Salin Artikel

Warga di Denpasar Lakukan Ziarah Kubur Jelang Ramadhan

Sebagian peziarah terlihat membersihkan makam. Sementara sebagian lainnya lagi menabur bunga dan bersujud sembari memanjatkan doa di makam orangtua, keluarga, atau kerabatnya.

Para peziarah yang kebanyakan perantau dari Pulau Jawa ini sengaja datang ke makam orangtua dan kerabat sebelum memasuki bulan suci Ramadhan.

Wakil ketua Yayasan Pemakaman Maruti Tiga Belas, Sumartono, menuturkan, kegiatan ziarah ke makam orangtua, keluarga, dan kerabat ini merupakan tradisi orang Jawa yang disebut dengan nyekar.

"Orang yang tidak dikubur di Jawa, anaknya yang pada datang. Biasanya orang Jawa itu nyekar namanya. Nyekar itu kegiatan setahun sekali menyambut bulan suci Ramadhan. Mengirim doa," kata Sumartono saat ditemui di ruang kerjanya, Rabu (30/3/2019).

Tradisi itu tetap dipertahankan saat mereka datang merantau ke Bali.

Bahkan, saat para perantau ini tidak lagi berdomisili di Bali mereka akan tetap datang berziarah ke makam keluarga dan kerabatnya.

"Ada yang datang ke mari dari Jakarta, itu udah pesan sama yang jagain makam. Saya mau datang, tolong makam dibersihkan," katanya.

Diceritakan Sumartono, tradisi ziarah ke makam jelang Ramadhan ini sudah begitu melekat pada sebagian umat muslim Jawa bak sebuah kewajiban.

Sehingga saat pemakaman ditutup saat pandemi Covid-19, mereka tetap datang meski hanya bisa menabur bunga di depan pintu gerbang.

"(Peziarah) dibatasi, (pemakaman) ditutup malah (tahun 2021). Akhirnya mereka ziarah di depan. Tabur bunga di depan taman. Dua tahun berturut-turut," katanya.

Sumartono mengatakan, kali ini kegiatan ziarah kembali dibuka. Hal ini seiring dengan pelonggaran kegiatan masyarakat dan sebagian besar warga yang sudah menerima vaksin booster. 

"Diberi kelonggaran, yang ziarah juga sudah vaksin semua. Apalagi besok ada vaksin booster di masjid. Covid-19 juga sudah mulai landai, tapi tetap kita terapkan prokes cuci tangan, masker," katanya.

Sumartono memprediksi puncak keramaian peziarah akan terjadi pada Jumat (1/4 /2022) mendekati hari pertama puasa.

Ia memastikan pemakaman tetap akan buka pada saat itu. Namun warga diimbau memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan saat berziarah.

Para peziarah diberikan waktu 10 menit untuk berdoa. Penjaga makam, kata dia, juga akan mengumumkan penerapan prokes melalui pengeras suara secara berkala.

"Kita akan membuat spanduk imbauan prokes, kita kurangi waktunya berdoa cukup 10 menit saja. Kita masih takut meski keadaan (Covid-19) melandai gini, kita harus tetap taat pada prokes," kata dia.

Pasalnya, selama pandemi dia terpaksa mengurungkan niat untuk berziarah ke makam ayahnya.

"Senanglah sudah bisa berziarah lagi. Yang dimakamkan di sini bapak saya. Jadi, biasanya memang maksimal silaturahmi sebulan sekali, minimal seminggu sekali bisa mampir setiap malam Jumat," kata guru di salah satu SMP di Denpasar ini.

Perempuan berusia 30 tahun ini berziarah dengan dua anak, suami dan ibunya.

Ia berharap pemerintah bisa melonggarkan kegiatan Ramadhan dan Lebaran pada tahun ini karena rindu menikmati sahur "on the road" dan sembahyang ke masjid.

Selama dua kali Lebaran, ia hanya bisa beribadah di rumah akibat pandemi. Hal ini juga disebabkan kebijakan Kementerian Agama Kota Denpasar hanya mengizinkan laki-laki yang sembahyang ke masjid.

"Semoga ini semua cepat berlalu dan bisa berjalan seperti sedia kala dan normal, bisa tarawih, bisa ke makam tanpa khawatir terpapar corona" harapnya.

https://denpasar.kompas.com/read/2022/03/31/070520178/warga-di-denpasar-lakukan-ziarah-kubur-jelang-ramadhan

Terkini Lainnya

Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
 Jember Borong 5 Penghargaan dalam Sepekan
Jember Borong 5 Penghargaan dalam Sepekan
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com