Salin Artikel

Gunung Agung: Mitos dan Aktivitas Vulkanik

KOMPAS.com - Gunung Agung merupakan gunung berapi di Bali. Gunung Agung yang
terletak di Kabupaten Karangasem ini dipercayai menyimpan mitos.

Gunung Agung Diangggap Bagian Gunung Mahameru dari India

Warga Bali memiliki sederet cerita dan mitos tentang Gunung Agung yang dianggap sebagai gunung suci tersebut.

Informasi mitos tentang gunung dengan ketinggian 3.031 m ini hanya diperoleh melalui lisan dari generasi ke generasi.

Dari legenda yang dipercayai masyarakat, Gunung Agung merupakan bagian dari Gunung Mahameru di India.

Menurut kisah zaman dulu, ketika Mahameru diangkat oleh para dewa ke sini, tiga potong gumpalan tanahnya jatuh.

Satu jatuh di kawasan Jawa berubah menjadi Gunung Semeru, kedua jatuh di Bali membentuk
Gunung Agung, dan ketiga jatuh di Pulau Lombok menjadi Gunung Rinjani.

Oleh karena itu, ketiga gunung itu masih bersaudara. Pada waktu tertentu, masyarakat harus
melakukan persembahan ke tiga gunung tersebut.

"Sampai sekarang masyarakat Bali masih menganggap Gunung Agung sebagai tempat suci seperti halnya orang India menganggap Gunung Mahameru. Semakin tinggi suatu tempat, semakin suci karena di sana  dipercaya bersemayam Sanghyang Widi Wasa," kata Shadeg SVD, rohaniawan yang sejak 1950 menekuni budaya Bali.

Mitos Gunung Agung

Maka tak heran, ada perlakuan-perlakuan khusus terhadap Gunung Agung.

Misalnya zaman itu, tidak seorang pun berani mendaki ke atas tanpa diiringi pendeta. Itu pun,
mereka harus membawa sesaji.

Jika, ada yang naik gunung tidak boleh mengenakan sepatu, arloji, berbagai macam perhiasan, dan uang. Barang-barang duniawi tersebut bagi para dewa merupakan penghinaan besar.

Dimata dewa, manusia harus miskin dan sederhana.

Bagi penduduk sekitar puncak Gunung Agung, mereka mempunyai hubungan emosional khusus dengan gunung. Hal ini, mereka terima sama halnya 'warisan' turun-temurun.

Setiap hari sejak kanak-kanak, mereka telah terbiasa melihat Gunung Agung, sepertihalnya bapak ibu dan kakek neneknya serta moyangnya.

Gunung Agung menghidupi mereka, seperti memberi air untuk mengairi tanaman, kebun, dan kebutuhan lainnya.

Maka ketika, ada amukan dasyat lava Gunung Agung, banyak cerita mistis, irasional mewarnai petaka ini.

Gunung Agung Gunung Api Jenis Stratovolcano

Dikutip dari jurnalth.pusair-pu.go.id, Gunung Agung merupakan gunung berapi jenis Stratovolcano. Yaitu, gunung berapi yang mempunyai bentuk khas mengerucut dengan kubah lava di atas nya dan memiliki material penyusun yang berlapis antara lava, piroklastik, dan abu vulkanik.

Sebagai gunung berapi, Gunung Agung rentan terjadi aktivitas vulkanik, sepertihalnya
aktivitas yang terjadi pada 16 Oktober 2021.

Saat itu, aktivitas vilkanik yang terjadi berupa gempa di lokasi di sekitar Desa Ban, Kecamatan
Kubu, Kabupaten Karangasem. Daerah yang berdekatan dengan lokasi gempa adalah Kabupaten Karangasem dan Bangli. Bangli merupakan lokasi Gunung Batur, sedangkan Karangasem merupakan lokasi Gunung  Agung.

Endapan Kuarter di Wilayah Gunung Agung

Dikutip dari vsi.esdm.go.id, lokasi itu rentan terjadinya gempa bumi karena morfologi'daerah
berupa perbukitan bergelombang hingga terjal. Sebagian lagi, wilayahnya berupa dataran, dataran bergelombang, dan lembah.

Daerah tersebut juga tersusun oleh endapan kuarter berupa batuan rombakan gunung api Buyan-Buratan dan Batur, yang terdiri dari lahar dan tuf (batu putih yang mengandung debu vulkanik).

Sedangkan, batuan Gunung Agung terdiri dari aglomerat (blok besar material vulkanik), tuf, lava, lahar, dan ignimbrite (endapan alira piroklastik). Selain itu, Gunung Agung juga terdiri dari endapan lain yang merupakan endapan aluvial rombakan.

Endapan kuater bersifat urai, lepas, belum kompak, dan memperkuat efek guncangan.
Sehingga, endapan tersebut rawan gempa.

Sesar Aktif di Wilayah Gunung Agung 

Selain morfologi, perbukitan yang tersusun dari batuan rombakan gunung api yang telah mengalami pelapukan juga rentan terjadi gerakan tanah. Kondisi ini makin mengkhawatirkan dipicu oleh guncangan gempa bumi kuat dan curah hujan tinggi.

Berdasarkan data mekanisme dari BMKG lokasi gempa bumi dan kedalaman, dalam kasus aktivitas vulkanik yang terjadi ada 16 Oktober 2021, gempa bumi diakibatkan oleh aktivitas sesar aktif dengan mekanisme sesar mendatar.

Karateristik sesar tersebut belum teridentifikasikan dengan baik. Berdasarkan kenampakkan
data Demnas (data dari Badan Informasi geospasial), pada bagian timur laut dari lokasi pusat
gempa bumi terdapat kelurusan dengan arah timur laut - barat daya.

Diperkirakan, wilayah itu merupakan zona dari sesar aktif sebagai penyebab gempa.
Selama ini, sesar tersebut teridentifikasi sebagai sumber gempa bumi di Pulau Bali.

https://denpasar.kompas.com/read/2021/12/24/154818178/gunung-agung-mitos-dan-aktivitas-vulkanik

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com