Salin Artikel

Detik-detik Kecelakaan Bus di Tabanan, Tabrak 10 Kendaraan dan Seorang Pejalan Kaki

Bus yang dikendarai AS (37), mengangkut rombongan siswa dan guru salah satu SMP di Surabaya, Jawa Timur. Bus tersebut menabrak 10 kendaraan dan seorang pejalan kaki.

Akibat kejadian itu, delapan orang terluka dan satu warga meninggal di lokasi kejadian.

Kapolres Tabanan AKBP Renefli Dian Candra mengatakan, peristiwa bermula ketika bus melaju dari arah Singaraja menuju Denpasar.

Saat melintasi jalan menurun, tiba-tiba bus tidak bisa dikendalikan karena diduga mengalami rem blong.

Bus tersebut kemudian menabrak mobil Toyota Rush yang melaju dari arah berlawan. Akibat tabrakan itu, tiga penumpang dalam mobil Toyota Rush tersebut mengalami luka-luka.

Bus yang melaju dengan zig-zag itu kemudian menabrak Suzuki APV yang dikemudikan Putu Widiarta. Mobil Suzuki APV itu mengangkut lima wisatawan mancanegara.

"Menabrak Rush dengan penumpang tiga orang, tiga orangnya selamat semua. Kemudian menabrak APV enam orang, satu driver dan lima penumpang yang dirujuk ke RS," kata dia pada Senin (20/6/2022).

Selanjutnya, ujar Renefli, sopir bus membanting setir ke kanan hingga menabrak mobil Daihatsu Ayla dan secara beruntun menabrak Suzuki Swift, sepeda motor Honda Scoopy.

Lalu menabrak mobil Daihatsu Feroza, Toyata Avanza, dan sepeda motor Honda Scoopy.

Kemudian, sopir bus membanting setir ke kiri hingga menabrak mobil Suzuki Swift, pejalan kaki bernama Ni Wayan Wandani (30), dan terakhir Honda CR-V.

Setelah itu, bus tersebut meluncur terus hingga menabrakkan diri ke pendopo agar tidak terbanting terlalu keras sehingga siswa tidak terluka parah.

"Setelah menabrak mobil terakhir, sopir mencari pendaratan dengan menabrak dinding tebing dan jatuh di jurang kedalaman lima meter," kata dia.

Renefli mengatakan, jalan yang dilalui bus dari Singaraja menuju Tabanan didominasi oleh tanjakan dan turunan. Menurut dia, hal ini yang menyebabkan bus tersebut mengalami rem blong setiba di TKP.

"Kondisi jalan karena mereka berangkat dari Singaraja (Buleleng) posisi menanjak sampai ke sini (Tabanan), menanjak terus dan begitu sampai ke Bedugul, jalan turunan. Itu juga salah satu pemicu juga ada dan kondisi kendaraan yang tidak seratus persen dicek sebelumnya," katanya.


Siswa yang menumpang bus pariwisata pulang ke Surabaya

Renefli menuturkan, sebanyak 45 siswa dan guru SMP Labschool Unesa 2 yang menjadi penumpang dalam bus pariwisata telah pulang ke Surabaya, Jawa Timur.

Ia memastikan mereka pulang dalam keadaan selamat dan sehat secara fisik.

"Untuk siswa pelajar yang ada di bus tersebut kemarin sempat menginap di Denpasar Hotel Harrison, tadi pagi sudah kembali ke Surabaya. Untuk kondisi ada satu orang murid dan satu orang guru yang mengalami luka ringan juga tidak dibawa ke RS dan kembali semuanya (ke Surabaya)," katanya.

Sebelumnya, polisi mencatat sembilan orang menjadi korban tabrakan beruntun bus pariwisata tersebut.

Sembilan korban tersebut terdiri dari empat WNI dan lima WNA. Sementara itu, satu WNI atas nama Ni Wayan Wandani (30) meninggal dunia di lokasi kejadian.

Selanjutnya, tiga WNI yang menjadi korban mengalami luka ringan telah dipulangkan ke rumah. Sementara itu, dua dari lima korban WNA masih dirawat di RS Siloam Denpasar. Kedua WNA ini mengalami luka robek pada paha dan kepala.

WNA yang masih dirawat adalah LHS asal Inggris dan RM asal Amerika Serikat.

Polisi juga telah menetapkan sopir bus berinisial AS (37) sebagai tersangka dan telah ditahan di Rutan Polres Tabanan.

AS disangka Pasal 310 ayat (1), ayat (2), dan ayat (4) dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ). Tersangka terancam pidana penjara paling lama sembilan tahun penjara.

https://denpasar.kompas.com/read/2022/06/20/190151578/detik-detik-kecelakaan-bus-di-tabanan-tabrak-10-kendaraan-dan-seorang

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com