Salin Artikel

Tangis Haru Sambut Kedatangan Jenazah Wayan Supini dari Turkiye...

Supini adalah Pekerja Migran Indonesia (PMI) asal Klungkung, Bali, yang tewas tertimpa runtuhan bangunan saat gempa bumi magnitudo 7,7 mengguncang Turkiye, Senin (6/2/2023) waktu setempat.

Korban meninggalkan suaminya bernama I Nyoman Ranten (50), dan tiga orang anaknya masing-masing bernama I Gede Krisna Adi Pratama Putra (20), Ni Kadek osiana murni Savitri (17), dan Ni Komang divya Aurora Savitri (6).

Pantauan Kompas.com, suami dan tiga orang anak bersama sejumlah keluarga lainnya tiba kargo bandara pada pukul 13.00 Wita. Mereka menanti jenazah korban dengan raut wajah sedih dan murung.

Setelah menanti sekian jam, sekitar pukul 16.00 Wita, suami dan tiga anak korban masuk ke ruangan kargo untuk mengikuti proses serah terima jenazah Supini.

Kemudian, beberapa para anggota polisi dan TNI AD mengangkat peti jenazah korban menuju mobil ambulans untuk selanjutnya dibawa dan dititipkan di kamar jenazah RSUD Klungkung.

Nyoman Ranten bersama anak sulungnya I Gede Krisna Adi Pratama Putra, tampak memeluk peti jenazah korban dengan mata berkaca-kaca saat berada di dalam mobil Ambulans. Sejumlah keluarga yang datang melayat juga tampak meneteskan air mata.

Acara penjemputan jenazah Supini juga dihadiri oleh Kapolda Bali Irjen Pol Putu Jayan Danu Putra, Kapolresta Denpasar Kombes Pol Bambang Yugo Pamungkas, dan Kepala Dinas Ketenagakerjaan (Disnaker) dan ESDM Bali Ida Bagus Setiawan.

I Gede Krisna Adi Pratama Putra, mengatakan, semasa hidup ibunya dikenal sebagai perempuan ulet dalam bekerja dan suka akan kebersihan.

"Ibu pekerja keras dan orangnya ngga bisa lihat kotor, rajin. Apa-apa serba cepat dikerjakan," kenang Krisna akan ibunya, Kamis.

Ia menuturkan, selama merantau di Turkiye ibunya hampir tiap hari memberi kabar kepada ayah dan adik-adiknya.

Terakhir kali Krisna berkomunikasi dengan ibunya dua hari sebelum peristiwa gempa mengguncang Turkiye. Saat itu, Supini berpesan kepada anak sulungnya itu agar selalu menjaga adik-adiknya.

Krisna mengatakan dia tidak memiliki firasat apapun sebelum peristiwa gempa tersebut merenggut nyawa ibunya.

"Enggak (ada firasat) kami berharap yang terbaik (untuk ibu) jadi ngga pernah berpikiran ke sana," kata dia.

Sementara itu, Nyoman Ranten menuturkan, mulai khawatir dengan keberadaan istrinya setelah mendengar kabar bahwa di Turkiye terjadi gempa sangat dashyat.

Sontak, ia pun langsung menelpon dan mengirim pesan melalui aplikasi perpesanan Whatsapp kepada istri tercintanya itu tapi tidak ada respons.

Karena tak mendapat kabar dari istrinya, Ranten kemudian berusaha untuk menghubungi kerabatnya yang juga merantau di Turkiye agar mencari keberadaan istrinya.

Setelah hampir dua minggu dalam kondisi gelisah, pada Minggu (18/2/2023), dia pun mendapat kabar bahwa salah satu WNI yang meninggal dunia akibat gempa tersebut adalah istrinya.

"Akhirnya kemarin tanggal 17, kita dihubungi dari Mabes Polri dan Polresta mendatangi rumah kita di Kuta, rumah ibu. Di sama kita di minta datang ke RS Trijata, karena di minta visum dan DNA. Tanggal 18 baru kita tau positif bahwa jenazah yang ditemukan adalah istri saya," kata dia.

Ranten tak bisa menyembunyikan rasa sedih saat mengenang sosok istrinya semasa hidup. Di matanya, Supini adalah pekerja kerja keras dan sangat mencintai anak-anaknya.

Bahkan, Supini keberangkatan Supini ke Turkiye pada tahun 2022 karena didorong oleh kebutuhan ekonomi dan memikirkan masa depan anak-anaknya. Apalagi, saat itu Supini juga kehilangan pekerjaan dampak pandemi Covid-19.

"Dengan semangatnya itu dia ingin ada banyak perubahan dalam keluarga karena banyak juga tuntutan keluarga, desa dan kebutuhan lain," kata dia.

Ranten mengatakan, rencananya jenazah istrinya akan dikuburkan pada 10 Maret 2023. Bagi kepercayaan desa adat setempat, kematian yang tidak diduga atau dikehendaki atau mati salah pati tidak dilakukan upacara Ngaben (kremasi) tapi dikubur.

"Cuma kita masih menunggu waktu yang tepat berkomunikasi dengan keluarga besar, kita akan kubur tanggal 10. Karena sesuai dengan aturan adat krista di adat kami, ini dikategorikan sebagai mati salah pati, itu yang sesuai dengan pararem (peraturan adat)," kata dia.

https://denpasar.kompas.com/read/2023/02/23/192822978/tangis-haru-sambut-kedatangan-jenazah-wayan-supini-dari-turkiye

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke