Salin Artikel

6 Fakta Denpasar, dari Nostalgia Lagu “Denpasar Moon” hingga Indahnya Matahari Terbit di Pantai Sanur

KOMPAS.com - Kota Denpasar merupakan ibukota dari provinsi Bali yang terkenal sebagai pusat kegiatan wisatawan di Pulau Dewata.

Luas wilayah Denpasar adalah 127,78 kilometer persegi dengan 4 wilayah Kecamatan dengan 43 Desa/Kelurahan.

Denpasar masuk ke dalam Kawasan Strategis Nasional Perkotaan Sarbagita (Denpasar–Badung–Gianyar–Tabanan) dan masuk ke dalam tipe kota metropolitan.

Nama Denpasar memiliki sejarah unik, karena mulanya kota ini adalah taman kesayangan dari Raja Badung pada waktu itu, yaitu Kyai Jambe Ksatrya.

Melansir laman resmi Pemerintah Kota Denpasar, Nama "denpasar" berasal dari dua kata yaitu “den” yang berarti utara dan “pasar” yang berarti pasar.

Nama ini Denpasar diberikan pada taman tersebut mengingat lokasinya yang terletak di utara pasar.

Kota ini juga menyimpan berbagai fakta menarik yang bisa disimak sebelum Anda berkunjung.

Penyanyi solo asal Filipina, Maribeth Pascua pernah mempopulerkan lagu berjudul Denpasar Moon pada tahun 90-an.

Lagu ini diciptakan oleh Colin Bass atau Sabah Habas Mustapha yang merupakan seorang rocker asal Inggris yang terpesona dengan keindahan musik asal Indonesia.

Lagu ini juga populer di Jepang yang sekaligus mempromosikan pariwisata bali di Negeri Sakura.

Berkat kepopulerannya, lagu ini juga diangkat sebagai sebuah judul sinetron.

Melansir laman denpasarkota.go.id, Monumen Bajra Sandhi yang terletak di Renon, Denpasar merupakan monumen yang melambangkan perjuangan rakyat Bali.

Dirancang oleh Ir. Ida Gede pada tahun 1981, monumen ini dibangun pada lahan seluas 13,8 hektar dengan luas gedung 4900 meter persegi.

Pembangunan monumen mulai dilakukan pada tahun 1987 atas prakarsa mantan Gubernur Bali, Ida Bagus Mantra dan diresmikan tanggal 14 Juni 2003 oleh Presiden Megawati Soekarno Putri.

Keunikan monumen ini tak hanya memiliki arti sejarah namun juga ornamen dengan makna filosofi agama Hindu.

Kata Bajra sendiri memiliki arti genta yang digunakan pendeta Hindu ketika mengucapkan mantra dalam upacara keagamaan.

Pura Blanjong adalah salah satu situs di mana terdapat peninggalan kebudayaan masa lampau.

Melansir laman resmi Kemdikbud, Pura ini berlokasi di Desa Intaran, Kelurahan Sanur Barat, Kecamatan Denpasar Selatan, Kabupaten Kota Denpasar.

Pada pojok kanan belakang pura terdapat sebuah Prasasti Blanjong berbentuk tugu silindris berangka tahun 835 Çaka yang menyebut nama raja Sri Kesari Warmadewa yang merupakan cikal bakal dinasti Warmadewa di Bali.

Museum Sidik Jari adalah galeri lukisan hasil karya I Gusti Ngurah Gede Pemecutan yang beralamat di Jalan Hayam Wuruk no 175, Denpasar.

I Gusti Ngurah Gede Pemecutan adalah maestro pertama yang mengembangkan teknik melukis dengan jari telunjuk.

Tak seperti pelukis yang umumnya menggunakan kuas, lukisan jari telunjuk ini menjadi ciri khas tersendiri.

Teknik melukisnya masuk dalam aliran pointilisme ujung jari sebagai pengganti kuas untuk menciptakan sebuah gambar pada sebuah kanvas.

Salah satu hasil karya terbaiknya adalah lukisan yang menggambarkan peristiwa heroik perang Puputan Badung yang dibuat dalam waktu 18 bulan.

Tak hanya penari Bali yang bisa berlenggak-lenggok, namun air mancur di Kota Denpasar juga ternyata bisa menari.

Air mancur menari ini bisa ditemukan wisatawan di Taman Kota Lumintang, Denpasar.

Pengunjung bisa menikmati keindahan air mancur menari mulai pukul 19.00-21.00 WITA pada akhir pekan setelah musik di areal danau mulai berbunyi.

Air mancur ini bakal mulai menari ketika langit benar-benar telah gelap dengan warna-warni lampu yang membuatnya semakin indah.

Pantai Sanur merupakan salah satu spot favorit wisatawan untuk menikmati pemandangan matahari terbit (sunrise beach).

Pantai ini diperkenalkan sebagai destinasi wisata di Pulau Bali oleh seorang seniman asal Belgia yang bernama AJ Le Maye pada tahun 1937.

Le Mayeur yang menikah seorang penari Legong bernama Ni Nyoman Pollok atau Ni Polok mempopulerkan Pantai Sanur melalui lukisan-lukisannya.

Hingga kini kawasan Pantai Sanur masih ramai dikunjungi karena memiliki ombak yang cukup tenang dan aman untuk berenang.

Tak hanya itu, pengunjung juga bisa mencoba atraksi sea walker yang ditawarkan oleh beberapa penyedia jasa di sekitar pantai.

Di bawah laut, pengunjung bisa berjalan-jalan sambil ikut menanam terumbu karang atau sekadar memberi makan ikan.

Sumber:
perkotaan.bpiw.pu.go.id 
denpasarkota.go.id 
kebudayaan.kemdikbud.go.id 
stiki-indonesia.ac.id 

https://denpasar.kompas.com/read/2022/02/20/070300678/6-fakta-denpasar-dari-nostalgia-lagu-denpasar-moon-hingga-indahnya-matahari

Terkini Lainnya

Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
 Jember Borong 5 Penghargaan dalam Sepekan
Jember Borong 5 Penghargaan dalam Sepekan
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com