DENPASAR, KOMPAS.com - Komang Anggreni (19), salah satu dari ribuan Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Bali yang terdampak gempa magnitudo 7,8 yang mengguncang Turkiye pada Senin (6/2/2023).
Perempuan asal Desa Menyali, Kecamatan Sawang, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali, ini menceritakan suasana mencekam saat gempa tersebut terjadi.
Ia menuturkan, dia bersama 15 temannya yang juga berasal dari Bali tinggal di lantai 15 di sebuah apartemen di Provinsi Hatay, Kota Iskendurun, Turkiye.
Kala itu, mereka semua dalam kondisi sudah tertidur pulas karena seharian sudah lelah bekerja.
Sekitar jam 4 pagi waktu setempat, tiba-tiba terjadi guncangan yang begitu hebat. Kondisi semakin mencekam lantaran listrik juga ikut padam.
"Kami syok listrik mati, rumah bergoyang, kami ingin lari, namun guncangan gempa sangat keras, dan kami berada dilantai yang lumayan tinggi, posisi kami lelah dan tidak punya tenaga, yang tidak pernah merasakan pasti tidak tau bagaimana rasanya. Bayangkan perasaan kami pada saat itu, diluar hujan badai," kata dia melalui pesan Whatsapp, pada Kamis (9/2/2023).
Anggreni mengatakan, saat gempa itu terjadi mereka memutuskan untuk tetap bertahan di dalam kamar meski dalam keadaan guncangan yang cukup panjang.
Baca juga: M 5,2 Guncang Muarabinuangeun Lebak, Warga Khawatir Ingat Gempa Turkiye
"Beberapa orang yang di sebelah kamar kita melarikan diri pada saat guncangan pertama, berjalan tetapi mereka terluka karena terjatuh di tangga dan bertumpuk-tumpuk, tetapi yang sekamar dengan saya tidak terluka sedikitpun karena kita keluar pada saat guncangan berhenti," kata dia.
Ia mengatakan, karena dalam keadaan panik dia dan teman-temannya keluar dari dalam gedung hanya mengenakan pakaian tidur tanpa memakai sandal. Cuaca saat itu bersalju dan hujan badai, sehingga suhunya dingin.
"Kami panik karena gempa terus ada susulan dan hujan badai terus berjalan, kami sedang berduka, kami kehilangan pekerjaan, beri kami semangat," kata dia.
Anggreni mengungkapkan, gedung apartemen tempat tinggal mereka tidak roboh, hanya mengalami keretakan.
Namun, karena kondisi belum menentu dia bersama lima orang temannya mengungsi ke rumah bos tempat mereka bekerja.
Baca juga: BP3MI Sebut Ada 1.375 Pekerja Migran Asal Bali yang Bekerja di Turkiye
Sedangkan, enam orang untuk sementara berada di tenda pengungsian di sebuah lapangan. Sementara empat orang lainnya sudah dievakuasi pihak Kedutaan Besar RI (KBRI) menuju Provinsi Ankara, Turkiye.
Rencananya, pihak perusahaan mengevakuasi Anggreni dan lima temannya ke Antalya, Istambul atau di Kota Bodrum, Turkiye.
"Sementara ingin tinggal di sini, pada saat ini kami masih memiliki bahan makanan dan agency sudah membantu mengirimi kami uang 300 Lira (sekitar Rp 200 ribuan) per orang dan paket data untuk memberi kabar (keluarga)," kata dia.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.