Salin Artikel

Mengenal Gunung Rinjani, Pesona Gunung Tertinggi Ketiga di Indonesia dengan Danau Kawah yang Menawan

KOMPAS.com - Gunung Rinjani adalah gunungapi tertinggi di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat dengan ketinggian 3.726 m dpl yang merupakan bagian dari Lingkaran Api atau Ring of Fire.

Setelah Gunung Kerinci di Pulau Sumatera, Gunung Rinjani menjadi gunung berapi aktif kedua tertinggi di Indonesia.

Selain itu, Gunung Rinjani juga menjadi gunung tertinggi ketiga di Indonesia setelah Gunung Jayawijaya di Pulau Papua dan Gunung Kerinci di Pulau Sumatera.

Tak heran jika kemudian Gunung Rinjani masuk di jajaran Indonesia Seven Summits dan kerap dikunjungi pendaki lokal maupun internasional.

Gunung Rinjani terkenal dengan pesona alamnya yang memiliki puncak bernama Puncak Dewi Anjani, dan danau kawah yang bernama Segara Anak.

Letak Gunung Rinjani

Letak Gunung Rinjani secara administratif masuk ke wilayah Kecamatan Aikmel, Kabupaten Lombok Timur, Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Secara astronomis, letak Gunung Rinjani berada di antara 08°25' Lintang Selatan dan 116°28' Bujur Timur.

Gunung Rinjani juga merupakan bagian dari kawasan konservasi yang dikelola oleh Taman Nasional Gunung Rinjani.

Karakteristik Gunung Rinjani

Dilansir dari laman resmi Taman Nasional Gunung Rinjani, keberadaan Gunung Rinjani diperkirakan telah ada sejak zaman Praquarter, sementaa aktivitas vulkaniknya dimulai sejak zaman Pleistosen.

Letusan besar Gunung Rinjani membentuk kaldera yang terisi air dan kemudian dikenal sebagai Danau Segara Anak (2.010 m dpl) dengan kedalaman 230 m.

Aktivitas tektonik juga memunculkan kerucut baru gunung api yang diberi nama Gunung Baru Jari (2.376 m dpl)

Sejarah letusan Gunung Rinjani dimulai sejak tahun 1847 sampai tahun 2009 yang umumnya menghasilkan lava dan jatuhan piroklastik.

Dilansir dari laman Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), letusan Gunung Rinjani pada 2009 terjadi di Gunung Baru Jari dengan aliran lava mengalir ke dalam Danau Segara Anak.

Saat ini aktivitas Gunung Rinjani tergolong fluktuatif, sehingga pada Oktober 2022 statusnya masih berada pada Level II (Waspada).

Jalur Pendakian Gunung Rinjani

Meski medan yang dilalui cukup menantang, namun Gunung Rinjani masih sangat populer di antara para pendaki.

Terdapat dua jalur pendakian Gunung Rinjani yang kerap dipilih pendaki yaitu via Sembalun dan via Senaru.

Selain itu juga ada jalur lain yaitu via Aik Berik dan via Timbanuh, namun tidak seramai dua jalur sebelumnya.

Jalur pendakian Gunung Rinjani via Sembalun memiliki estimasi waktu pendakian sekitar 10 jam dengan rute.

Rute pertama yang akan dilewati adalah jalur Sembalun Lawang - Pos 1 (1.156 m dpl) dengan waktu tempuh sekitar 2 jam.

Rute berikutnya adalah Pos 1 - Pos 2/Pos Pemantauan (1.300 m dpl) dengan waktu tempuh sekitar 1 jam.

Selanjutnya adalah rute Pos 2 - Pos 3/Pos Pada Balong (1.800 m dpl) - Plawangan (2.639 m dpl) dengan waktu tempuh sekitar 3,5 jam.

Di rute ini pendaki akan menemukan persimpangan menuju bukit penyesalan dan jalur penderitaan, serta tanjakan bukit sembilan.

Terakhir adalah rute Plawangan - Puncak (3.726 mdpl) dengan waktu tempuh sekitar 3 jam.

Dari puncak Gunung Rinjani, pendaki dapat menikmati pemandangan Gunung Tambora di sebelah timur, Gunung Agung di sebelah barat, serta Gunung Baru Jari dan Segara Anakan di bawahnya.

Dari puncak, biasanya pendaki yang naik melalui jalur Sembalun akan turun melalui jalur Senaru untuk bisa merasakan pesona Gunung Rinjani dari dua jalur sekaligus.

Syarat Pendakian Gunung Rinjani

Bagi pendaki yang berencana mengunjungi Gunung Rinjani diharuskan mendaftar secara online melalui laman https://www.rinjaninationalpark.id/book.

Selain memastikan jadwal pendakian serta ketersediaan kuota, pendaki Gunung Rinjani juga diharuskan melengkapi persyaratan tambahan yang diperlukan pada masa pandemi.

Pada masa pandemi waktu pendakian dibatasi maksimal 3 hari 2 malam, dan jika melebihi waktu yang ditentukan maka pendaki akan dikenakan overtime dengan resiko namanya masuk ke dalam blacklist.

Legenda Gunung Rinjani

Dilansir dari laman Badan Bahasa Kemendikbud, masyarakat Pulau Lombok, khususnya suku Sasak dan suku Bali menganggap Gunung Rinjani sebagai tempat suci dan merupakan istana para dewa.

Hal dapat dilihat dari legenda yang terkait dengan asal usul nama Gunung Rinjani, yaitu dari nama Dewi Rinjani yang merupakan anak Datu Taun dan Dewi Mas.

Datu Taun dan Dewi Mas adalah raja dan permaisuri yang hidup aman dan tenteram, namun sering bersedih karena belum dikarunia anak.

Datu Taun kemudian memohon untuk menikah lagi dengan Sunggar Tutul, putri dari Patih Aur.

Dengan kekuasaan Tuhan, Dewi Mas yang mulai tersingkirkan justru tiba-tiba hamil.

Sunggar Tutul yang iri melihat kehamilan tersebut memfitnah Dewi Mas yang menyebabkan sang permaisuri diusir dari istana.

Dewi Mas kemudian tinggal di Gili dan dibawa oleh seorang nakhoda ke Bali. Di Bali, Dewi Mas melahirkan anak kembar bernama Raden Nuna Putra Janjak dan Dewi Rinjani.

Saat keduanya mulai tumbuh dewasa, Dewi Mas menyampaikan bahwa ayah mereka adalah Datu Taun seorang raja di Lombok. Raden Nuna Putra Janjak pun berangkat ke Lombok untuk menemui ayahnya.

Pada awalnya mereka berperang, tetapi dengan terdengarnya bisikan gaib dari angkasa, sang raja mengetahui bahwa yang diajaknya berperang adalah anaknya sendiri akhirnya berdamai dan raja Datu Taun menjemput Dewi Mas ke Bali.

Raden Nuna Putra Janjak pun kemudian menggantikan ayahnya menjadi raja, sementara sang ayah dan putrinya Dewi Rinjani menyepi di puncak gunung untuk bersemedi.

Di sinilah kemudian Dewi Rinjani diangkat oleh para mahluk halus menjadi ratu yang membuat gunung itu disebut sebagai Gunung Rinjani.

Tempat Wisata di Sekitar Gunung Rinjani

Selain menarik sebagai tempat pendakian, Gunung Rinjani juga memiliki berbagai tempat wisata alam yang dapat dikunjungi.

Destinasi non pendakian di Gunung Rinjani di antaranya adalah air terjun dengan pemandangan yang menawan seperti Air Terjun Sendang Gile, Air Terjun Tiu Kelep, Air Terjun Jeruk Manis, Air Terjun Mayung Polak, dan Air Terjun Mangku Sakti.

Selain itu ada juga Otak Kokok Joben (Joben Eco Park), Telaga Biru, Gunung Kukus, Sebau, dan Savana Propok.

Sumber:
vsi.esdm.go.id  
magma.esdm.go.id 7c8 
rinjaninationalpark.id  
the7summitsindonesia.com  
badanbahasa.kemdikbud.go.id  
tribunnewswiki.com  
travel.kompas.com (Penulis Nicholas Ryan Aditya | Editor Kahfi Dirga Cahya)

https://denpasar.kompas.com/read/2022/10/19/221905978/mengenal-gunung-rinjani-pesona-gunung-tertinggi-ketiga-di-indonesia-dengan

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com