Salin Artikel

Sejarah Pariwisata Bali dari Masa Kolonial hingga Badai Pandemi

KOMPAS.com - Pariwisata Bali, yang terletak di Provinsi Bali, telah dikenal di seluruh dunia. Bahkan, orang asing lebih mengenal Bali ketimbang Indonesia.

Pariwisata telah menjadi penopang kehidupan masyarakat Bali yang sebelumnya mengandalkan kehidupan dari sektor agraris.

Sejumlah daerah berlomba-lomba agar dapat menjadi tujuan wisata sepopuler Bali. Sampai saat ini, Bali masih unggul dibandingkan daerah lainnya.

Pada awalnya, budaya menjadi andalan pariwisata Bali. Selanjutnya, pariwisata Bali terus berkembang.

Bali telah menjadi bagian merek dagang sejalan dengan tumbuhnya industri pariwisata.

Asal-usul Pariwisata Bali

Hingga kini, belum ada kesepakan dari para ahli kapan pariwisata Bali bermula. Kapan Bali mulai dikunjungi wisatawan atau kapan Bali menjadi daerah kunjungan wisata.

Namun, beberapa peristiwa dapat menjadi pertimbangan awal mula Bali mulai dikenal sebagai daerah wisata

'Turis pertama' di Bali

Pada, tahun 1902, hadir 'turis pertama' di Bali, yaitu H. van Kol. Ia anggota parlemen Belanda yang bertamasya ke Bali dengan uangnya sendiri, tidak menggunakan uang perjalanan dinas.

Ia menuliskan catatan perjalanan setebal 826 halaman berjudul Uit Onze Kolonien. Kunjungan ini kurang kuat dijadikan tonggak awal pariwisata di Bali.

Tetapi, buku yang diterbitkan menjadi materi promosi awal Bali sebagai daerah wisata.

Museum Bali di Denpasar

Pada 1910, muncul gagasan dan pendirian membangun Museum Bali di Denpasar. Museum ini dimaksudkan untuk menyelamatkan artefak Bali sekaligus daya tarik wisata.

Lebih dari itu, sebagai yang pertama lahir, Museum Bali menjadi sumber inspirasi berdirinya museum lain di Bali, sebagai salah satu pilar perkembangan pariwisata di Bali.

Pendirian Kantor Official Tourism Bureau di Bali dan Bali Hotel

Pada 1914, Koninklijke Paketvaart-Maatschappij (KPM) mendirikan kantor Offcial Tourist Bureau di Bali sebagai kantor cabang dari kantor yang sama di Batavia.

KPM mendapatkan subsidi dari pemerintah kolonial Belanda, yang bergerak dalam bidang pelayaran termasuk angkutan wisata ke Bali.

Pada 1915, KPM sudah memiliki kantor di Denpasar yang lokasinya di selatan Alun-alun Puputan Badung.

Pada 1926, KPM mendirikan Bali Hotel di Jalan Veteran, yang masih beroperasi sampai sekarang dengan nama Inna Bali Hotel.

Langkah KPM sangat sistematis dalam mempromosikan Bali sebagai destinasi wisata, mulai dari pendirian biro wisata, memperbanyak frekuensi pelayaran ke Bali, menerbitkan brosur promosi sampai mendirikan akomodasi mewah Bali Hotel.

Selain wisatawan, banyak seniman dan pemerhati budaya yang tertarik mempelajari seni budaya Bali secara langsung.

Pemerintah kolonial Belanda juga menugaskan Dr Gregor Krause untuk membuat dokumentasi Pulau Bali dalam bentuk foto dan buku.

Kemudian, banyak seniman yang mulai membuat buku-buku tentang Bali yang dikenal dunia.

Setelah dikunjungi oleh seniman, masyarakat Eropa mulai mendengar tentang keindahan dan uniknya budaya di Bali.

Situasi ini menjadi awal mula Bali diberi julukan The Island of Gods, The Island of Paradise, The Island of Thousand Tempel, The Morning of the Worl, dan julukan indah lainnya.

Pembangunan Bandara Tuban

Pada 1935, Bandar Udara Tuban mulai beroperasi sehingga turis dari luar negeri juga berdatangan melalui jalur udara.

Bandar Udara Tuban ini sekarang dikenal sebagai Bandara Internasional Ngurah Rai

Pariwisata Bali terhenti keran PD II

Pada 1940-an, terjadi Perang Dunia II yang mempengaruhi seluruh penduduk dunia, tak terkecuali Indonesia.

Pariwisata Bali sempat terhenti dalam beberapa waktu.

Namun setelah Indonesia Merdeka dan Bali bergabung dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, pariwisata Bali kembali berjalan.

Wisatawan luar negeri mulai datang kembali ke Bali.

Pembangunan Istana Tapak Siring

Pada 1947, pemerintah Indonesia atas gagasan Presiden Soekarno membangun Istana Tapak Siring untuk menyambut tamu kenegaraan.

Bali semakin dikenal oleh tamu-tamu dari berbagai mancanegara.

Serangan Teroris pada 2002 dan 2005

Serangan teroris di Legian, Kuta, dan Jimbaran yang terjadi dua kali pada 2002 dan 2005 sempat menurunkan pariwisata Bali.

Tidak berangsur lama, pariwisata segera pulih kembali.

Dampak Covid-19 Terhadap Pariwisata Bali pada 2020 - 2021

Indonesia mulai mengkonfirmasi kasus Covid-19 pada Maret 2020.

Pandemi Covid-10 menyerang semua sektor, tak terkecuali pariwisata. Pariwisata Bali pun ikut merasakan imbasnya.

Dilansir dari baliprov.go.id, akibat pandemi pada 2020, Bali mengalami kerugian hingga 9.7 triliun rupiah karena penutupan pariwisata.

Berdasarkan Data Pusat Statistik Provinsi Bali, presentase tingkat hunian kamar hotel berbintang di Bali 2020 menurun drastis dibandingkan 2019.

Pada 2020, presentase tingkat hunian hotel berbintang di Bali sebanyak 15,62 persen, sedangkan pada 2019 sebanyak 59,57 persen.

Pada 2021, hampir dua tahun pandemi Covid-19, perekonomian Bali yang mengandalkan sektor pariwisata seperti mati suri.

Hampir tidak ada wisatawan yang datang ke Bali membuat hotel kosong dan obyek wisata sepi.

Kondisi ini tercermin dari kawasan Kuta, Badung, Bali. Biasanya, kawasan ini penuh turis asing

Para pedagang di kawasan ini yang mengandalkan wisatawan asing pun turut terkena imbasnya.

Banyak toko tutup karena tidak mendapatkan pembeli.

Pada 2021, ekonomi Bali turun drastis bahkan sampai minus.

Pemerintah mulai membuka jalur penerbangan internasional ke Bali, namun belum ada penerbangan internasional ke Bali

Pariwisata Bali pada 2022

Pada 2022, pemerintah kembali membuka penerbangan internasional untuk membantu pemulihan ekonomi, tepatnya pada 4 Februari 2022.

Momen ini sekaligus uji coba sebelum pelaksanaan G20 maupun ajang internasional lainnya.

(Editor: David Oliver Purba dan Nabila Tashandra)

Sumber: www.baliprov.go.id, bobo.grid.id, disparda.baliprov.go.id, dan kompas.com

https://denpasar.kompas.com/read/2022/02/09/151216978/sejarah-pariwisata-bali-dari-masa-kolonial-hingga-badai-pandemi

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke