Salin Artikel

Cerita PMI Asal Bali Menderita Sakit Parah di Turki, Minta Bantuan Pulang ke Tanah Air

Putrinya sedang sakit parah tak tak memiliki biaya untuk berobat di Turki. Bahkan, Vira sampai bersurat kepada Presiden Joko Widodo memohon untuk dipulangkan ke Tanah Air.

Ditemui di rumahnya di Denpasar, Bali, Wistari menuturkan, putrinya itu berangkat ke Turki karena desakan ekonomi.

Vira ingin membantu membayar utang biaya pengobatan ayahnya yang meninggal pada Oktober 2020.

"Semangat kerja awalnya, karena tau keadaan keluarga. Karena ajiknya (ayahnya) meninggal mau bayar hutang akhirnya jadi (PMI di Turki)," kata Wistari di Denpasar, Selasa (16/8/2022).

Wistari mengatakan, Vira awalnya bekerja sambil kuliah jurusan Komunikasi di Universitas Pendidikan Nasional (Undiknas) Bali.

Namun, dia tidak menamatkan kuliahnya karena ayahnya jatuh sakit akibat menderita kanker tulang.

Dalam kondisi itu, dia berkenalan dengan seorang wanita yang biasa dipanggil Bu Gung. Lalu diajak ikut pelatihan sebagai terapis spa di kantor Bu Gung, Jalan By Pass Ngurah Rai, Denpasar, Bali.

Kemudian, Vira ditawarkan bekerja di Turki dengan iming-iming akan mendapat gaji yang fantastis dan bisa membiayai pengobatan ayahnya.

Namun, setelah lima kali mengikuti pelatihan, Vira sempat mengurungkan niat bekerja di Turki karena ayahnya meninggal dunia.

Namun, Vira terus ditawari Bu Gung. Pada April 2021, Vira membulatkan tekad berangkat ke Turki lewat jalur mandiri tanpa melalui agen penyalur tenaga kerja.

Tiba di Turki, kata Wistari, anaknya langsung bekerja di sebuah hotel sebagai terapis spa. Namun, sejak bekerja di hotel itu, Vira sering jatuh sakit. Salah satu penyebabnya diduga karena harus bekerja selama sembilan jam sehari. 

Pada Juli 2022, Vira menderita sakit parah. Vira pun meminta bantuan untuk pulang berobat ke Bali.

"Pastinya tidak ngerti, pastinya lambung sih karena saat endoskopi dia ngirim video. juga dapat opname tiga kali sekarang tinggal dengan teman-temannya," kata Wistari.


Wistari mengaku sering berkomunikasi lewat telepo dengan anaknya. Namun, ia tak berdaya membantu sang anak. Wistari juga tak memiliki uang untuk memulangkan buah hatinya itu.

"Sudah merintih setiap hari bahkan minta pertolongan sampai minta pinjaman uang untuk bayar, gitu saja sih,"

Wistari berharap surat yang dikirim anaknya kepada Presiden Joko Widodo mendapat tanggapan. Sehingga, anaknya bisa pulang ke Tanah Air.

Sementara itu, Kepala Dinas Ketenagakerjaan dan ESDM Provinsi Bali Ida Bagus Ngurah Arda mengatakan, Vira berangkat ke Turki secara mandiri dengan mengatongi surat E-KTALN (elektronik, kartu tenaga kerja luar negeri) dari BP2MI.

"Itu memang dibolehkan sesuai aturan. Jadi, dia mengantongi E-KTALN kemudian ada kontrak kerja dan visa kerja," kata dia saat ditemui di ruang kerjanya.

Arda mengatakan, LPK (Lembaga Pelatihan Kerja) yang sempat diikuti Vira juga memiliki izin resmi dari Wali Kota Denpasar.

Selain itu, pihak LPK tersebut hanya membantu mengurus administrasi keberangkatan Vira ke Turki. Namun, bukan dalam kapasitas sebagai penyalur tenaga kerja.

"Kita cek LPK itu ternyata dia resmi. Ada izin dari walikota dan izinnya tahun 2017. Dia hanya hanya sebatas membantu pengurusan administrasi sehingga terbit E-KTALN,"kata dia.

Saat ini, lanjut Arda, masih melakukan koordinasi dengan pihak KBRI di Turki untuk kepulangan Vira ke Tanah Air.

"Fokus kita adalah sehat dan bisa pulang," katanya.

https://denpasar.kompas.com/read/2022/08/16/171851778/cerita-pmi-asal-bali-menderita-sakit-parah-di-turki-minta-bantuan-pulang-ke

Terkini Lainnya

Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
 Jember Borong 5 Penghargaan dalam Sepekan
Jember Borong 5 Penghargaan dalam Sepekan
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com