Salin Artikel

Ayunan Jantra, Permainan Tradisional Bali yang Melambangkan Roda Kehidupan

KOMPAS.com - Ayunan Jantra adalah nama sebuah permainan tradisional Bali yang terbuat dari kayu.

Permainan yang juga dikenal dengan nama ayunan betara ini sudah ada sejak dulu, yang kini menjadi atraksi wisata yang menarik bagi wisatawan domestik maupun mancanegara.

Meski disebut ayunan, bentuk Ayunan Jantra justru lebih mirip dengan bianglala yang berputar naik dan turun, alih-alih hanya berayun ke depan dan ke belakang seperti ayunan pada umumnya.

Bentuk Ayunan Jantra mirip dengan berbentuk tapak dara (swastika) dengan canggah (tiang penopang) sebagai tempat bagi porosnya.

Ayunan ini memiliki empat hingga delapan lengan yang diapit oleh tiang dengan tempat duduk pada bagian atas, bawah, depan dan belakang.

Ayunan Jantra kemudian akan digerakkan dengan cara diputar secara manual.

Karena hanya dimainkan pada saat-saat tertentu, terkadang ada Ayunan Jantra yang bisa dibongkar untuk kemudian dipasang kembali sesuai waktunya.

Makna Ayunan Jantra

Dilansir dari laman Kemendikbud, Ayunan Jantra memiliki filosofi yaitu sebagai gambaran perputaran kehidupan di dunia ini.

Ayunan Jantra dikaitkan dengan roda perputaran nasib, karma, perjalanan hidup mengabdi atau menjalankan kewajiban (swadharma) ketika masuk menjadi karma (warga).

Perputaran roda kehidupan di dunia ini dikaitkan dengan filosofi kelahiran utpeti, kehidupan stiti, kematian praline dan reinkarnasi (numitis/numadi), yaitu lahir kembali ke dunia ini apakah sebagai manusia, binatang/hewan, serangga dan lain-lain.

Hal ini sesuai dengan baik atau buruknya perbuatan seseorang (cubha acubha karma) ketika mereka hidup di dunia sebelumnya

Ayunan Jantra yang Sakral

Meski permainan ini kerap digunakan sebagai sarana hiburan bagi masyarakat, di beberapa tempat di Bali Ayunan Jantra juga disakralkan oleh warga setempat.

Ha lini dapat diamati, salah satunya dari cara pembuatan dan waktu Ayunan Jantra dimainkan.

Hal ini seperti ditemukan pada pembuatan Desa Adat Tenganan Pegeringsingan, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem.

Dilansir dari laman Tribun-Bali.com, Ayunan Jantra di desa ini terbuat dari kayu cempaka yang akan digunakan para daha (perempuan) yang belum nikah.

Daha yang menaiki Ayunan Jantra harus mengenakan pakaian Tenganan Pegeringsingan, yakni kain geringsing.

Kain geringsing adalah kain penolak bala wajib dipakai saat ritual sakral, sehingga daha yang tidak memakainya bisa dikenai sanksi.

Sebelum digunakaan, Ayunan Jantra akan diupacarai lebih dulu memakai damar sentir atau dikenal dengan istilah ngayunan lokan.

Ayunan Jantra yang didirikan berkaitan dengan rangkaian usaba sambah yang dilaksanakan tiap tahun sesuai kalender Tenganan Pegeringsingan.

Hal yang sama juga ditemukan pada pembuatan Ayunan Jantra di Desa Terunyan, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli.

Dilansir dari laman Kemendikbud, dalam pembuatan Ayunan Jantra yang di desa ini dibutuhkan dari dua jenis kayu, yaitu kayu kesuna dan kayu owa.

Kelompok masyarakat di Desa Terunyan yang terdiri dari Sibak Kaje (Sibak Luh) dan Sibak Kelod (Sibak Muani)akan bekerjasama, mulai dari mencari kedua kayu tersebut.

Kayu kesuna akan dicari di hutan sekitar Terunyan oleh warga Sibak Luh dan kayu owa akan dicari oleh warga Sibak Muani.

Selanjutnya tiang ayunan dari kayu kesuna akan ditancapkan oleh warga Sibak Luh di sebelah timur (kaja/utara di Terunyan) dan tiang kayu dari kayu owa akan ditancapkan di sebelah barat (kelod/selatan Terunyan).

Setelah selesai, warga akan menaiki ayunan ini dimulai dari krama Sibak Luh kemudian baru Sibak Muani secara bergantian.

Acara akan diawali dengan upacara Mantening Ayunan untuk memberi sajian kepada Ayunan Jantra.

Upacara ini biasanya dilakukan pada malam hari, karena pada pagi dan siang harinya dipergunakan untuk mempersiapkan bahan-bahan yang diperlukan untuk keperluan sajian.

Sementara waktu penyelenggaraan permainan Ayunan Jantra di Desa Terunyan bertepatan dengan pelaksanaan upacara Ngusaba Gede Lanang Kapat sebagai rangkaian pelaksanaan upacara piodalan di Pura Desa Pancering Jagat.

Permainan tradisional ini juga dapat ditemukan di kawasan Banjar Alangkajeng Mengwi, Desa Mengwi, Kabupaten Badung.

Dilansir dari laman desamengwi.badungkab.go.id, Ayunan Jantra Ayunan Jantra di Desa Mengwi telah ada dari tahun 1994.

Di Desa Mengwi, Ayunan Jantra hanya dimainkan di hari-hari tertentu yaitu pada perayaan Galungan, Kuningan, Tahun Baru dan Ngembak Gni (sehari setelah Nyepi) sebagai wahana bermain anak-anak.

Sumber:
kebudayaan.kemdikbud.go.id  
desamengwi.badungkab.go.id  
bali.tribunnews.com 

https://denpasar.kompas.com/read/2023/08/02/211515178/ayunan-jantra-permainan-tradisional-bali-yang-melambangkan-roda-kehidupan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke