Salin Artikel

Pemprov Bali Bentuk Satgas untuk Mengurangi Pelanggaran Wisatawan Mancanegara

DENPASAR, KOMPAS.com - Pemerintah Provinsi Bali membentuk Satuan Tugas (Satgas) untuk mengurangi pelanggaran yang dilakukan Warga Negara Asing (WNA) yang sedang berlibur di Pulau Dewata.

Diketahui, beberapa waktu belakangan berkembang kabar di media sosial yang menyebut sejumlah WNA bekerja secara ilegal di Bali, seperti membuka jasa kursus mengendarai sepeda motor, bisnis rental kendaraan hingga restoran.

Bahkan, Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati atau Cok Ace juga mendapat laporan terkait WNA yang berjualan sayur kepada kenalannya sesama wisatawan mancanegara.

Kepala Dinas Pariwisata Bali Tjok Bagus Pemayun mengatakan, Satgas ini melibatkan seluruh Organisasi Perangkat Daerah (OPD) di Bali, termasuk pihak Imigrasi dan Kepolisian.

"Satgas ini kan nanti akan turun sesuai case-nya, kalau memang dia adalah sebagai wisatawan dan bekerja itu salah. Itu ada nanti regulasinya sesuai keimigrasian menyalahgunakan visa," kata dia kepada wartawan pada Selasa (28/2/2023).

Ia mengatakan, pembentukan Satgas ini sesuai dengan arahan Gubernur Bali I Wayan Koster untuk menata pariwisata Bali agar lebih berkualitas ke depannya.

Selain melakukan penindakan, Satgas ini juga bertugas melakukan edukasi, baik terhadap wisatawan mancanegara maupun pemilik akomodasi terkait larangan yang tidak boleh dilakukan di Bali.

Kemudian, melakukan pendataan usaha rental kendaraan dan pendataan perizinan transportasi pariwisata, fokus di Denpasar, Badung dan Gianyar.

Berikutnya, Satgas juga akan memasang baliho imbauan dalam berbagai bahasa dari berbagai negara di sejumlah titik di sekitar kawasan wisata dan melakukan patroli secara berkala.

"Ini kan sudah jelas siapa melakukan apa. Saya minta segera karena kebetulan saya ditelepon Pak Gubernur sudah harus ditata karena sudah banyak kejadian maka Satgas jawabannya," kata dia.

Hanya saja, pihaknya masih keterbatasan informasi terkait keberadaan WNA yang melakukan pekerjaan ilegal tersebut.

Bahkan, pihaknya sempat meminta pemilik akun Instagram yang sering mengunggah ulah para WNA, khususnya WNA dari Rusia saat berlibur di Bali, namun tidak ada respons.

"Berita viral itu juga dari pengawasan kita bahkan kita sudah berkomunikasi dengan akun yang memiliki media itu, sebenarnya kita membutuhkan informasi awal. Kalau hanya gambar video tidak tahu hanya tinggal di mana kejadian di mana siapa namanya atau panggilan atau nickname kami bagaimana menelusurinya lagi," kata dia saat ditemui di kantornya.

Sebelumnya, Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati atau Cok Ace menyoroti maraknya wisatawan mancanegara (Wisman) yang bekerja secara ilegal di Bali.

Cok Ace mengaku mendapat laporan terkait banyaknya Warga Negara Asing (WNA) yang menjadi penjual sayur kepada rekan senegaranya yang ada di Bali.

"Saya dengar laporan dari bawah juga banyak mereka (wisman) dagang ikut menjual sayuran kepada teman-temannya, dia mengambil ke pasar, dia jual kepada teman-temannya," kata dia kepada wartawan di kantor DPRD Provinsi Bali pada Senin (27/2/2023).

https://denpasar.kompas.com/read/2023/02/28/180524478/pemprov-bali-bentuk-satgas-untuk-mengurangi-pelanggaran-wisatawan

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com