Salin Artikel

Cerita Tari Janger Asal Bali, Sejarah, Gerakan, dan Properti

KOMPAS.com - Tari Janger merupakan tari tradisional dari Provinsi Bali.

Tari Janger merupakan tari kreasi yang terinspirasi dari aktivitas para petani yang menghibur diri saat sedang lelah dengan cara bernyanyi bersahut-sahutan.

Jumlah penari Tari Janger berkisar 10 sampai 16 pasangan penari laki-laki dan perempuan.

Tari Janger merupakan salah satu tari tradisional yang terpilih untuk memeriahkan acara pembukaan pesta olah raga terbesar di Asia pada 2018 di Stadion Utama Gelora Bung Karno.

Tari Janger pernah mengalami kejayaan pada tahun 1960-an lalu meredup, tari populitas kembali pada 1970-an.

Sejarah Tari Janger

Tari diperkirakan muncul sebelum 1933, namun ada pendapat yang mengatakan tari muncul pada 1920 di daerah Bali Utara. Selain itu, ada pula pendapat yang mengatakan Tari Janger muncul pada 1906 di Banjar Kedaton.

Berdasarkan catatan sejarah, Tari Janger diciptakan oelh I Gde Dharna sekitar tahun 1920-1n di Bali Utara. Awalnya, Tari Janger merupakan bentuk nyanyian para petani.

Tari Janger merupakan pengembangan dari tari Sang Hyang yang bersifat sakral dan hanya ditampilkan pada saat-saat tertentu.

Tari Janger dijumpai di daerah Tabanan, Bangli (desa Metra), Badaung (desa Sibang), dan Buleleng (desa Bulian), masing-masing daerah memiliki variasi yang berbeda.

Tari Janger diduga berawal dari sebuah kesenian tembang yang dibawakan dengan cara bersahut-sahutan oleh sekumpulan muda-mudi. Pada perkembangannya, Janger menjadi tari pergaulan yang dibawakan secara berpasangan dan berkelompok, baik remaja maupun dewasa.

Penari perempuan disebut "Janger" yang merupakan perkembangan dari "koor" perempuan, sedangkan penari laki-laki disebut "Kecak" perkembangan dari koor laki-laki. Dalam bahasa Belanda, koor berarti paduan suara. Penggunaan kata tersebut tidak lain karena tarian lahir pada zaman pendudukan Belanda.

Kedua kelompok ini menari sambil menyanyi sampai selesai. Tembang yang dinyanyikan merupakan tembang Bali yang dilagukan secara bersama-sama dan saling bersahut-sahutan.

Kata Janger diterjemahkan sebagai keranjingan yang merujuk pada jatuh cinta.

Gerakan Tari Janger

Gerakan Tari Janger memasukan unsur vokal dengan gerak tari. Vokal dengan iringan disebut "ngigelin gending" (gerak tarinya sejalan dengan vokal yang dilantunkan).

Gerakan dan syair yang dibawakan harus dapat terjalin harmonis serta serasi, terutama pola-pola ritme gending yang dilakukan secara bersahut-sahutan atau "saling sinawuran". Syairnya berisi pantun yang melukiskan suasan gembira.

Tari Janger tergolong tarian dengan gerakan sederhana, namun terlihat bersemangat karena pengaruh tempo musik dan cara menyanyikan lagu.

Gerakan yang digunakan dalam Tari Janger merupakan gerakan tari klasik Bali, antara lain nayog kanan, ngagem kiri, ngeseh bawak, dan nyeloyog.

Kesan berbeda muncul dari unsur pencak silat yang dibawakan penari laki-laki dalam posisi duduk.

Busana Tari Janger

Busana Tari Janger merupakan pakaian tradisional Bali. Penari Janger menggunakan angkeb (penutup) dada, bawahan kamen prada, sabuk atau pending prada (ikat pinggang), sepasang oncer atau sampur (selendang), ampok-ampok, gelang kana, subeng, gelungan, subeng, gelungan Janger dan bunga grengseng satu. Properti lain berupa kipas prada.

Busana Tari Janger dipadukan tata rias wajah "rias ayu" agar wajah terlihat semakin cantik.

Penari Kecak mengenakan baju atasan putih, bawahan kamen kekancutan, sabuk pendek prada, badong, gelang kana, angkeb tangkah, bapangan, dan udeng (ikat kepala).

Sumber: encyclopedia.jakarta-tourism.go.id, riverspace.org, dan bobo.grid.id

https://denpasar.kompas.com/read/2022/02/27/132717778/cerita-tari-janger-asal-bali-sejarah-gerakan-dan-properti

Terkini Lainnya

Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
 Jember Borong 5 Penghargaan dalam Sepekan
Jember Borong 5 Penghargaan dalam Sepekan
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com