Salin Artikel

Paling Banyak Dideportasi, Kedatangan Turis Rusia ke Bali Terus Merosot

Di satu sisi, kedatangan turis asal Rusia ke Bali juga terus merosot tiap bulannya. Bahkan, pada April 2023, mereka terlempar dari 10 besar negara yang paling banyak berkunjung ke Pulau Dewata.

Menanggapi hal ini, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Ham (Kakanwil Kemenkumham) Bali Anggiat Napitulu, belum bisa memastikan penyebab merosotnya kedatangan WN Rusia ke Bali.

"Berkurangnya WN Rusia tidak masuk 10 besar pada April 2023 mungkin akan saya tanya satu per satu ke Rusia, what happen, karena kita enggak tahu juga. Karena parameternya global, kita enggak tahu penerbangan dari Rusianya, keluar Rusia semakin terbatas. Atau penerbitan paspor dari Rusia juga semakin ketat, kita enggak tau, nanti kalau saya jawab nanti asumsi namanya," kata dia pada Kamis (4/5/2023).

Anggiat mengungkapkan, pada Januari 2023, WN Rusia masuk urutan ke dua sebagai turis asing yang paling banyak datang ke Bali dengan jumlah 22.703 orang, dan posisi pertama Australia dengan jumlah 94. 075 orang.

Kemudian, pada Februari 2023, Rusia bergeser ke posisi ketiga dengan jumlah 17. 874 orang dan urutan ke dua diduduki India dengan jumlah 28.367 orang, dan pertama Australia berjumlah 78.226 orang.

Berikutnya, pada Maret 2023, posisi Rusia kembali merosot ke urutan delapan dengan jumlah kedatangan 14.864 orang. Sedangkan, pada April 2023, Rusia tidak lagi berada dalam 10 besar negara yang paling banyak datang ke Bali.

Di lain sisi, pada periode Januari hingga April 2023, WN Rusia tetap masuk 10 besar negara yang paling banyak meninggalkan Bali.

Rinciannya, Januari, pada posisi ke tiga engan jumlah keberangkatan 20.925 orang setelah India sebanyak 26.835 orang dan Australia 115. 235 orang.

Kemudian, Februari masih pada urutan ke tiga sebanyak 19.437 orang dan, Maret pada urutan ke empat berjumlah 20.184 orang.

Sedangkan, pada April jumlah keberangkatan WNA Rusia masuk urutan ke tujuh dengan jumlah 14.462 orang.

"Mengapa saya bicara Rusia karena kita di Bali heboh dengan Rusia-nya. Jadi pada bulan Maret wisatawan Rusia itu turun. Yang tadinya dua besar jadi delapan besar. Tetap nomor satu Australia, rata-rata tiap bulan di atas 90 ribu," kata dia.

Paling Banyak Dideportasi

Jajaran Imigrasi Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kanwil Kemenkumham) Bali telah mendeportasi 101 WNA selama Januari hingga 25 Meret 2023. Dari jumlah tersebut, 27 di antaranya merupakan warga negara Rusia.

"Pendeportasian dari 2 Januari-30 April sudah kita kenakan terhadap 101 WNA dengan jumlah terbanyak WN Rusia 27 orang, WN Inggris 8 orang, WN AS 7 orang, WN Nigeria 7 orang, WN Australia 6 orang dan negara lainnya. Jadi 101 orang itu berasal dari 31 negara asing," kata Anggiat.

Ia membeberkan, pada Januari-Februari 2023, WNA yang dideportasi kebanyakan karena melanggar izin tinggal atau over stay.

Sedangkan, pada Maret-April 2023 rata-rata karena melanggar hukum lainya seperti melanggar norma adat di Bali dan mantan narapidana, lalu menyalagunakan izin tinggal atau bekerja ilegal dan over stay.

"Pelanggaran hukum lainnya adalah WNA melanggar norma yang ada di Bali. Dalam konsep hukum RI, hukum adat yang masih berlaku sudah menjadi norma di mana dalam KUHP baru kita kenal dengan istilah living law. Jadi teman-teman ikuti viralnya tentang pelanggaran WNA," kata dia.

https://denpasar.kompas.com/read/2023/05/04/165228778/paling-banyak-dideportasi-kedatangan-turis-rusia-ke-bali-terus-merosot

Terkini Lainnya

Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
 Jember Borong 5 Penghargaan dalam Sepekan
Jember Borong 5 Penghargaan dalam Sepekan
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com