BADUNG, KOMPAS.com - Petugas Bea dan Cukai Ngurah Rai, Bali, menggagalkan penyelundupan narkotika jenis hasis seberat 1,6 kilogram yang dikemas dalam bentuk permen dan cokelat.
Hanya saja, narkotika yang dikirim melalui jasa ekspedisi dari Amerika Serikat dengan alamat tujuan Ubud, Gianyar, Bali, itu menggunakan alamat palsu.
Baca juga: Selundupkan Ganja Cair ke Bali, Guru Asal Amerika Serikat Terancam 15 Tahun Penjara
Polisi hingga kini masih kesulitan mencari pelaku yang berperan sebagai penerima barang terlarang tersebut di Bali.
"Alamat penerima fiktif alias palsu jadi kita kesulitan. Tapi wilayah penerimanya di kawasan Ubud Gianyar," ujar Kasat Reserse Narkoba Polres Gianyar AKP I Gusti Ngurah Jaya Winangun dalam keterangan tertulis, Jumat (12/8/2022).
Ia mengatakan, setelah mendapat informasi dari pihak bea dan cukai, polisi kemudian melakukan penyelidikan.
Baca juga: Cabuli Pelajar SMA di Atas Motor, Pengemudi Ojol di Bali Ditangkap
Namun, saat petugas melakukan control delivery (penyerahan yang diawasi) alamat tujuan paket tersebut tidak ditemukan.
"Saat ini pemilik paket tersebut masih kita dalami," kata dia.
Baca juga: Buat Onar di Bali, Mantan Anggota Marinir Jerman Dideportasi
Kepala Bea Cukai Ngurah Rai Mira Puspita Dewi di Polres Kawasan Bandara Ngurah Rai mengatakan, pengungkapan kasus penyelundupan hasis tersebut pada Mei 2022.
Barang terlarang itu dikirim melalui jasa ekspedisi dan dimasukkan ke dalam kategori makanan.
Namun, dari hasil pemeriksaan laboratorium, ditemukan kandungan narkotika jenis hasis pada makanan ringan tersebut.
"Ini merupakan hasil tangkapan NPP (Narkoba Psikotropika dan Prekursor) yang luar biasa beratnya, 1,6 kg dan ini adalah narkotika Golongan 1 yaitu hasis," kata dia saat ditemui Mapolres kawasan Bandara I Gusti Ngurah Rai pada Jumat.
Menurut dia, narkotika yang dikemas hampir menyerupai makanan ringan tersebut sangat berbahaya apabila diedarkan ke masyarakat dan dikonsumsi oleh anak-anak.
"Ini sangat berbahaya, bentuknya pun juga bentuk permen, cokelat, bentuk kerupuk kering. Ini yang kita enggak tahu anak-anak kita yang kemungkinan bisa saja mengonsumsi itu ini sangat berbahaya," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.