Salin Artikel

Cerita Orangtua Pekerja Migran yang Terkatung-katung di Turki, Cari Pinjaman demi Setor Rp 50 Juta

Para pekerja migran ini diduga menjadi korban penipuan oleh agen penyalur tenaga kerja. Mereka diberangkatkan untuk bekerja ke Turki menggunakan visa liburan.

Namun, pekerjaan yang mereka dapat di sana tak sesuai yang dijanjikan. Bahkan, mereka juga ditempatkan di sebuah losmen yang jauh dari kata layak oleh agen.

Orangtua PMI kisahkan awal mula

Salah satu orangtua PMI di Turki, Putu Sumerta (45) menuturkan, awalnya dia didatangi oleh seorang agen bernama Komang Puja Rasmiasa.

Sumerta didatangi agen di rumahnya di Desa Sambangan, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali, sekitar November 2021 lalu.

Sumerta dikenalkan dengan agen itu oleh salah seorang keluarganya.

Agen tersebut menawarkan untuk merekrut anak Sumerta yang bernama Komang Yudi Arnawa Putra (21), untuk bekerja sebagai tenaga house keeping di Turki.

Serahkan Rp 50 juta

Agen meminta biaya Rp 25 juta per orang untuk pemberangkatan ke Turki. Agen juga menjanjikan fasilitas apartemen untuk anaknya yang akan bekerja di sana.

"Daripada anak saya diam di rumah, tidak bekerja. Saya ikutkan saja biar kerja di Turki," kata Sumerta, ditemui Selasa (15/3/2022).

Sumerta menyerahkan uang sebesar Rp 50 juta kepada agen. Uang itu untuk biaya pemberangkatan anaknya, Yudi Arnawa, dan keponakannya yang bernama Putu Septiana Wardana (31).

Bahkan, dia juga merogoh tabungan dan mencari pinjaman lain ke keluarga. Hingga berhasil terkumpul sebanyak Rp 70 juta.

"Rp 50 juta saya serahkan ke agen. Rp 20 juta sisanya saya berikan kepada anak saya dan keponakan untuk bekal berangkat," katanya.

Sang anak dan keponakan pun berangkat dan tiba di Turki pada pada 10 Desember 2021.

Visa liburan

Namun visa yang digunakan bukan visa kerja, melainkan visa liburan. Padahal, di perjanjian awal, mereka akan diberangkatkan dengan visa kerja.

"Anak dan keponakan saya sekarang sudah punya izin tinggal, sudah bukan pakai visa liburan lagi. Bikinnya dengan uang pribadi, bukan dari agen," kata dia.

Setibanya di Turki, puluhan pekerja migran ini ditempatkan di sebuah losmen yang ukurannya sangat sempit dan jauh dari kata layak.

Agen berdalih, losmen itu digunakan sebagai tempat karantina sementara. Namun masa karantina yang dijalani cukup lama hingga 19 hari.

Belakangan diketahui, ternyata pihak agen baru mencarikan pekerjaan untuk para PMI tersebut.

Yudi Arnawa baru mendapatkan pekerjaan di sebuah hotel setelah terkatung-katung hampir sebulan lamanya.

Dia bekerja di hotel tersebut selama satu bulan dengan upah yang diterima sekitar 3.000 lira atau sekitar Rp 2,5 juta.

"Saya tidak tahu waktu itu anak saya kerja di hotel bagian apa. Dia kerja di hotel selama kurang lebih satu bulan dapat upah 3.000 lira," katanya.


Dirumahkan

Menurut Sumerta, sang anak hanya sebulan bekerja di hotel. Dia kemudian dirumahkan. Pihak hotel melakukan pengurangan pegawai lantaran Turki saat itu diterjang hujan salju.

Akibatnya, Yudi Arnawa pun kembali menganggur selama sebulan lebih.

Dia sempat menuntut kepada pihak agen untuk dicarikan pekerjaan. Namun permintaan itu tak kunjung dipenuhi.

Merasa jengah, Yudi Arnawa pun akhirnya nekat mencari pekerjaan sendiri di Turki. Kini dia bekerja di salah satu hotel sebagai tenaga kebersihan.

"Baru beberapa hari ini mulai dapat kerjaan di hotel sebagai tenaga kebersihan. Pekerjaan itu dia cari sendiri, bukan lewat agen," ketusnya.

Menurut Sumerta, sang anak untuk sementara ini masih ingin bekerja di sana. Dia pun meminta kepada sang anak untuk tidak perlu mengirimkan uang ke rumah.

"Untuk kebutuhan di sana saja. Yang penting tidak telantar, pulang atau tidak itu terserah anak saya," tutup Sumerta.

https://denpasar.kompas.com/read/2022/03/15/114422378/cerita-orangtua-pekerja-migran-yang-terkatung-katung-di-turki-cari-pinjaman

Terkini Lainnya

Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
 Jember Borong 5 Penghargaan dalam Sepekan
Jember Borong 5 Penghargaan dalam Sepekan
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com