum tertua yang ada di Bali, menyebutkan, beberapa tokoh sempat berkunjung ke Puri Ubud.
Baca juga: Pilihan 6 Penginapan Murah di Ubud Bali, Harga Mulai Rp 200.000-an
Seperti tahun 1962, Robert F Kennedy, Jaksa Agung Amerika Serikat bersama istri.
Saat itu Tjokorda Gde Agung Sukawati menghadiahi lukisan dari Ida Bagus Made Poleng yang berjudul Arjuna Wiwaha.
Kemudian, Ratu Juliana dari Belanda juga berkunjung ke Ubud pada September tahun 1972.
"Saat itu ayah saya menawarkan segelas minuman air kelapa dan crorot jajan tradisional Bali kepada Ratu Juliana. Ada fotonya di museum Puri Lukisan," sebutnya.
Baca juga: 5 Hotel Instagramable di Malang Raya, Ada Nuansa Jepang dan Ubud