Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BERITA FOTO: Tradisi Mandi Lumpur di Bali Usai Nyepi

Kompas.com, 23 Maret 2023, 22:57 WIB
Kristianto Purnomo

Penulis

Sejumlah warga mengikuti tradisi Mebuug-Buugan atau mandi lumpur di Desa Kedonganan, Badung, Bali, Kamis (23/3/2023). Tradisi Mebuug-Buugan yang dilakukan setelah Hari Raya Nyepi tersebut dilakukan sebagai simbol menghilangkan kekotoran atau hal-hal negatif. (ANTARA FOTO/FIKRI YUSUF)
Sejumlah warga bersembahyang bersama saat mengikuti tradisi Mebuug-Buugan atau mandi lumpur di Desa Kedonganan, Badung, Bali, Kamis (23/3/2023). Tradisi Mebuug-Buugan yang dilakukan setelah Hari Raya Nyepi tersebut dilakukan sebagai simbol menghilangkan kekotoran atau hal-hal negatif. (ANTARA FOTO/FIKRI YUSUF)
Sejumlah warga mengikuti tradisi Mebuug-Buugan atau mandi lumpur di Desa Kedonganan, Badung, Bali, Kamis (23/3/2023). Tradisi Mebuug-Buugan yang dilakukan setelah Hari Raya Nyepi tersebut dilakukan sebagai simbol menghilangkan kekotoran atau hal-hal negatif. (ANTARA FOTO/FIKRI YUSUF)
Pemuka agama Hindu memercikkan air suci kepada warga usai mengikuti tradisi Mebuug-Buugan atau mandi lumpur di Desa Kedonganan, Badung, Bali, Kamis (23/3/2023). Tradisi Mebuug-Buugan yang dilakukan setelah Hari Raya Nyepi tersebut dilakukan sebagai simbol menghilangkan kekotoran atau hal-hal negatif. (ANTARA FOTO/FIKRI YUSUF)
0/0
Sejumlah warga mengikuti tradisi Mebuug-Buugan atau mandi lumpur di Desa Kedonganan, Badung, Bali, Kamis (23/3/2023). Tradisi Mebuug-Buugan yang dilakukan setelah Hari Raya Nyepi tersebut dilakukan sebagai simbol menghilangkan kekotoran atau hal-hal negatif. (ANTARA FOTO/FIKRI YUSUF)
Sejumlah warga bersembahyang bersama saat mengikuti tradisi Mebuug-Buugan atau mandi lumpur di Desa Kedonganan, Badung, Bali, Kamis (23/3/2023). Tradisi Mebuug-Buugan yang dilakukan setelah Hari Raya Nyepi tersebut dilakukan sebagai simbol menghilangkan kekotoran atau hal-hal negatif. (ANTARA FOTO/FIKRI YUSUF)
Sejumlah warga mengikuti tradisi Mebuug-Buugan atau mandi lumpur di Desa Kedonganan, Badung, Bali, Kamis (23/3/2023). Tradisi Mebuug-Buugan yang dilakukan setelah Hari Raya Nyepi tersebut dilakukan sebagai simbol menghilangkan kekotoran atau hal-hal negatif. (ANTARA FOTO/FIKRI YUSUF)
Pemuka agama Hindu memercikkan air suci kepada warga usai mengikuti tradisi Mebuug-Buugan atau mandi lumpur di Desa Kedonganan, Badung, Bali, Kamis (23/3/2023). Tradisi Mebuug-Buugan yang dilakukan setelah Hari Raya Nyepi tersebut dilakukan sebagai simbol menghilangkan kekotoran atau hal-hal negatif. (ANTARA FOTO/FIKRI YUSUF)

DENPASAR - Warga Desa Adat Kedonganan, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali, menggelar tradisi Mebuug-buugan (mandi lumpur), bertempat di hutan Mangrove dan pantai Kedongan di Jalan Pura Dalem Kedonganan, Kamis (23/3/2022).

Ratusan warga mulai dari anak-anak hingga orang tua mengikuti tradisi yang dilakukan sehari setelah Hari Raya Nyepi, Tahun Baru Caka 1945, Selasa (22/3/2022) kemarin.

Sebelum melakukan mandi lumpur bersama-sama, warga umat hindu berkumpul di Pura Bale Agung di Kedonganan untuk melakukan persembahyangan memohon keselamatan saat mengikuti jalannya acara.

Sejumlah warga bersembahyang bersama saat mengikuti tradisi Mebuug-Buugan atau mandi lumpur di Desa Kedonganan, Badung, Bali, Kamis (23/3/2023). Tradisi Mebuug-Buugan yang dilakukan setelah Hari Raya Nyepi tersebut dilakukan sebagai simbol menghilangkan kekotoran atau hal-hal negatif.ANTARA FOTO/FIKRI YUSUF Sejumlah warga bersembahyang bersama saat mengikuti tradisi Mebuug-Buugan atau mandi lumpur di Desa Kedonganan, Badung, Bali, Kamis (23/3/2023). Tradisi Mebuug-Buugan yang dilakukan setelah Hari Raya Nyepi tersebut dilakukan sebagai simbol menghilangkan kekotoran atau hal-hal negatif.

Baca juga: Nekat Berkemah di Pantai Purnama Bali Saat Nyepi, Sepasang Kekasih WN Polandia Terancam Dideportasi

Setelah doa-doa dan nyanyian selesai dijalankan. Ratusan warga berjalan bersama-sama tanpa alas kaki menuju hutan bakau. Warga,terutama anak-anak kecil terlihat antusias menikuti tradisi mandi lumpur ini.

Sambil mengolesi tubuh, para warga bersenda gurau mengolesi punggung, dada, wajah, dan kepala. Namun di antara mereka ada juga yang menumpuk lumpur di kepala.

Sejumlah warga mengikuti tradisi Mebuug-Buugan atau mandi lumpur di Desa Kedonganan, Badung, Bali, Kamis (23/3/2023). Tradisi Mebuug-Buugan yang dilakukan setelah Hari Raya Nyepi tersebut dilakukan sebagai simbol menghilangkan kekotoran atau hal-hal negatif.ANTARA FOTO/FIKRI YUSUF Sejumlah warga mengikuti tradisi Mebuug-Buugan atau mandi lumpur di Desa Kedonganan, Badung, Bali, Kamis (23/3/2023). Tradisi Mebuug-Buugan yang dilakukan setelah Hari Raya Nyepi tersebut dilakukan sebagai simbol menghilangkan kekotoran atau hal-hal negatif.

Setelah melumuri badan dengan lumpur, warga menuju ke pantai Kedongan. Di sana, warga melakukan beberapa permainan tradisional.

Menjelang akhir ritual, semua warga mandi di pantai untuk membersihkan dan membasuh badan yang dibalut lumpur.

Baca juga: Kala Bromo Sunyi dari Riuh Wisatawan Saat Nyepi...

Pemuka agama Hindu memercikkan air suci kepada warga usai mengikuti tradisi Mebuug-Buugan atau mandi lumpur di Desa Kedonganan, Badung, Bali, Kamis (23/3/2023). Tradisi Mebuug-Buugan yang dilakukan setelah Hari Raya Nyepi tersebut dilakukan sebagai simbol menghilangkan kekotoran atau hal-hal negatif.ANTARA FOTO/FIKRI YUSUF Pemuka agama Hindu memercikkan air suci kepada warga usai mengikuti tradisi Mebuug-Buugan atau mandi lumpur di Desa Kedonganan, Badung, Bali, Kamis (23/3/2023). Tradisi Mebuug-Buugan yang dilakukan setelah Hari Raya Nyepi tersebut dilakukan sebagai simbol menghilangkan kekotoran atau hal-hal negatif.

Makna tradisi ini adalah untuk membersihkan diri dari kotoran sekaligus menetralisir sifat-sifat buruk setelah menyambut Hari Raya Nyepi.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau