Salin Artikel

Antisipasi Lumpy Skin Disease, Dinas Pertanian Perketat Pengecekan Sapi di Pintu Keluar Masuk Bali

Plt Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali Ketut Lihadnyana mengatakan, langkah itu diambil sebagai pencegahan adanya penyakit sapi lumpy skin disease yang saat ini merebak di Indragiri, Riau dan telah menyerang 242 ekor sapi.

"Meskipun di sana (Riau) belum ada wabah pun kita di Bali sudah sangat ketat pengawasannya terutama lalu lintas peternakan. Tidak hanya sapi, semua (hewan) kita (awasi) sangat ketat," kata Lihadnyana saat dihubungi, Jumat (11/3/2022).

Lihadnyana menyebut, pihaknya sudah menerjunkan tim untuk mengawasi setiap pintu masuk Bali yang menjadi lalu lintas hewan keluar atau yang akan masuk ke Bali.

Berdasarkan pengawasan sementara, belum ditemukan sapi yang memiliki riwayat penyakit kulit benjol seperti gejala pada lumpy skin disease.

Selain itu, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali juga telah rutin mengecek sejumlah peternakan sapi yang ada di Bali.

Hasilnya pun, masih nihil ditemukan wabah tersebut.

"Kita di Bali sendiri mengecek langsung apakah sudah masuk gejala-gejala itu (lumpy skin disease) di Bali atau tidak. Sampai sejauh ini sih belum, oleh karana itu belum maka jangan sampai wabah ini masuk ke Bali," tuturnya.

Lihadnyana tak ingin sapi-sapi Bali terjangkit wabah tersebut. Sebab, selama ini, sekitar 60.000 ekor sapi diekspor ke sejumlah daerah di luar Bali selama satu tahun.

Ia pun meminta masyarakat yang memiliki sapi untuk melapor apabila ada gejala seperti kulit benjol pada sapi dan kerbau.

Laporan itu bisa disampaikan ke Dinas Pertanian kabupaten dan kota hingga Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali.

"Kepada masyarakat kalau ada gejala seperti untuk segera melapor," pungkasnya.

Tentang lumpy skin disease

Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof. drh. Wasito, Ph.D menyebutkan, lumpy skin disease atau penyakit kulit benjol pada sapi dan kerbau tidak menular ke manusia.

Namun, daging sapi yang terinfeksi virus Capripoxvirus dan menyebabkan lumpy skin disease, tidak layak untuk dikonsumsi.

"Tidak bersifat zoonosis (penularan penyakit dari hewan ke manusia). Penularan terjadi terutama pada sapi lain dan kerbau," ujar Wasito dalam keterangan tertulis Humas UGM, Rabu (9/3/2022) dikutip dari Kompas.com.

Wasito menyampaikan pemilik peternakan sapi dan kerbau yang mendapati ternaknya terinfeksi LSD agar mendisinfeksi kandang.

Kemudian sapi yang sudah terinfeksi, disarankan untuk dipisahkan dengan yang lainnya atau diisolasi.

"Sapi yang sakit segera di-stamping out dan sapi tersebut dagingnya tidak layak untuk konsumsi," tegasnya.

https://denpasar.kompas.com/read/2022/03/11/171306678/antisipasi-lumpy-skin-disease-dinas-pertanian-perketat-pengecekan-sapi-di

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke