Salin Artikel

Tradisi Kebo Dongol, Warisan Budaya Tak Benda dari Kabupaten Badung

KOMPAS.com - Tradisi Kebo Dongol adalah salah satu tradisi dari Kabupaten Badung, Bali yang ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) pada tahun 2020.

Tradisi ini dilakukan di Banjar Basang Tamiang, Desa Adat Kapal, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, Bali.

Apa Itu Tradisi Kebo Dongol?

Tradisi Kebo Dongol ini berwujud menyerupai kerbau yang hanya boleh dibuat oleh Pemangku Pura.

Kebo Dongol terbuat dari adonan ketan berbentuk kebo (kerbau) yang dihias sedemikian rupa.

Biasanya adonan ketan aka ditancapi bunga kembang sepatu merah (pucuk bang) dengan sanan penyangga dari tebu ratu lengkap dengan bahan nginang yaitu sirih, pamor, gambir, tembakau, dan buah pinang.

Waktu Pelaksanaan Tradisi Kebo Dongol

Tradisi Kebo Dongol menjadi sebuah tradisi sakral yang dilaksanakan masyarakat di setiap 6 (enam) bulan sekali, yaitu setiap Piodalan di Pura Kahyangan Jagat Dhalem Bangun Sakti.

Pura Dhalem Bangun Sakti disungsung oleh 1.015 kepala keluarga (kk) yang tersebar di seluruh pelosok Pulau Bali.

Puja Wali atau Piodalan jatuh pada Hari Budha Wage Langkir dan Ida Bhatara Nyejer selama 3 (tiga) hari.

Pada puncak Puja Wali yaitu pada Hari Buda Wage Langkir umat dari pagi hari berdatangan tangkil ke Pura untuk menghaturkan sembah bakti kehadapan Ida Bhatara dan persembahyangan berakhir sekitar jam 22.00 WITA.

Kemudian pada pukul 23.00 WITA, Upacara Pujawali dan Tradisi Kebo Dongol dimulai, dimana semua Pemangku duduk di Bale Pengaruman termasuk para Serati, Pengayah Pembawa Kebo Dongol untuk memuja Ida Bhatara.

Prosesi Tradisi Kebo Dongol

Sebagai sebuah tradisi yang sakral maka perangkat yang terlibat dalam tahapan Tradisi Kebo Dongol juga tidak bisa dilakukan dengan asal- asalan.

Salah satunya yaitu pembawa Kebo Dongol harus memenuhi kriteria yang sudah ada sejak awal tradisi ini berlangsung.

Kriteria yang dimaksudkan diantaranya seperti pembawa Kebo Dongol hanya dilakukan oleh laki-laki yang merupakan warga Desa Adat Kapal dan dilakukan secara turun temurun.

Laki-laki pembawa Kebo Dongol tersebut harus telah berkeluarga dan merupakan keturunan dari pembawa Kebo Dongol sebelumnya.

Apabila ada pergantian maka harus dilakukan upacara tersendiri sebagai sarana pengukuhan bahwa yang bersangkutan sudah diperbolehkan sebagai pembawa Kebo Dongol.

Makna dan Tujuan Tradisi Kebo Dongol

Makna penting dari Tradisi Kebo Dongol di Desa Adat Kapal yaitu berupa pendalaman terhadap arti penting menjaga hubungan harmonis dalam hidup dan kehidupan yaitu Tri Hita Karana.

Seperti diketahui, Tri Hita Karana adalah tiga hal yang mendasar yaitumenjadikan manusia dengan seisinya harmonis.

Hal tersebut meliputi terwujudnya harmoni kehidupan antara manusia dengan Tuhan (Parahyangan), antara manusia dengan sesama manusia itu sendiri (Pawongan), dan antara manusia dengan lingkungan hidupnya (Palemahan).

Pelaksanaan Tradisi Kebo Dongol pada hakekatnya adalah sebuah persembahan terhadap Para Dewa maupun Bhuta Kala dengan tujuan untuk menyeimbangkan kedua kekuatan tersebut.

Pelaksanaan Upacara Piodalan yang disertai Tradisi Kebo Dongol pada dasarnya untuk menyeimbangkan alam semesta beserta isinya yang pada akhirnya untuk mewujudkan kesucian lahir batin.

Selain itu tradisi ini juga bertujuan untuk menyeimbangkan kembali kehidupan manusia dengan lingkungannya, baik lingkungan sosial maupun lingkungan fisik.

Manusia yang sakit agar segera sembuh begitu pula tanaman pertanian terhindar dari hama penyakit sehingga mendapatkan hasil panen yang baik.

Selain itu, setiap usaha yang dilakukan oleh masyarakat di berkati oleh Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang pada akhirnya dapat mensejahterakan kehidupan masyarakat.

Fungsi Tradisi Kebo Dongol

Ditinjau dari fungsinya Tradisi Kebo Dongol memiliki fungsi filosofi, fungsi historis, dan fungsi Sosiologis.

Fungsi filosofi Tradisi Kebo Dongol adalah untuk memberi arti harmonisasi semesta (Tri Hita Karana), pemberi arti katarsis, pendakian kehidupan, dari tak suci ke kesucian lahir batin, dan pemberi arti merajut rasa toleransi serta kebersamaan.

Fungsi historis Tradisi Kebo Dongol adalah sebagai media penerangan masa lampau dan menjadi media edukatif yang memberi arti penalaran, moral, kebijaksanaan, politik, perubahan dan pendidikan masa depan.

Fungsi Sosiologis Tradisi Kebo Dongol adalah untuk menguatkan bangunan religius masyarakat, sehingga tercapai kesejahteraan, edukasi dan membina kerukunan dan persatuan antar warga Desa Adat Kapal di Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung.

Sumber:
kik.dgip.go.id  
bridasentraki.baliprov.go.id  
warisanbudaya.kemdikbud.go.id   
bali.tribunnews.com .  

https://denpasar.kompas.com/read/2023/08/21/194831578/tradisi-kebo-dongol-warisan-budaya-tak-benda-dari-kabupaten-badung

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke