Salin Artikel

Tentang Keris Klungkung yang Akan Dikembalikan Belanda, Diambil Saat Perang Puputan 1908

Salah satunya adalah keris milik Raja Klungkung. Keris yang diambil Belanda saat Perang Puputan Klungkung itu memiliki nilai historis.

Penglingsir Puri Agung Klungkung, Ida Dalem Smara Putra, mengatakan, keris tersebut diambil pasukan Belanda dari Raja Klungkung saat itu, Raja Dewa Agung Jambe II.

Keris itu diambil dari tangan raja yang gugur dalam Perang Puputan Klungkung pada 28 April 1908.

"Itu keris yang dibawa oleh Raja. Diambil setelah Perang Puputan Klungkung 28 April 1908," ujar Ida Dalem Smara Putra saat dihubungi, Selasa (11/7/2023), melalui sambungan telepon.

Ia menuturkan, ada sejumlah senjata pusaka milik Kerajaan Klungkung yang saat ini tersimpan di luar Bali. Salah satunya yakni keris yang tersimpan di Museum Nasional Indonesia di Jakarta.

"Sebagian sudah ada di Museum Nasional, satu lagi yang akan dikembalikan Belanda," ucapnya.

Pihaknya tak mengetahui pasti bentuk fisik dari keris raja yang akan dikembalikan pihak Belanda itu. Ia juga mengaku belum sempat melihat keris tersebut ketika masih tersimpan di Belanda.

"Kami belum tahu secara pasti, karena sudah diambil sejak generasi orang tua kami masih anak-anak. Di lingkungan puri hanya diceritakan mengenai ada keris yang diambil Belanda," kata dia.

"Mengenai bentuknya, kami belum tahu. Karena keluarga puri yang menjadi saksi kejadian perang itu sudah wafat," lanjutnya.

Pihak Puri Klungkung belum menerima pemberitahuan resmi pengembalian benda pusaka Kerajaan Klungkung tersebut dari pihak Pemerintah Belanda ataupun Dirjen Kebudayaan.

Ia pun merespons positif pengembalian benda bersejarah itu ke Indonesia. Sebelumnya, Puri Klungkung juga pernah menerima pengembalian tombak pusaka dari yayasan Belanda, Westerlaken Foundation.

Tombak itu diserahkan pada 28 April 2020. Saat ini tombak tersebut tersimpan di Museum Semarajaya yang dikelola Pemerintah Kabupaten Klungkung.

Pihaknya pun berharap keris tersebut dikembalikan ke Puri Klungkung selaku ahli waris dari Kerajaan Klungkung.

"Kami menunggu kejelasan di mana akan ditempatkan ataukah dikembalikan pada ahli waris Puri. Kami berharapnya dikembalikan ke kami, atau paling tidak kami diberi kesempatan untuk melihat," sebutnya.

Jika keris tersebut secara fisik diserahkan pada Pihak Puri, akan diupacarai secara Hindu lebih dulu untuk dilakukan pembersihan sebelum disimpan.

https://denpasar.kompas.com/read/2023/07/11/120026678/tentang-keris-klungkung-yang-akan-dikembalikan-belanda-diambil-saat-perang

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com