Salin Artikel

Mengenal Suku Sasak, dari Asal Usul hingga Tradisi

KOMPAS.com - Suku Sasak menjadi salah satu kelompok etnis yang mewarnai keragaman masyarakat yang mendiami wilayah Indonesia.

Suku Sasak adalah penduduk asli yang berasal dari Pulau Lombok, di Provinsi Nusa Tenggara Barat.

Mayoritas masyarakat Suku Sasak memang tinggal di Pulau Lombok, namun ada juga yang merantau ke beberapa wilayah di Indonesia.

Tak heran jika di Pulau Lombok, wisatawan dapat dengan mudah menemui tradisi dan budaya dari Suku Sasak.

Asal Usul Suku Sasak

Dilansir dari pemberitaan Kompas.com, terdapat beberapa teori tentang asal usul dari Suku Sasak.

Pendapat pertama menyebut bahwa nama Sasak berasal dari kata ‘sah’ yang berarti pergi dan ‘shaka’ yang berarti leluhur. Sehingga Sasak dapat diartikan sebagai pergi ke tanah leluhur.

Adapun leluhur suku Suku Sasak dipercaya berasal dari Jawa, dengan melihat kemiripan aksara yang digunakan.

Pendapat lain menyebut bahwa nama Sasak berasal dari kata ‘sak-sak’ yang berarti sampan. Hal ini dipercaya terkait dengan kedatangan nenek moyang Suku Sasak ke Pulau Lombok dengan penggunaan sampan.

Ciri-ciri Suku Sasak

Ciri khas Suku Sasak dapat diamati dari cara hidup serta hasil budaya yang masih dapat diamati hingga saat ini.

Masyarakat setempat dalam kesehariannya berkomunikasi menggunakan bahasa Sasak sebagai bahasa daerah.

Sebagian besar Suku Sasak memeluk agama Islam. Sementara sebagian kecil menganut kepercayaan 'Sasak Boda' yang merupakan kepercayaan mereka sebelum mengenal Islam.

Rumah adat Suku Sasak disebut Bale terdiri atas tiga tipe sesuai dengan status penghuninya.

Bale Bonter merupakan tempat tinggal untuk para pejabat, Bale Kodong merupakan tempat tinggal untuk para pengantin baru atau orang tua yang ingin menghabiskan masa tua, dan Bale Tani yaitu tempat tinggal untuk mereka yang sudah berkeluarga dan memiliki keturunan.

Rumah adat Suku Sasak dilengkapi dengan lumbung padi, serta memiliki bentuk pintu yang lebih rendah di mana tamu harus menunduk untuk melaluinya.

Atap rumah adat Suku Sasak terbuat dari ilalang atau ijuk, sementara lantainya berupa tanah liat yang dicampur dengan sekam.

Hal unik adalah masyarakat masih memiliki kebiasaan mengepel lantai menggunakan kotoran kerbau yang dipercaya membuat lantai tidak mudah pecah, rumah menjadi lebih hangat, dan dijauhi nyamuk.

Wisatawan bisa mengunjungi Kampung Suku Sasak Sade yang terletak di Desa Rambitan, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah untuk melihat rumah-rumah dan tradisi masyarakat Sasak.

Suku Sasak juga memiliki pakaian adat tersendiri. Pakaian adat untuk pria bernama Pegot, sementara untuk wanita bernama Lambung.

Tradisi Suku Sasak

Berikut adalah bentuk tradisi yang masih dilakukan oleh Suku Sasak.

1. Tradisi kawin culik atau Merariq

Suku Sasak memiliki tradisi pernikahan yang unik yaitu kawin lari atau Merariq.

Dalam tradisi ini, calon mempelai pria akan ‘menculik’ calon mempelai wanita selama 3 hari ke tempat tertentu tanpa sepengetahuan dari orang tuanya.

Setelah itu orang tua calon mempelai wanita akan ‘menebus’ anaknya dan melanjutkan pembicaraan mengenai pernikahan kedua mempelai.

2. Tradisi Peresean

Tradisi peresean dilakukan oleh dua orang pria dari suku sasak yang bertarung layaknya gladiator.

Tradisi ini tidak sekadar menjadi pertunjukkan adu kekuatan, namun memiliki nilai-nilai dan maksud tersendiri.

Pertama adalah untuk menyeleksi para prajurit di masa berdirinya Kerajaan Lombok di mana pemenang akan mejadi kandidat terkuat dan dipilih sebagai prajurit.

Kedua adalah sebagai tradisi untuk meminta hujan yang dilakukan pada bulan ke-7 kalender Suku Sasak.

3. Tradisi Bau Nyale

Bau Nyale adalah tradisi Suku Sasak dengan turun ke laut untuk mencari nyale atau cacing laut.

Bau Nyale terdiri dari dua kata, yaitu Bau yang artinya menangkap dan Nyale adalah cacing laut sejenis filumannelida.

Tradisi Bau Nyale biasa diselenggarakan di Pantai Seger, Pantai Kute, Pantai Tanjung A'an dan Pantai Molok atau Pantai Pondok Dende.

Waktu pelaksanaan tradisi ini adalah setiap tanggal 20 Bulan Sepuluh dalam penanggalan Suku Sasak.

Sumber:
gramedia.com  
travel.kompas.com  
regional.kompas.com  
regional.kompas.com 
tribunnewswiki.com  
manado.tribunnews.com  
sumbarprov.go.id  

https://denpasar.kompas.com/read/2022/10/20/203204378/mengenal-suku-sasak-dari-asal-usul-hingga-tradisi

Terkini Lainnya

Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com