Salin Artikel

Cerita Wirati, PMI Asal Bali di Ukraina: Sembunyi di Bunker hingga Lihat Mayat Bergelimpangan

BULELENG, KOMPAS.com - Invasi Rusia ke Ukraina menyisakan trauma mendalam bagi Pekerja Migran Indonesia (PMI) yang bekerja di Ukraina.

Seperti yang dirasakan oleh Komang Wirati (29), PMI asal Desa Banjar, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali.

Wirati yang baru bekerja sebagai spa therapist selama 6 bulan di Ukraina harus menelan pengalaman pahit tinggal di negara konflik.

Suara ledakan dan desing peluru terdengar begitu dekat dari hotel Fairmont Grand Hotel, Kyiv, tempat Wirati bekerja. Bahkan, dia harus bersembunyi di bunker hotel untuk berlindung.

"Takut sekali saya di sana. Saya masuk ke bunker hotel untuk berlindung. Bom berjatuhan, meledak. Sekitar 20 kilometer dari pusat ibu kota,” tuturnya saat ditemui, Rabu (9/3/2022).

Wirati menyebut, suasana saat itu begitu mencekam. Setiap serangan Rusia menimbulkan getaran. Pagi, siang, malam suara ledakan dan sirine terus terdengar. Dia pun tak berani duduk di dekat pintu atau jendela.

Di hotel tempatnya bekerja, Wirati hanya bisa pasrah menunggu kabar evakuasi dari Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI). Hingga akhirnya, dia dievakuasi pada 24 Februari 2022.

Bersama seorang PMI lainnya, Wirati diboyong ke Kantor KBRI. Selama lima hari berada di KBRI, Wirati masih merasakan was-was.

"Saya selalu berkabar kepada keluarga. Dan, tetap menguatkan keluarga dengan mengabarkan kondisi saya baik-baik saja," katanya.

Alhasil, Wirati bersama rombongan menumpangi bus menuju ke Moldova lalu ke Rumania. Perjalanan panjang yang memakan waktu 25 jam tersebut dilaluinya dengan tegang.

Penumpang bus tak boleh melakukan pergerakan apa pun. Sepanjang perjalanan dari Ukraina, pandangan hanya lurus ke depan.

Namun, sesekali Wirati melirik keluar kaca jendela. Dia menyaksikan mayat korban perang bergelimpangan. Di sepanjang jalan, alutsista milik tentara Ukraina disiagakan.

Bus yang ditumpangi Wirati harus melewati enam pos pengecekan. Dia bersama penumpang lainnya turun dari bus dengan merunduk menuju pos pengecekan.

"Ketika berhasil keluar dari Ukraina, baru bisa rileks sebentar. Sebelumnya tegang. Tidak boleh menengok kanan-kiri,” ujarnya.

Wirati akhirnya dipulangkan bersama 25 orang PMI lainnya yang sama-sama berasal Bali. Mereka tiba di Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali pada Senin (7/3/2022).

Dia pulang hanya membawa handphone, dompet, paspor, serta dokumen penting lainnya. Sisanya, hanya baju yang melekat di badan.

“Baju koper semuanya masih di sana," katanya.

Wirati mengaku bersyukur bisa kembali ke kampung halamannya. Kejadian itu, kata dia, membuatnya trauma. Padahal, dia baru meniti karir di Ukraina dan mulai jatuh cinta dengan negara tersebut.

https://denpasar.kompas.com/read/2022/03/09/175048978/cerita-wirati-pmi-asal-bali-di-ukraina-sembunyi-di-bunker-hingga-lihat

Terkini Lainnya

Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
 Jember Borong 5 Penghargaan dalam Sepekan
Jember Borong 5 Penghargaan dalam Sepekan
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com