BULELENG, KOMPAS.com - Kabar sejumlah Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Bali yang terkatung-katung di Turki, menjadi sorotan.
Para pekerja migran ini diduga menjadi korban penipuan oleh agen penyalur tenaga kerja. Mereka diberangkatkan untuk bekerja ke Turki menggunakan visa liburan.
Namun, pekerjaan yang mereka dapat di sana tak sesuai yang dijanjikan. Bahkan, mereka juga ditempatkan di sebuah losmen yang jauh dari kata layak oleh agen.
Baca juga: UPDATE Covid-19 di Jatim, DIY, Bali, NTB, NTT, Kalbar, dan Kalsel 14 Maret 2022
Salah satu orangtua PMI di Turki, Putu Sumerta (45) menuturkan, awalnya dia didatangi oleh seorang agen bernama Komang Puja Rasmiasa.
Sumerta didatangi agen di rumahnya di Desa Sambangan, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali, sekitar November 2021 lalu.
Sumerta dikenalkan dengan agen itu oleh salah seorang keluarganya.
Agen tersebut menawarkan untuk merekrut anak Sumerta yang bernama Komang Yudi Arnawa Putra (21), untuk bekerja sebagai tenaga house keeping di Turki.
Baca juga: Pekerja Migran Asal Buleleng Terkatung-katung di Turki, Polisi Turun Tangan
Agen meminta biaya Rp 25 juta per orang untuk pemberangkatan ke Turki. Agen juga menjanjikan fasilitas apartemen untuk anaknya yang akan bekerja di sana.
"Daripada anak saya diam di rumah, tidak bekerja. Saya ikutkan saja biar kerja di Turki," kata Sumerta, ditemui Selasa (15/3/2022).
Sumerta menyerahkan uang sebesar Rp 50 juta kepada agen. Uang itu untuk biaya pemberangkatan anaknya, Yudi Arnawa, dan keponakannya yang bernama Putu Septiana Wardana (31).
Baca juga: Soal Pekerja Migran Asal Bali Terkatung-katung di Turki, Koster: Mereka Akan Dipulangkan
Mulanya, Sumerta mengaku tak memiliki uang sebanyak itu. Namun dia mengusahakan dengan mencari pinjaman uang ke Lembaga Perkreditan Desa (LPD) Adat Sambangan sebesar Rp 40 juta.
Bahkan, dia juga merogoh tabungan dan mencari pinjaman lain ke keluarga. Hingga berhasil terkumpul sebanyak Rp 70 juta.
"Rp 50 juta saya serahkan ke agen. Rp 20 juta sisanya saya berikan kepada anak saya dan keponakan untuk bekal berangkat," katanya.
Sang anak dan keponakan pun berangkat dan tiba di Turki pada pada 10 Desember 2021.
Baca juga: Cerita Pekerja Migran Terkatung-katung di Turki, padahal Sudah Setor Rp 25 Juta ke Agen
Namun visa yang digunakan bukan visa kerja, melainkan visa liburan. Padahal, di perjanjian awal, mereka akan diberangkatkan dengan visa kerja.
"Anak dan keponakan saya sekarang sudah punya izin tinggal, sudah bukan pakai visa liburan lagi. Bikinnya dengan uang pribadi, bukan dari agen," kata dia.
Setibanya di Turki, puluhan pekerja migran ini ditempatkan di sebuah losmen yang ukurannya sangat sempit dan jauh dari kata layak.
Agen berdalih, losmen itu digunakan sebagai tempat karantina sementara. Namun masa karantina yang dijalani cukup lama hingga 19 hari.
Belakangan diketahui, ternyata pihak agen baru mencarikan pekerjaan untuk para PMI tersebut.
Baca juga: Turki Berharap Warganya yang Berlindung dalam Masjid di Ukraina Bisa Segera Diselamatkan
Yudi Arnawa baru mendapatkan pekerjaan di sebuah hotel setelah terkatung-katung hampir sebulan lamanya.
Dia bekerja di hotel tersebut selama satu bulan dengan upah yang diterima sekitar 3.000 lira atau sekitar Rp 2,5 juta.
"Saya tidak tahu waktu itu anak saya kerja di hotel bagian apa. Dia kerja di hotel selama kurang lebih satu bulan dapat upah 3.000 lira," katanya.
Baca juga: Koster: Bali Kedatangan 500 PPLN Per Hari sejak Bebas Karantina
Menurut Sumerta, sang anak hanya sebulan bekerja di hotel. Dia kemudian dirumahkan. Pihak hotel melakukan pengurangan pegawai lantaran Turki saat itu diterjang hujan salju.
Akibatnya, Yudi Arnawa pun kembali menganggur selama sebulan lebih.
Dia sempat menuntut kepada pihak agen untuk dicarikan pekerjaan. Namun permintaan itu tak kunjung dipenuhi.
Merasa jengah, Yudi Arnawa pun akhirnya nekat mencari pekerjaan sendiri di Turki. Kini dia bekerja di salah satu hotel sebagai tenaga kebersihan.
Baca juga: Soal Pekerja Migran Asal Bali Terkatung-katung di Turki, Koster: Mereka Akan Dipulangkan
"Baru beberapa hari ini mulai dapat kerjaan di hotel sebagai tenaga kebersihan. Pekerjaan itu dia cari sendiri, bukan lewat agen," ketusnya.
Menurut Sumerta, sang anak untuk sementara ini masih ingin bekerja di sana. Dia pun meminta kepada sang anak untuk tidak perlu mengirimkan uang ke rumah.
"Untuk kebutuhan di sana saja. Yang penting tidak telantar, pulang atau tidak itu terserah anak saya," tutup Sumerta.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.