Salin Artikel

Sejarah Istana Tampak Siring Bali, Berdiri Atas Prakarsa Soekarno Setelah Indonesia Merdeka

Istana tersebut berjarak sekitar 40 kilometer dari Denpasar dan berada di ketinggian 700 meter dari permukaan laut.

Tampaksiring, memiliki curah hujan yang cukup tinggi dan berlokasi di atas perbukitan. Sehingga hawa di lingkungan istana cukup sejuk dan cenderung dingin di malam hari, terutama saat musim kemarau.

Pemandangan di sekitar Tampaksiring, sangat indah. Di sebelah utara, terlihat jelas Gunung Batur dan di sebelah timur tampa Gunung Agung.

Istana Tampak Siring berada di atas tanah berbukit dan dikelilingi sawah teras miring.

Menurut sebuah legenda yang terekam pada daun lontar Usana Bali, nama itu berasal dari bekas tapak kaki seorang raja yang bernama Mayadenawa.

Raja Mayadenawa sangat pandai dan sakti mandraguna. Tetapi sayangnya ia bersifat angkara muka.

Raja ini juga menganggap dirinya dewa dan menyuruh rakyatnya untuk menyembahnya.

Akibat dari tabiat Mayadenawa itu, Batara Indra marah dan mengirimkan bala tentaranya untuk menghancurkan Mayadenawa.

Mayadenawa pun lari masuk hutan. Agar para pengejarnya kehilangan jejak, ia berjalan dengan memiringkan telapak kakinya agar pengejarnya tidak mengenali bahwa jejak yang ditinggalkannya itu ialah jejak manusia/jejaknya.

Usaha Mayadewana gagal dan ia ditangkap oleh para pengejarnya.

Sebelum ditangkap, dengan sisa-sisa kesaktiannya ia berhasil menciptakan mata air yang beracun yang menyebabkan para pengejarnya mati setelah meminum air dari mata air tersebut.

Batara Indra kemudian menciptakan mata air yang lain sebagai penawar air beracun tersebut.

Air penawar racun itu kemudian bernama Tirta Empul (bermakna “air suci”).

Kawasan hutan yang dilalui Raja Mayadenawa dengan berjalan di atas kakinya yang dimiringkan itulah yang kemudian dikenal dengan nama Tampak Siring.

Menurut riwayatnya, di salah satu sudut kawasan Istana Tampak Siring, menghadap kolam Tirta Empul di kaki bukit, dulu pernah ada bangunan peristirahatan milik Kerajaan Gianyar.

Namun saat ini di atas lahan tersebut berdiri Wisma Merdeka salah satu bagian Istana Tampak Siring yang pertama kali dibangun.

Pembangunannya dimulai tahun 1957 sampai dengan tahun 1960. Presiden Soekarno adalah tokoh di balik pembangunan istana kepresidenan di Bali.

Kala itu, ia meminta agar ada peristirahatan bagi Presiden Republik Indonesia beserta keluarga dan juga tmu-tamu negara yang berkunjung ke Bali.

Tampaksiring dipilih karena udaranya sejuk dan lokasinya jauh dari keramaian kota sehingga cocok untuk peristirahatan.

Istana Tampak Siring dibangun secara bertahap sejak tahun 1957. Arsiteknya ialah R.M. Soedarsono.

Bangunan pertama berdiri pada tahun 1957 yaitu Wisma Merdeka dan Wisma Yudhistira.

Pembangunan berikutnya dilaksanakan pada tahun 1958.

Selanjutnya untuk kepentingan kegiatan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN XIV, yang diselenggarakan di Bali pada tanggal 7 sampai dengan 8 Oktober 2003, dibangun gedung baru beserta fasilitas-fasilitasnya untuk pelaksanaan konferensi.

Selain itu juga dilakukan renovasi Balai Wantilan.

Selain tanah dan bangunan, Istana Kepresidenan Tampak Siring juga memiliki hewan peliharaan kijang yang berasal dari Istana Bogor.

Ada dua jenis kijang di Tampaksiring yaitu Kijang Totol dan Kijang Bawean.

Istana Kepresidenan Tampak Siring memberikan kenyamanan kepada para pengunjungnya dengan membangun pintu masuk tersendiri yang dilengkapi dengan Candi Bentar, Kori agung, serta Lapangan Parkir berikut Balai Bengongnya.

Tamu negara lainnya yang pernah menginap di Tampak Siring adalah Presiden Ne Win dari Birma (sekarang Myanmar), Presiden Tito dari Yugoslavia, Presiden Ho Chin Minh dari Vietnam, Perdana Menteri Nehru dari India, Perdana Menteri Khruschev dari Uni Soviet, Ratu Juliana dari Negeri Belanda, dan Kaisar Hirohito dari Jepang.

Salah satu bagian dari Istana Kepresidenan Tampak Siring yaitu Wisma Merdeka.

Pada masa Kepresidenan pertama Republik Indonesia, tempat ini difungsikan sebagai tempat Presiden Soekarno dalam mencari inspirasinya, merumuskan pemikiran-pemikiran, serta menuliskan pidato-pidatonya.

Seiring berjalannya waktu, fungsi dari Istana Kepresidenan Tampaksiring mengalami perkembangan.

Selain sebagai tempat pelaksanaan kegiatan-kegiatan Kepresidenan, Istana Kepresidenan Tampak Siring juga berfungsi sebagai tempat pariwisata.

Masyarakat umum dapat mengunjungi Istana Tampaksiring dalam waktu-waktu tertentu.

https://denpasar.kompas.com/read/2021/03/07/155500478/sejarah-istana-tampak-siring-bali-berdiri-atas-prakarsa-soekarno-setelah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke