Salin Artikel

Mengenal Tari Legong yang Tercetak di Uang Baru Pecahan Rp 50.000

Tari Legong merupakan salah satu dari sembilan tarian tradisional Bali yang telah ditetapkan sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO.

Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali I Gede Arya mengatakan, Tari Legong diperkirakan diciptakan pada zaman Kerajaan Bali setelah abad ke-16. Awalnya, tari ini ditampilkan di lingkungan kerajaan.

"Tari ini merupakan tarian klasik Bali yang hidup di istana-istana raja dahulu dan disebut legong keraton," ujarnya, kepada Kompas.com, Senin (22/8/2022).

Dulunya, Tari Legong tak lepas dari istana kerajaan. Tari tersebut digunakan raja-raja untuk menyambut tamu-tamunya.

"Bahkan saat raja bangun tidur disuguhi dengan Tari Legong," ungkap dia.

Pada era itu, hampir setiap kerajaan di Bali memiliki grup kesenian Tari Legong dengan pengiring gamelan. Seniman yang memainkan tarian ini dihidupi istana sehingga tumbuh subur.

"Nilai artistiknya memang luar biasa karena dicipta oleh seniman pilihan istana dan raja ikut campur untuk pelestariannya," jelas Gede Arya.

"Para penarinya berlatih karena tugasnya memang untuk menjadi seniman istana. Sehingga, di mana ada kesenian legong keraton di Bali pasti dekat istana," imbuh dia.

Seiring runtuhnya kerajaan-kerajaan di Bali, Tari Legong kemudian berkembang di masyarakat. Penandanya yakni pada era penjajahan Belanda.

"Saat Raja tak lagi memiliki kekuatan politik, Tari Legong keluar dari tembok istana dan dipelihara oleh masyarakat," beber dia.

Hingga kini, Tari Legong terus berkembang di tengah masyarakat dan memiliki beragam varian.

"Variannya bermacam-macam tergantung tema cerita. Misalnya Tari Legong Lasem yang bercerita tentang Raja Prabu Lasem atau yang bercerita tentang sekawanan burung kuntul namanya Legong Kuntul," ungkapnya.


Gede Arya menambahkan, saat ini terdapat puluhan varian Tari Legong. Pengembangan tarian ini tak lepas dari nilai estetika yang tinggi pada Tari Legong sehungga bisa dikembangkan dari berbagai cerita.

"Bahkan anak-anak muda di Bali sekarang masih terus mengembangkan tarian ini. Namun yang pasti, pakem tariannya tetap terutama pada kostumnya," kata dia.

Adapun ciri khas Tari Legong, penarinya memakai kostum yang didominasi warna kuning keemasan dan dihiasi dengan gelungan (hiasan) yang meriah.

Tari ini biasa ditampilkan berkelompok, duo, atau trio.

"Dulunya hanya ditarikan oleh perempuan saja tapi belakangan juga ada yang ditarikan oleh laki-laki," ungkapnya.

Tari Legong sendiri berasal dari kata 'leg' dan 'gong'. Leg berarti kata luwes atau elastis dan gong berarti gamelan.

"Kalau menari Legong gerakannya harus benar-benar melekuk," ujar Gede Arya.

Pihaknya pun merespon positif dengan ditampilkannya Tari Legong pada desain uang pecahan Rp 50.000 yang baru. Hal itu menjadi penghargaan dan apresiasi atas kesenian Bali.

"Saya kira bagus semacam penghargaan untuk dijadikan gambar di uang kertas yang baru. Ini kan tidak sembarang telah melewati proses yang panjam sebelum ditetapkan," kata dia.

"Tari Legong sudah diapresiasi memiliki nilai estetik yang tinggi makanya dihormati kemudian digunakan sebagai gambar di uang kertas. Kami berbangga selaku masyarakat Bali," jelasnya.

Hal ini sekaligus mengenalkan Tari Legong agar lebih dikenal oleh masyarakat Indonesia.

"Tentu tarian ini jadi lebih dipahami oleh masyarakat Indonesia, diakui milik masyarakat Bali termasuk Indonesia," tutup dia.

https://denpasar.kompas.com/read/2022/08/22/185522478/mengenal-tari-legong-yang-tercetak-di-uang-baru-pecahan-rp-50000

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke