DENPASAR, KOMPAS.com - Gubernur Bali Wayan Koster mengungkapkan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Regional Sarbagita Suwung, Kota Denpasar, akan disulap menjadi taman kota.
Menurutnya, proyek penataaan tersebut akan dilaksanakan secara bertahap setelah TPA Suwung ditutup secara permanen, pada Desember 2025.
Saat ini, Pemerintah Provinsi Bali masih menunggu revisi Perpres Nomor 35 Tahun 2018 tentang Percepatan Pembangunan Instalasi Pengolah Sampah Menjadi Energi Listrik Berbasis Teknologi Lingkungan.
Setelah itu, Pemprov Bali akan membangun teknologi insenerator berkapasitas besar untuk mengolah sampah di TPA tersebut.
Fasilitas pengolahan sampah ini ditargetan akan beroeprasi pada 2027.
"Kemarin pak Menko (Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan) sudah bilang mudah-mudahan minggu depan selesai. Proses administrasi (Perpres penerapan insenerator) perlu proses waktu 6 bulan," kata Koster, Selasa (12/8/2025).
Baca juga: Pejabat Pemprov Bali Terancam Pidana jika TPA Suwung Tak Ditutup Akhir 2025
"Setelah itu baru mulai konstruksi paling cepat awal 2026 baru konstruksi perlu waktu 1,5 tahun. Jadi mungkin baru bisa beroperasi 2027 pertengahan paling cepat. Kalau sudah itu berjalan, maka sampah habis di sana. Maka kita akan tata menjadi taman kota,"
Ia mengatakan keberadaan TPA Suwung memang tidak layak untuk dipertahankan karena berada di tengah kota dan wilayah ekonomi strategis.
Apalagi, TPA Suwung berada di tengah wilayah Kota Denpasar dan Kabupaten Badung yang merupakan wajah pariwisata Bali.
Baca juga: Ungkap Alasan TPA Suwung Ditutup, Koster: Kadis KLH dan Kepala UPT Akan Dijadikan Tersangka
Di masa transisi ini, lanjut Koster, Pemprov Bali akan menyiapkan alternatif pengelolaan sampah.
Seperti pengelolaan sampah berbasis sumber, TPS3R di desa, dan mengoptimalkan volume TPST untuk kapasitas pengolahan sampah yang lebih besar.
"Kan malu sebagai daerah wisata di tempat pusat kota kok ada tumpukan sampah, sudah nggak baik. Tanpa diperintah oleh menteri KLH pun saya sudah mengatakan nggak layak dari periode pertama," kata dia.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang