Salin Artikel

Berpacu dengan Waktu untuk Selamatkan 53 Awak KRI Nanggala-402...

Kapal yang dibuat di Jerman tahun 1977 itu membawa 53 prajurit TNI.

Kapuspen TNI Mayjen Achmad Riad menjelaskan, pada pukul 03.46 waktu setempat, KRI Nanggala melakukan penyelaman.

Kemudian pada pukul 04.00, kapal melaksanakan penggenangan peluncur torpedo yang merupakan kontak terakhir dengan kapal selam tersebut.

"Penenggelaman peluncur torpedo nomor 8 yang merupakan komunikasi terakhir dengan KRI Nanggala pada pukul 04.25," ujar Riad saat konferensi pers, Kamis (22/4/2021).

Ada lima KRI yang dikerahkan untuk mencari kapal selam tersebut.

Salah satu kapal yaitu KRI RE Martadinata sempat mendeteksi pergerakan dengan kecepatan 2,5 knot.

Setelah ditelusuri, ternyata pergerakan tersebut berasal dari rumpon (alat bantu cari ikan).

Namun, Kamis, kru pencari mendeteksi kemagnetan yang tinggi di salah satu titik lokasi.

Titik dengan kemagnetan tinggi ditemukan di kedalaman 50-100 meter.

Kamis sore, dengan menggunakan multibeam echosounder portable, kru pencari akan kembali ke lokasi untuk mencari tahu temuan tersebut.

"Harapannya KRI Nanggala," ujar Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Yudo Margono.

Tumpahan minyak

Yudo mengungkapkan soal dua kemungkinan temuan tumpahan minyak dalam pencarian KRI Nanggala-402.

Menurut Yudo, kemungkinan pertama adalah tangki kapal selam mengalami keretakan sehingga terjadi kebocoran apabila kapal terus menyelam ke kedalaman.

Kemungkinan kedua, jika KRI Nanggala-402 masih melayang di kedalaman 50 meter sampai 100 meter, ABK kapal selam itu membuang bahan cair yang ada di dalam kapal dengan harapan dapat meringankan beban kapal selam.

"Kemungkinan ABK-nya membuang bahan cair yang ada di situ. Di situ ada oli, ada minyak, diembuskan, dibuang, harapannya ini untuk mengapungkan. Jadi, untuk meringankan berat kapal selam itu sehingga bisa melayang," ujar dia.

Meski dibuat tahun 1977 dan menjadi alutsista TNI pada tahun 1981, KRI Nanggala-402 dinilai masih layak beroperasi. 

Yudo mengatakan, kelayakan kapal selam tersebut telah dikeluarkan Dislaikmatal TNI AL.

KRI Nanggala-402 juga memiliki riwayat operasi yang terbilang baik.

Kapal ini telah menembak torpedo kepala latihan 15 kali, dan menembak torpedo kepala perang dua kali. Sasarannya dua eks KRI dan semuanya ternggelam.

Kapal juga telah melakukan docking atau pemeliharaan di PT PAL.

Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto menjelaskan, sertifikat kelayakan kapal berakhir pada 25 Maret 2022.

"Jadi masih layak untuk melaskanakan kegiatan operasi," ujar Hadi.

Yudo mengatakan, cadangan oksigen di KRI Nanggala-402 hanya bisa bertahan selama 72 jam dalam kondisi black out.

Untuk itu, TNI serta sejumlah pihak yang turut membantu pencarian harus berpacu dengan waktu untuk menemukan dan menyelamatkan 53 awak kapal selam yang hilang di perairan utara Bali tersebut.

"Apabila kondisi black out mampu 72 jam, kurang lebih tiga hari. Jadi saat kemarin hilang kontak jam 3, bisa sampai hari Sabtu jam 3, sehingga 72 jam. Mudah-mudahan segera ditemukan sehingga cadangan oksigen masih ada," ujar Yudo.

Sejumlah negara telah menawarkan bantuan, di antaranya Singapura dan Malaysia.

Kapal milik dua negara ini segera sampai di lokasi di mana KRI Nanggala diperkirakan hilang kontak.

Selain dua negara ini, ada delapan negara lainnya yang siap membantu pencarian.

Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto menjamin, pencarian terus dilakukan hingga kapal dan seluruh awaknya ditemukan.

"TNI akan terus melakukan pencarian dan pertolongan untuk membawa pulang kembali, saudara-saudara kita, prajurit KRI Nanggala-402 kepada keluarga mereka," kata Hadi. (Penulis : Kontributor Bali, Imam Rosidin| Robertus Belarminus, Dheri Agriesta)

https://denpasar.kompas.com/read/2021/04/23/050000578/berpacu-dengan-waktu-untuk-selamatkan-53-awak-kri-nanggala-402

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke