Bahan baku sampah didapat dari sejumlah bank sampah yang ada di Buleleng. Tak jarang, Maret belusukan ke desa-desa untuk mencari bahan baku sampah plastik yang sudah terpilah di bank sampah.
Awal merintis usahanya, Maret hanya membuat kerajinan asbak dan gantungan kunci. Saat itu, dia tidak mematok harga dan hanya dijual ke teman-temannya. Kini, hasil kerajinan tangannya itu dihargai hingga belasan juta rupiah oleh pembeli.
Baca juga: Hari Raya Nyepi, Belasan Ribu Lampu Jalan di Buleleng Akan Dipadamkan
Bahkan, Maret juga memasarkan hasil kerajinannya di media sosial dan lokapasar. Pesanan datang tak hanya dari wilayah Bali. Kerajinan tangan Maret juga terjual hingga ke wilayah Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi.
"Beberapa kali dapat pesanan dari luar daerah. Seperti pot tanaman berbentuk burung garuda dan biksu. Harganya macam-macam, tergantung ukuran dan variasi. Ada yang Rp 2,5 juta hingga Rp 10 juta," ungkap dia.
Setiap minggu, dia bisa mengerjakan pesanan hingga tiga sampai lima paket. Per paket biasanya terdiri dari lebih dari satu jenis kerajinan.
Baca juga: Emak-emak Serbu Minyak Goreng di Pasar Murah Buleleng, 2.500 Liter Habis dalam Hitungan Jam
"Sekarang lagi pandemi ini, pesanan agak jarang. Paling beberapa saja," katanya.
Selain mengolah sampah plastik, Maret juga membuat kerajinan berbahan fiberglass dan jerami. Bahan fiberglass digunakan untuk pot dengan beragam bentuk. Sedangkan jerami digunakan untuk membuat plakat.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.