Salin Artikel

Mengenal Bubur Kajanan, Menu Khas Buka Puasa di Masjid Agung Jamik Singaraja

BULELENG, KOMPAS.com - Sejumlah pria yang tergabung dalam Takmir Masjid Agung Jamik Singaraja, Bali, sibuk menyiapkan hidangan berbuka puasa, Kamis (7/4/2022) sore.

Sebagian di antaranya tengah mengaduk adonan bubur di atas kompor yang dijejer di sudut masjid. Pengurus lain memasukkan bumbu rempah dan kaldu kambing ke dalam adonan.

Mereka tengah memasak bubur yang dikenal dengan nama bubur arab. Namun, belakangan ini pengurus takmir mengemas dengan nama bubur kajanan.

Nama itu diambil dari lokasi masjid bersejarah yang terletak di Kelurahan Kampung Kajanan, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng.

Sajian Bubur Kajanan harus mereka siapkan sebelum azan maghrib berkumandang pada pukul 18.25 Wita. Ratusan porsi bubur disajikan untuk acara buka bersama setiap hari.

Bubur kajanan, menjadi menu istimewa yang disajikan di Masjid Agung Jamik Singaraja. Bubur itu hanya dibuat selama Bulan Ramadan saja.

Memori masa lalu

Pihak Takmir Masjid Agung Jamik Singaraja menyajikan bubur kajanan sebagai upaya merawat ingatan masa silam.

Dahulu, bubur kajanan ini disajikan rutin untuk menu berbuka puasa di Masjid Agung Jamik Singaraja. Namun, menu ini tak lagi disajikan setelah tahun 1980-an.

Dua tahun belakangan, bubur ini dihadirkan kembali sebagai menu buka bersama di Masjid Agung Jamik Singaraja oleh pengurus masjid.

"Penyajian bubur kajanan untuk berbuka puasa ini, untuk merawat ingatan memori masa lalu," kata Sekretaris Takmir Masjid Agung Jamik Singaraja, Muhammad Rezza Yunus.


"Datuk (kakek) kami sering menyajikan menu ini saat berbuka. Kami ingin mengembalikan momen itu dan bernostalgia ke zaman dulu," ujarnya lagi.

Kata Reza, buka bersama dengan bubur kajanan akan digelar selama Ramadhan hingga buka puasa pada hari terakhir.

Pada Ramadan tahun ini, pengurus Masjid Agung Jamik Singaraja memasak sebanyak tujuh kilogram bubur kajanan yang bisa disajikan hingga 300 porsi setiap hari.

Bubur itu akan dibagikan ke warga yang berbuka bersama di masjid. Serta untuk warga sekitar yang datang untuk dibawa pulang.

Reza mengungkapkan, pihaknya sempat merekonstruksi untuk menemukan resep pembuatan hingga penyajian bubur kajanan. Pihaknya menggali informasi dari para tetua di kampung. Sebab, menu tersebut sudah lama tidak pernah dimasak.

"Tahun lalu sempat direkonstruksi resepnya dari tetua-tetua kami di sini. Memang konon resep bubur ini memang dibawa oleh pedagang arab leluhur kami," katanya.

"Tekstur dan rasanya lebih ke makanan di Timur. Namun tetap ada ciri khas rasa rempah yang kuat,” sebutnya.

https://denpasar.kompas.com/read/2022/04/07/163633278/mengenal-bubur-kajanan-menu-khas-buka-puasa-di-masjid-agung-jamik-singaraja

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke