Salin Artikel

34 Ekor Penyu Hijau Selundupan Dilepas di Pantai Banyuwedang Buleleng

BULELENG, KOMPAS.com - Sebanyak 34 ekor Penyu Hijau (Chelonia mydas) hasil penggagalan upaya penyelundupan yang diungkap Tim Patroli Pangkalan TNI AL (Lanal) Denpasar di Perairan Pantai Klatakan, Desa Melaya, Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali, dilepasliarkan ke habitat asli.

Kepala Seksi Konservasi Wilayah I Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bali, Sumarsono mengatakan, penyu-penyu itu dilepasliarkan di Pantai Banyuwedang, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali, pada Jumat (13/1/2023) sekitar pukul 18.00 Wita.

Sumarsono menyebut, ada 43 total penyu hijau yang dievakuasi ke Kolam Penampungan BKSDA Bali di Banyuwedang, Buleleng. Namun, dari 43 ekor penyu itu, 9 di antaranya dalam kondisi sakit.

"Sehingga 34 ekor penyu yang sehat langsung dilepas kemarin," ujarnya, dikonfirmasi Sabtu (14/1/2023) di Buleleng.

Sebanyak 9 ekor penyu yang masih sakit kini dalam perawatan pihak BKSDA Bali. Penyu-penyu itu diberikan infus dan antibiotik.

"Kalau 9 ekor penyu yang sakit sekarang masih dirawat di kolam karantina Banyuwedang," imbuhnya.

Ia mengungkapkan, penyu-penyu itu diketahui sakit saat observasi sebelum dilepas. Pihaknya melakukan pengecekan kondisi kesehatan setiap ekor penyu yang akan dilepas.

"Kemarin kami cek kesehatannya satu-satu, 2 ekor penyu di antaranya kami ketahui ada tumor di bagian kepalanya. Kemudian 7 ekor lagi tidak bisa menyelam saat kami lepas, jadi kami ambil lagi," jelasnya.

Ia menjelaskan, dua ekor penyu yang memiliki tumor akan dioperasi. Namun berapa lama proses pemulihannya pihaknya belum bisa memastikan.

"Pemulihannya tidak bisa kami pastikan, pengalaman kami biasanya 2-3 minggu, yang ada tumornya bisa lebih lama," ujarnya.

Kata dia, tak menutup kemungkinan penyu tersebut mengalami stres.

"Bisa saja kemungkinan stress karena kemarin terlalu lama di darat, namun biasanya kalau stres bagaimana pun masih bisa menyelam. Ini berarti kondisinya memang sakit," jelasnya lagi.

Pihaknya juga berencana meronsen perlu dironsen untuk diketahui penyebab penyu tersebut tidak mampu menyelam.

"Biasanya kalau tidak bisa menyelam ada sesuatu di perutnya yang membuat penyu itu tidak bisa tenggelam, nanti dironsen apakah ada plastik atau apa," tutupnya.

Diberitakan sebelumnya, sebanyak 43 penyu hijau diamankan anggota TNI AL yang sedang berpatroli di Perairan Pantai Klatakan, Desa Melaya, Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana, Kamis (12/1/2023) malam pukul 22.00 Wita.

Ia menjelaskan, penyu-penyu itu diangkut menggunakan dua buah perahu. Perahu tersebut hendak mendarat ke pantai dan langsung diamankan TNI AL. Sedangkan yang membawa penyu tersebut diduga kabur.

Usia penyu tersebut rata-rata berkisar 5 tahun hingga di atas 10 tahun. Dengan ukuran panjang sekitar 45 centimeter hingga 1 meter.

Menurutnya, penyu hijau merupakan sala satu satwa yang dilindungi oleh pemerintah sesuai dengan Undang-Undang Nomor 5 tahun 1990 tentang konservasi Sumber Daya Alam.

Pihaknya pun masih menyelidiki asal muasal penyu tersebut. Diduga, penyu tersebut ditangkap di Perairan Madura, Jawa Timur dan hendak diselundupkan ke Bali untuk diperdagangkan.

"Asal (penyu) diduga dibawa dari Perairan Madura, diduga akan dipasarkan di Bali untuk dikonsumsi. Karena penyu hijau merupakan Satu-satunya penyu yang bisa dikonsumsi," tutupnya.

https://denpasar.kompas.com/read/2023/01/14/142202278/34-ekor-penyu-hijau-selundupan-dilepas-di-pantai-banyuwedang-buleleng

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com