Salin Artikel

Apa Itu Nyepi dan Mengapa Tidak Boleh Keluar Rumah?

DENPASAR, KOMPAS.com - Hari Raya Nyepi tahun baru Caka 1943 akan jatuh pada Minggu (14/3/2021).

Menjelang Nyepi, umat Hindu di Bali mulai mempersiapkan diri menjalani serangkaian persembahyangan.

Kemudian, saat Nyepi umat Hindu akan melakukan empat atau catur brata penyepian selama 24 jam.

Ketua PHDI (Parisadha Hindu Dharma Indonesia) Bali, I Gusti Ngurah Sudiana menuturkan, Nyepi berasal dari kata sepi atau hening dengan tujuan mencari keharmonisan dan kedamaian.

Melalui Nyepi, manusia diminta mengevaluasi diri dan merenung tentang apa yang sudah dilakukan untuk diperbaiki di kemudian hari.

Renungan tersebut dilakukan selama 24 jam atau dikenal dengan catur brata penyepian, yakni amati geni atau tidak menyalakan api, amati karya atau tidak bekerja, amati lelungan atau tidak bepergian, dan amati lelanguan atau tidak bersenang-senang.

"Secara filisofis jangan mengobarkan hawa nafsu jadi Nyepi adalah untuk mengendalikannya," kata Sudiana, saat dihubungi, Rabu (10/3/2021).

Saat Nyepi, manusia dilarang bekerja hingga bepergian dan diminta beristirahat.

"Jadi, evaluasi kerjaan apa yang sudah dikerjakan sebelumnya, kalau ada yang kurang baik kurang sempurna diperbaiki, jangan mengambil kerjaan yang negatif," kata dia.

Kemudian, tidak boleh mengumbar hawa nafsu dengan dilarang bersenang-senang saat Nyepi.

"Jangan mengumbar hawa nafsu dan terbuai oleh kenikmatan yang tidak penting sehingga saat Nyepi bisa terpusat kepada Tuhan," kata dia.

Jadi, Nyepi juga adalah untuk melakukan penyucian Buana Alit (manusia) dan Buana Agung (alam dan seluruh isinya).


Rangkaian Nyepi dimulai dengan Melasti yang dilakukan mulai Kamis 11 Maret 2021 hingga Sabtu 13 Maret 2021 mendatang.

Melasti ini tujuannya memohon air kehidupan kepada Dewa Penguasa Samudra yang disebut Tirta Kamandalu dan Amerta.

Juga untuk menghanyutkan semua semua kekotoran dunia, baik alam semesta (buana agung) dan diri sendiri (buana alit).

Dengan harapan hanyutnya kekotoran dunia maka akan terjadi keseimbangan.

Pada saat pandemi Covid-19, melasti dilakukan dengan jumlah peserta terbatas yakni 20-30 orang.

Biasanya melasti dilakukan di Pura atau Ngubeng, di danau, campuan (pertemuan dua sungai), dan di tempat air suci pura taman atau beji.

Melasti adalah rangkaian pertama, kemudian dilanjutkan tilem kesanga tanggal 13 yang bermakna menyucikan.

"Penyucian terhadap aspek negatif (buta) alam semesta dan mengembalikan ke sifat positif (dewa)," kata dia.

Tawur ini dilaksanakan berjenjang. Tingkat nasional dilakukan di Candi Prambanan, tingkat Provinsi di Pura Agung Besakih, kabupaten/kota di perempatan jalan.

Hingga di tingkat desa adat di perempatan jalan desa. Lalu di tingkat rumah tangga masing-masing.

"Ini nanti ditebarkan dan tirtanya dipercikan, dan ini untuk menetralisir rumah tangga, tirta untuk menyucikan hal-hal aura negatif yang memang berada di sekitar rumah," kata dia.


Lalu, ngerupuk, sebagai akhir dari pelaksanaan upacara Tawur Kesanga terutama di tingkat desa, banjar, dan rumah tangga.

"Ngerupuk harus dilakukan dengan sradha bhakti sesuai nilai-nilai kesucian agama serta dipimpin oleh bendesa atau klian adat dan perbekel setempat," terang dia.

Di tingkat rumah tangga dipimpin oleh kepala keluarga.

Ngerupuk kali ini dilakukan sesuai dengan kondisi desa setempat dengan menerapkan protokol kesehatan.

Rangkain upacara itu untuk penyucian pikiran, perkataan, dan perbuatan, dan penyucian lingkungan, rumah, dan isinya. Dengan demikian, diharapkan besoknya bisa melakukan catur brata penyepaian.

Setelah Nyepi selama 24 jam, maka berikutnya adalah ngembak geni pada Senin 15 Maret 2021 mulai pukul 06.00 Wita.

Ngembak geni yakni boleh beraktivitas lagi dan bersilaturahmi dengan sanak saudara.

"Boleh melakukan aktivitas lagi. Silaturahmi bisa dilakukan virtual karena masa pandemi," kata dia.

https://denpasar.kompas.com/read/2021/03/10/113448378/apa-itu-nyepi-dan-mengapa-tidak-boleh-keluar-rumah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke