Sebelum permainan, masyarakat akan melakukan ritual sembahyang untuk memohon keselamatan pemain, kelancaran permainan, memberikan kemakmuran, dan memperoleh manfaaat (turun hujan) bagi masyarakat Seraya.
Gebug ende dapat dimainkan dimana saja sesuai kondisi dan tidak ada ketentuan luas area permainan. Permainan dapat menggunakan area seluas enam meter persegi.
Umumnya, masyarakat melakukan tradisi ini di lapangan atau halaman pura yang memiliki permukaan datar.
Lapangan sebagai area permainan akan diberi pembatas dengan tali atau pagar untuk menjaga keamanan pemain dan desakan dari penonton.
Baca juga: Mengenal Rasulan, Tradisi Pasca Panen di Gunung Kidul
Permainan dimulai dengan pembukaan selamat datang kepada penonton dan pemain, di dalamnya terselip nasihat dan aturan main. Dimana, pemain diminta untuk selalu mengedepankan kejujuran dan sportifitas.
Dua wasit yang disebut juru kembar/saya (baca: saye) bertindak sebagai pemimpin pertandingan. Tugasnya adalah mengawasi permainan.
Sebelum permainan dimulai akan dilakukan permainan pendahuluan oleh juru kembar, yang akan memperagakan gebug ende dan memberitahu uger-uger atau batasan yang harus ditaati pemain.
Permainan pendahuluan hanya berlangsung sebentar sebagai pemanasan untuk memberikan semangat dan rangsangan kepada para pemain.
Aturan permainan gubeg ende tergolong sederhana, yaitu:
Biasanya pertandingan akan dimulai dengan pertandingan kelompok anak-anak, kemudian dilanjutkan dengan kelompok dewasa.
Para pemain tampil dengan penuh semangat dan tidak ada ketakutan dari semua pemaian. Rotan ditarikan dengan irigan sorakan penonton dan tetabuhan sehingga suasana semakin semarak.
Baca juga: Tradisi Petik Laut Sendang Biru, Ungkapan Syukur Nelayan di Malang
Selama permainan akan diiringi dengan tetabuhan musik pengiring untuk menyemangati para pemain.
Dalam perkembangannya, gebug ende sering ditampilkan secara komersial, namun permainan tidak dapat direkayasa karena ada kepercayaan jika hal tersebut dilakukan akan membawa petaka.
Kostum pemaian gebug ende sangat sederhana, yaitu bertelanjang dada (tanpa baju),ikat kepala (destar) warna merah merah adalah simbol keberanian), saput hitam putih (poleng), dan kain atau kemben
Permainan gebug ende diiringi dengan musik pengiring yang disebut Tabuh Bebondangan dari alat musik yang terdiri dari sepasang kendang, sepasang reong, ceng-ceng kecil (rincik), dan seruling.