Salin Artikel

Sehari Sebelum Lift di Ubud Bali Jatuh, Korban Sempat Mengeluh Naik Turun Tangga karena Lift Rusak

Peristiwa tersebut terjadi di salah satu resort di Banjar Kedewatan Let, Desa Kedewatan, Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar, Provinsi Bali,

Diduga lift jatuh karena tali seling putus.

"Terjadinya peristiwa kecelakaan kerja tersebut diduga pada saat ke 5 orang korban tersebut hendak naik keatas dan sudah hampir dekat dengan titik pemberhentian lift, tiba - tiba tali seling yang terbuat dari baja sebagai penarik tabung lift putus," kata Kapolsek Ubud Kompol I Made Uder dalam keterangan tertulis, Jumat.

"Dimungkinkan tali seling terbuat dari baja tersebut tidak kuat menarik beban ke atas yang cukup berat dan safety pengganjal atau rem tidak berfungsi," sambungnya.

Sempat keluhkan naik turun tangga

Salah satu korban tewas adalah Kadek Hardiyanti atau yang akrab dipanggil Dek Ani. Korban berencana menikah dengan kekasihnya, Ngurah Krisna pada akhir tahun.

Ngurah Krisna mengatakan, sehari sebelum tragedi lift maut itu, Dek Ani sempat curhat padanya soal kakinya yang sakit, karena harus naik turun tangga membawa breakfast.

Menurut Dek Ani ia harus naik turun tangga dikarenakan lift yang ada di resort sedang rusak.

"Sekarang liftnya rusak, besoknya sudah dipakai liftnya dan ada kejadian itu," ungkapnya.

Di hari kejadian, Ngurah Krisna dihubungi rekan kerja kekasihnya dan diminta untuk datang ke Ayu Terra Resort Ubud.

Ia pun bergegas mendatangi lokasi untuk mencari tahu apa yang terjadi.

"Saat telepon itu rekannya tidak mengatakan kejadian ini. Hanya meminta saya agar segera datang karena penting. Saya saat itu juga tidak ada firasat apapun. Yang ada dipikiran saya hanya Dek Ani pingsan. Karena dia punya penyakit maag," ungkapnya.

Krisna sempat penasaran karena banyak polisi di lokasi. Saat itu ia diberitahu oleh rekan kekasihnya, jika baru saja terjadi musibah tali lift putus.

"Saya kemudian tanya bagaimana kondisi Dek Ani. Tapi tetap tidak dikasih tahu. Di situ saya berharap tidak terjadi apa-apa dengan pacar saya," kata dia.

"Hingga akhirnya saya diberi tahu bahwa Dek Ani sudah meninggal dunia, dan jenazahnya telah dievakuasi. Barulah dari situ saya informasikan ke keluarganya," ucap dia.

Sementara itu Pande Merta, paman korban Kadek Hardiyani mengatakan pihak manajemen resort akan memberi santunan uang senilai Rp 35 juta ke tiap korban.

Meski demikian pihaknya meminta agar proses hukum tetap berjalan.

"Kami ingin kejelasan apa penyebab tali lift bisa putus, biar tidak terulang lagi ke depannya. Sebab musibah ini sampai mengakibatkan 5 korban. Kalau masalah santunan itu kan kemanusiaan," ujarnya.

Jenazah Dek Ani telah dikebumikn pada Sabtu (2/9/2023). Sementara upacara ngaben akan dilaksanakan secara masal.

"Kalau di sini pelaksanaan ngaben massal dilaksanakan lima tahun sekali. Kebetulan pelaksanaan (ngaben) terakhir baru dua bulan lalu," ucapnya.

Dek Ani merupakan karyawan tetap di Ayu Terra Resort Ubud. Ia telah bekerja di tempat tersebut selama lima tahun sebagai butler (kepala pelayan).

Sementara itu Kadek Partini, ibu dari korban Kadek Yanti Pradewi mengaku sangat terpukul atas kepergian anak perempuan pertamanya.

Bahkan menurutnya, ia tak hanya kehilangan sang anak, tapi juga kehilangan empat korban lainnya.

Kadek Partini mengatakan anaknya dan empat korban lainnya merupakan sahabat dekat yang memiliki hubungan baik dengannya.

"Lima orang korban itu sahabatan baik. Jadi saya tidak hanya kehilangan satu anak, tetapi lima anak sekaligus," ujar dia, Minggu.

Saat ini, kasus yang menewaskan lima orang pegawai resort tersebut ditangani Satreskrim Polres Gianyar.

"Tetapi kita sebenarnya sudah tahu gambaran jelasnya bagaimana kejadian ini bisa terjadi. Tapi kita di sini tak menduga-duga. Pembuktiannya nanti secara scientific investigation. Jadi nanti ada dari Labfor Inafis Polda Bali datang ke sini untuk melakukan oleh TKP," ujar Ario Seno.

Terkait penentuan status ada tersangka atau tidak, kata dia, nanti akan ditentukan juga oleh saksi ahli dan hasil dari Bid Labfor Polda Bali.

"Nanti pada saat penentuan siapa yang salah, bagaimana ini bisa terjadi, dan penyebabnya apa, itu nanti bukan kami menentukan," kata dia.

"Tapi dari saksi ahli. Kami sifatnya tidak menduga-duga. Kami menyambungkan keterangan dari Bid Labfor dan saksi ahli. Barulah nanti kita akan temukan siapa yang salah dalam hal ini," ujarnya.

Terkait perawatan lift tersebut, Ario Seno mengatakan pihaknya telah meminta keterangan teknisi.

"Sementara kita belum pemeriksaan pada pemilik. Tapi tadi kita lakukan pemeriksaan pada teknisi. Diketahui bahwa kalau lift-nya memang ada bunyi atau yang aneh baru diperiksa," kata dia.

"Jadi kami duga, maintenance-nya kurang. Nanti kita akan dalami, baik teknisi maupun kontraktor yang melakukan pemasangan nanti kita periksa," ujarnya.

Ario Seno mengatakan, panjang track lift tersebut 65 meter. Namun saat kejadian, tubuh korban terpental cukup jauh.

"Saat ini, resort masih buka seperti biasa. Tapi kita larang untuk melakukan aktivitas di kawasan TKP," kata dia.

"Lift itu sebelumnya digunakan oleh tamu dan karyawan untuk akses ke kamar dan kolam renang paling bawah. Saat ini, aktivitas resort menggunakan tangga manual," ujar Ario Seno.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Yohanes Valdi Seriang Ginta | Editor : Krisiandi), Tribun Bali

https://denpasar.kompas.com/read/2023/09/05/081800078/sehari-sebelum-lift-di-ubud-bali-jatuh-korban-sempat-mengeluh-naik-turun

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com