Salin Artikel

Cerita PMI asal Bali Saat Gempa Dahsyat Guncang Turkiye: Listrik Mati, Rumah Goyang, dan Hujan Badai

Perempuan asal Desa Menyali, Kecamatan Sawang, Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali, ini menceritakan suasana mencekam saat gempa tersebut terjadi.

Ia menuturkan, dia bersama 15 temannya yang juga berasal dari Bali tinggal di lantai 15 di sebuah apartemen di Provinsi Hatay, Kota Iskendurun, Turkiye.

Kala itu, mereka semua dalam kondisi sudah tertidur pulas karena seharian sudah lelah bekerja.

Sekitar jam 4 pagi waktu setempat, tiba-tiba terjadi guncangan yang begitu hebat. Kondisi semakin mencekam lantaran listrik juga ikut padam.

"Kami syok listrik mati, rumah bergoyang, kami ingin lari, namun guncangan gempa sangat keras, dan kami berada dilantai yang lumayan tinggi, posisi kami lelah dan tidak punya tenaga, yang tidak pernah merasakan pasti tidak tau bagaimana rasanya. Bayangkan perasaan kami pada saat itu, diluar hujan badai," kata dia melalui pesan Whatsapp, pada Kamis (9/2/2023).

Anggreni mengatakan, saat gempa itu terjadi mereka memutuskan untuk tetap bertahan di dalam kamar meski dalam keadaan guncangan yang cukup panjang.

"Beberapa orang yang di sebelah kamar kita melarikan diri pada saat guncangan pertama, berjalan tetapi mereka terluka karena terjatuh di tangga dan bertumpuk-tumpuk, tetapi yang sekamar dengan saya tidak terluka sedikitpun karena kita keluar pada saat guncangan berhenti," kata dia.

Ia mengatakan, karena dalam keadaan panik dia dan teman-temannya keluar dari dalam gedung hanya mengenakan pakaian tidur tanpa memakai sandal. Cuaca saat itu bersalju dan hujan badai, sehingga suhunya dingin.

"Kami panik karena gempa terus ada susulan dan hujan badai terus berjalan, kami sedang berduka, kami kehilangan pekerjaan, beri kami semangat," kata dia.

Anggreni mengungkapkan, gedung apartemen tempat tinggal mereka tidak roboh, hanya mengalami keretakan.

Namun, karena kondisi belum menentu dia bersama lima orang temannya mengungsi ke rumah bos tempat mereka bekerja.

Sedangkan, enam orang untuk sementara berada di tenda pengungsian di sebuah lapangan. Sementara empat orang lainnya sudah dievakuasi pihak Kedutaan Besar RI (KBRI) menuju Provinsi Ankara, Turkiye.

"Sementara ingin tinggal di sini, pada saat ini kami masih memiliki bahan makanan dan agency sudah membantu mengirimi kami uang 300 Lira (sekitar Rp 200 ribuan) per orang dan paket data untuk memberi kabar (keluarga)," kata dia.

Penderitaan Anggreni dan teman-temannya juga bertambah lantaran di tempat mereka saat ini juga sedang krisis air.

Ia menyampaikan, dia dan teman-temannya memutuskan untuk tidak ikut untuk dievakuasi KBRI. Alasannya, karena saat ini ia dan rekannya tak memiliki uang. Sementara di tempat yang sekarang kebutuhan meraka masih tercukupi.

"Kami pada saat ini sudah punya tempat tinggal, dan stok makanan, dan kami yakin masih bisa bertahan hidup di sini, karena masih ada customer kami yang ingat dengan kami dan selalu membantu kami disini," kata dia.

"Yang kami butuhkan sekarang hanya air, di sini tidak ada air untuk mandi dan lain-lain. Kami juga butuh paket data yang lebih banyak untuk waspada, dan makanan untuk kami stok selama kami belum dipindah," kata dia.

Sementara itu, Kepala Dinas Ketenagakerjaan (Disnaker) dan ESDM Bali Ida Bagus Setiawan, mengatakan, pihaknya mencatat saat ini pekerja migran yang ada di Turkiye berjumlah 1.375.

Menurut informasi dari KBRI di Turki, para PMI itu dalam keadaan selamat, namun ada beberapa yang terluka. Kendati demikian, pihak masih terus berkoordinasi dengan instansi terkait untuk memantau keadaan para pekerja migran asal Bali itu.

"Kalau terluka sesuai rilis KBRI ada tapi ngga ada korban jiwa, kecuali kemarin satu WNI ( Nia Marlinda) pasangan yang sudah menikah dengan WN Turki dan sudah dimakamkan," kata dia.

https://denpasar.kompas.com/read/2023/02/09/170034278/cerita-pmi-asal-bali-saat-gempa-dahsyat-guncang-turkiye-listrik-mati-rumah

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke