KOMPAS.com - Berbagai ritual masyarakat Hindu di Bali kerap menyita perhatian, salah satunya adalah tradisi Ngurek.
Tradisi Ngurek atau di beberapa daerah disebut Ngunying adalah tradisi yang sangat ekstrem dengan cara menusuk diri sendiri menggunakan keris.
Baca juga: Banyu Pinaruh, Makna dan Waktu Pembersihan Diri Setelah Saraswati
Meski terlihat menegangkan, seseorang yang melakukannya tradisi Ngurek biasanya tidak dalam keadaan sadar atau kerauhan, sehingga mereka tidak merasa kesakitan.
Baca juga: Penjor, Simbol Naga Basuki yang Sakral bagi Umat Hindu di Bali
Ngurek sendiri berasal dari kata "urek" yang memiliki arti melobangi atau menusuk.
Maka dari itu, implementasi yang dilakukan dalam ritual adalah dengan menusuk diri dengan keris, tombak, atau alat lainnya saat berada dalam kondisi kerauhan.
Baca juga: 7 Upacara Adat di Bali, dari Ngaben hingga Galungan
Dalam kepercayaan setempat, tradisi Ngurek erat kaitannya dengan ritual keagamaan yang dipercaya oleh masyarakat Bali sebagai wujud nyata dari pengabdian kepada Sang Hyang Widhi Wasa.
Dikutip dari laman resmi Pemerintah Kota Denpasar, tahapan tradisi Ngurek atau Ngunying terbagi menjadi tiga.
Tahapan pertama adalah Nusdus, yaitu merangsang para pelaku ngurek dengan asap yang beraroma harum menyengat agar segera kerauhan.
Tahapan kedua adalah Masolah, yaitu menari dengan iringan lagu-lagu dan koor kecak atau bunyi-bunyian gamelan
Tahapan ketiga adalah Ngaluwur yaitu mengembalikan pelaku ngurek pada jati dirinya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.