Salin Artikel

Untuk Pertama Kalinya, Bali Terima Pendaratan Wisatawan Asing sejak Ditutup akibat Pandemi Covid-19

BALI, KOMPAS.com - Sebanyak enam wisatawan asing mendarat di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali, Kamis (3/2/2022) sekitar pukul 16.33 Wita.

Meraka terbang menggunakan pesawat Garuda Indonesia dengan nomor penerbangan GA 881 dari Narita Tokyo, Jepang ke Bandara I Gusti Ngurah Rai di Denpasar, Bali.

Ini adalah kali pertama wisatawan asing mendarat langsung di Bali setelah sebelumnya pintu masuk internasional ditutup akibat pandemi Covid-19.

"Saya terima kasih kepada Satgas (Covid-19) dan Kemenkes yang memberikan jalan. Kita uji coba dengan baik karena ekonomi Bali kan sudah sangat terpuruk," kata Deputi Bidang Pemasaran Kemenparekraf RI, Nia Niscaya di area Bandara Ngurah Rai, Kamis.

Nia menjelaskan, enam wisman tersebut merupakan agen travel atau biro perjalan dari Jepang. Meraka terbang dengan enam WNI lainnya yang juga akan menuju Bali.

Sebanyak enam dari 12 pelaku perjalanan luar negeri (PPLN) itu dibiayai oleh Kemenparekraf melalui program "family relation" untuk mempromosikan aman berwisata ke Bali di tengah Covid-19.

"Jika mereka mau menjual kan harus tahu produknya dong. Sehingga di sini lah kami berkolaborasi dengan Garuda, Tokyo dan juga marketing representatif kami. Jadi mereka memberitahukan bahwa Bali ini sudah dibuka loh," kata Nia.

Program family relation tersebut, lanjut Nia, terbuka terhadap agen perjalanan dan jurnalis dari luar negeri. Fasilitas utamanya adalah menikmati karantina dengan skema travel bubble selama lima hari empat malam di hotel yang seluruhnya ditanggung oleh Kemenparekraf RI.

Sedangkan untuk biaya wisata ditanggung oleh para agen perjalanan itu sendiri.

Nia enggan menyebut jumlah angka yang digelontorkan Kemenperaf untuk program ini. Ia menuturkan, harga karantina senilai Rp 10 juta sampai Rp 19 juta untuk per kamar.


Para biro perjalanan itu nantinya wajib memposting seluruh kegiatan mereka selama karantina di media sosial.

"Nanti enam orang ini tentu kami minta dong harus posting di sosmednya, experience (karantina dan wisata ke Bali) seperti apa, dan ini sebagai bentuk lain daripada publikasi membangun awarness," tuturnya.

Nia berharap tidak ada penularan Covid-19 di balik usaha membangkitkan industri pariwisata Indonesia ini, khususnya di Bali.

"Kita berharap tidak ada positif, itu harapan kita," katanya.

Di tempat yang sama, Plt Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Bali, Tjok Bagus Pemayun mengatakan, konsep karantina bubble itu yaitu para tamu bisa beraktivitas di sekitar hotel.

Sejumlah aktivitas tersebut di antaranya berenang di kolam hotel, gym, kelas menari, kelas memasak dan menikmati pantai. Para tamu hotel dilarang keras beraktivitas di luar hotel sebelum masa karantina berakhir.

"Para karyawan juga menginap di hotel agar meminimalisir interaksi dengan penghuni di luar hotel," katanya.

https://denpasar.kompas.com/read/2022/02/03/180721178/untuk-pertama-kalinya-bali-terima-pendaratan-wisatawan-asing-sejak-ditutup

Terkini Lainnya

Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
 Jember Borong 5 Penghargaan dalam Sepekan
Jember Borong 5 Penghargaan dalam Sepekan
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com