BULELENG, KOMPAS.com - Suara bising mesin pencacah terdengar dari sebuah rumah di Jalan Pinangsia, Desa Sambangan, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali, Rabu (2/3/2022) pagi.
Saat itu, pemilik rumah, Kadek Maret Tanayasa (31), tengah mencacah sampah plastik menjadi potongan kecil. Potongan sampah itu akan dia gunakan sebagai bahan baku kerajinan. Mulai dari meja, gantungan kunci, plakat, asbak, hingga pot tanaman.
Di tangan orang terampil seperti Maret, sampah plastik yang masih kerap menjadi persoalan pelik, disulap menjadi barang kerajinan bernilai ekonomis.
Baca juga: Saat Sandiaga Berenang dan Pungut Sampah Plastik di Gili Trawangan...
Bahan baku benda tak terpakai itu dicampur dengan cairan resin untuk dipadatkan. Kemudian, dibentuk menjadi benda kerajinan sesuai dengan yang diinginkan.
Maret mempelajari keterampilan mengolah sampah plastik menjadi kerajinan dari berbagai video tutorial di YouTube. Meski beberapa kali gagal, dia tak menyerah. Ketekunan itu yang kini berbuah manis.
"Belajar bikin dari video YouTube. Awalnya coba-coba, sempat gagal dan diperbaiki lagi. Sampai berhasil. Sekarang sudah ketemu formulanya, dan syukur sudah bisa menghasilkan uang," katanya.
Pria kelahiran 14 Maret 1989 ini mulai menggeluti usaha kerajinan olahan sampah pada tahun 2019 lalu. Berawal dari kejenuhannya sebagai pegawai kantoran dan keinginan untuk merintis usaha sendiri.
Tak murni perhitungan bisnis, Maret menggeluti usaha kerajinan itu juga dilatari oleh keprihatinannya terhadap sampah plastik yang kerap memicu persoalan. Apalagi, dia sering melihat sampah plastik dibuang begitu saja oleh masyarakat dan dianggap tidak memiliki nilai ekonomis.
"Saya sering terpikirkan, masak sampah tidak bisa diolah menjadi barang dan dibuang begitu saja. Saya ingin membuat usaha yang berbeda dari yang lain," kata dia.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.