Salin Artikel

Gubernur Koster Tutup Pendakian Gunung Agung di Bali, Pemandu Pasrah

Menurutnya, dari sekitar 97 orang pemandu setempat, hanya sebagian yang sepakat dengan rencana orang nomor satu di Bali tersebut.

Sedangkan, sebagian lagi terpaksa menerima kebijakan itu meskipun belum sepenuhnya sepakat.

"Itu kan daerah, beliau yang mengatakan seperti itu tapi kami sebagai rakyat kecil apa boleh buat, tetap mengikuti aturan dari atas. Kami di sini masih 50 persen lah, bukan sepakat. Tapi karena itu aturan apa boleh buat," kata dia saat dihubungi pada Jumat (23/6/2023).

Ia mengatakan, sejak wacana itu bergulir sudah banyak turis yang membatalkan trip pendakian ke Gunung Agung meski sudah memesan tiket.

Padahal, penutupan Gunung Agung belum resmi dilaksanakan karena menunggu terbitnya peraturan daerah. Aktivitas pendakian masih diizinkan dengan syarat menggunakan pemandu lokal.

Dari sembilan jalur pendakian, baru dua yang sudah ditutup. Yakni, jalur pendakian lewat Pura Pengubengan Besakih dan Pura Pasar Sebudi, Selat.

"Tapi itu bisa dijajaki sama pemandu kalau memang benar-benar mengikuti aturan dan tidak melanggar aturan memakai pemandu setempat agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Kami sementara belum menutup pendakian jalur edelweis," kata dia.

"Apa yang disampaikan pak gubernur betul gunung-gunung di Bali, khususnya Gunung Agung adalah gunung yang disucikan dari leluhur orang Bali, agama Hindu sampai sekarang. Jadi, pendakian itu wajib menjaga kesucian. Jadi pendaki wajib mengikuti aturan sebelum ada tindakan lebih lanjut," sambungnya.

Kayun mengatakan, akan mengambil pekerjaan yang ditawarkan pemerintah untuk menjadi tenaga kontrak penjaga hutan atau disebut Jaga Wana Kerthi.

Dia berharap apabila kebijakan itu terlaksana bisa mendapat gaji yang sesuai dengan pendapatan mereka, yakni sekitar Rp 6-10 juta per bulan.

"Kami tetap menerima (jadi pegawai kontrak) yang penting kami dapat pekerjaan," kata dia.

Terpisah, Gubernur Bali Wayan Koster mengklaim rencana kebijakannya tersebut telah mendapat respons positif dari pemandu maupun pemangku kepentingan di Gunung Agung, Karangasem, Bali.

Menurutnya, mereka sepakat dengan kebijakan itu demi menjaga kesucian Gunung Agung.

"Saya sudah bertemu dengan kepala desa, bendesa adat, forum peduli hutan, dan pemandu semuanya setuju untuk melakukan penutupan pendakian ke Gunung Agung karena Gunung Agung termasuk kawasan suci," katanya kepada wartawan di Bandara Ngurah Rai, Badung, Bali, pada Kamis (22/6/2023).

Koster mengatakan, aktivitas wisata di Gunung Agung rencananya akan dibatasi hanya sampai di bawah kaki gunung.

Selanjutnya, Koster akan bertemu dengan pihak desa dan pemandu di Gunung Batur, Kintamani, Kabupaten Bangli, untuk membahas penutupan aktivitas wisata di gunung tersebut.

"Akan dikumpulkan (kepala desa dan pemandu Gunung Batur), sekarang baru Gunung Agung, klir," katanya.

https://denpasar.kompas.com/read/2023/06/23/165924678/gubernur-koster-tutup-pendakian-gunung-agung-di-bali-pemandu-pasrah

Terkini Lainnya

Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
 Jember Borong 5 Penghargaan dalam Sepekan
Jember Borong 5 Penghargaan dalam Sepekan
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com