Salin Artikel

Dinkes: Fokus Penanganan Covid-19 Jadi Penyebab Kasus Rabies di Bali Naik

Kasus tersebut meningkat tajam dibandingkan tahun sebelumnya, yakni satu orang meninggal di Kabupaten Buleleng, Bali.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan Provinsi Bali I Wayan Widya, mengatakan, meningkatnya kasus rabies ini tidak terlepas dari pandemi Covid-19 selama dua tahun terakhir.

Pasalnya, anggaran untuk vaksinasi rabies dialihkan atau dipotong untuk penanganan pandemi Covid-19.

Kemudian, banyak petugas lapangan terpaksa berkerja dari rumah (work form home) karena adanya kebijakan Penerapan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

Kedua faktor tersebut menyebabkan angka vaksinasi rabies rendah kurang lebih mencapai 30 persen.

"Yang jelas kita kemarin mohon maaf, dua tahun kita fokus ke Covid-19 sehingga untuk vaksinasi anjing itu kita terbatas, kan ada recofusing anggaran dan sebagainya sehingga untuk vaksinasi untuk anjing terbatas," kata dia saat dihubungi pada Rabu (21/12/2022).

Widya mengatakan, kasus kematian akibat gigitan anjing rabies ini tersebar di lima kabupaten di Bali.

Rinciannya, kasus tertinggi terdapat di Buleleng yakni 13 orang meninggal dunia, disusul Jembrana 4 orang, Bangli 3 orang, Gianyar dan Karangasem masing-masing 1 orang.

Dengan adanya kasus ini, lanjut Widya, pihaknya akan kembali mendorong vaksinasi terhadap Hewan Penular Rabies (HPR).

Apalagi, status Kejadian Luat Biasa (KLB) rabies yang sudah ditetapkan beberapa tahun lalu belum pernah dicabut.

"Sebenarnya sudah dari dulu ditetapkan kita belum cabut KLB-nya cuma kita sempat kasusnya menurun, beberapa tahun ini sempat naik kasusnya karena pandemi Covid kemarin dengan capaian vaksinasi anjing yang menurun, kuncinya sih sebenarnya disitu," kata dia.

Widya mengatakan stok Vaksin Anti Rabies (VAR) di seluruh kabupaten/kota se-Bali hingga saat ini masih cukup aman.

"Semoga nggak terjadi lagi kasus ini yah, kalau kita di provinsi 5 ribu (dosis VAR) di lain masih ada Denpasar, Badung, Jembrana masih punya. Seandainya nanti kurang ini bisa direlokasi dari kabupaten lain sampai kita menunggu proses di tahun 2023 dan mungkin ada kiriman dari Kemenkes pusat," kata dia.

Widya menghimbau masyarakat apabila terkena gigitan HPR untuk mencuci bagian tubuh yang tergigit di air yang mengalir dan segara mendatangi Puskesmas terdekat untuk mendapatkan VAR.

"Kita paham masyarakat Bali banyak yang suka dan sayang sama anjing kucing dan sebagainya. Masyarakat harus sadar melalukan vaksinasi terhadap anjing, yang ekstrim ada anjing liar dan sebagainya, mungkin tapi bisa jadi polemik juga kita eliminasi," kata dia.

https://denpasar.kompas.com/read/2022/12/21/175411078/dinkes-fokus-penanganan-covid-19-jadi-penyebab-kasus-rabies-di-bali-naik

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com