Salin Artikel

Viral, Unggahan Hama Ular di Akun Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar, Ini Penjelasannya

Konten dalam video yang diunggah tersebut terkait sejumlah barang berbahan dasar kulit ular yang menjadi komoditas ekspor bernilai tinggi.

Pemilihan kata hama ular di postingan itu pun menjadi sorotan.

Penjelasan Kepala Balai Karantina Pertanian Denpasar

Kepala Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar I Putu Tarunanegara mengaku tak mengetahui secara detail terkait unggahan tersebut.

Kendati begitu, pemilihan kata hama diakuinya mesti diperhatikan.

"Saya juga baru tahu ini (postingan), jadi sebenarnya itu memang humas kami yang posting. Dan pemilihan kata hama itu yang perlu kita ini kan (perhatikan)," kata Tarunanegara saat dihubungi, Rabu (19/1/2022).

Tarunanegara tak menjelaskan lebih detail terkait penggunaan kata hama di video itu dalam posisi salah atau benar.

Ia hanya mengatakan, inti dari unggahan itu hanya ingin menunjukkan potensi ekspor yang bernilai tinggi di tengah pandemi.

"Sebenarnya di balik postingan itu ada potensi ekspor secara legal yang memiliki nilai ekspor yang luar biasa dari Bali," tuturnya.

"Jumlahnya variatif karena Bali sekarang tidak ada penebangan ke luar negeri. Tapi sekali kirim nilainya miliaran, karena sudah diolah dalam bentuk barang yang bernilai tinggi, Seperti tas, ikat pinggang," lanjutnya.

Kendati begitu, ia mengaku akan tetap melakukan evaluasi terhadap setiap postingan yang dilakukan oleh tim Humas Balai Karantina Pertanian Kelas I Denpasar.

"Mungkin nanti jadi koreksi buat kita. Jadi itu bisa jadi feedback buat kita kedepannya seperti apa," kata dia.

Penjelasan Humas

Dihubungi terpisah, Kepala Humas Balai Karantina Pertanian Denpasar Ni Kadek Astari meminta maaf terkait pengguna kata hama ular dalam postingan tersebut.

Meski begitu, ia menjelaskan penyebutan hama ular juga tak sepenuhnya salah apabila populasinya melebihi jumlah yang ada.

Ular-ular yang kemudian ditangkap lalu kulitnya dimanfaatkan menjadi barang bernilai tinggi itu juga sudah melebihi populasi.

"Karena ketika kelebihan, apa pun kelebihan populasinya, dia akan disebut dengan hama. makanya bisa dikendalikan salah satunya dengan penangkapan. Tapi tetap (harus) memakai izin Tangkap. Di dalam video itu disebut dengan hama ular, karena dia melebihi populasinya," tuturnya.

Astari menambahkan, dalam KBBI, semua hewan memiliki potensi menjadi hama apabila sudah melebihi populasi.

"Tapi mungkin pemilihan katanya (di video) salah, tidak semua orang bisa menerima bahwa itu hama. tapi kalau dalam KBBI semua hewan bisa jadi hama kalau populasinya melebihi kebutuhan alam," pungkasnya.

https://denpasar.kompas.com/read/2022/01/19/135525578/viral-unggahan-hama-ular-di-akun-balai-karantina-pertanian-kelas-i-denpasar

Terkini Lainnya

Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
 Jember Borong 5 Penghargaan dalam Sepekan
Jember Borong 5 Penghargaan dalam Sepekan
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com