Salin Artikel

Mengenal Wae Rebo: Rumah Adat, Budaya, dan Cara Menuju

KOMPAS.com - Wae Rebo adalah desa adat kecil yang terletak di pegunungan terpencil, Kampung Satar Lenda, Kecamatan Satar Mese Barat, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur.

Lokasi Desa Wae Rebo tepatnya berada di barat daya Kota Ruteng.

Letak Desa Wae Rebo berada di ketinggian sekitar 1.000 meter di atas permukaan laut. Tempat tersebut layak disebut sebagai surga di atas awan.

Wae Rebo merupakan desa wisata yang menyimpan potensi wisata unik dengan pemandangan khas pegunungan, 7 rumah adat, dan budaya lokal.

Wilayahnya disebut sebagai desa terindah di Indonesia dan sama sekali tidak ada sinyal hp.

Kawasan Desa Wae Rebo juga memiliki sumber mata air yang digunakan untu mencuci, mandi, dan minum sehari-hari.

Sumber mata air tersebut bernama Sosor. Ada dua jenis sosor, yaitu Sosor Pria dan Sosor Wanita.

Wae Rebo

Rumah Adat Wae Rebo

Pengunjung akan melihat pemandangan alam yang indah saat tiba di Desa Wae Rebo, berupa gunung-gunung yang saling berpadu.

Hamparan rerumputan hijau dengan sapuan kabut memberikan suasana megis, tenang, dan damai.

Masyarakat setempat akan menyambut pengunjung dengan ramah.

Pemandangan unik di desa tersebut adalah 7 rumah adat berbentuk kerucut yang telah bertahan selama 19 generasi. Rumah adat terletak di puncak bukit yang hijau.

Rumah adat memberikan kesan tersendiri bagi wisatawan yang berkunjung.

Nama rumah adat Wae Rebo adalah Mbaru Niang, yang terbuat dari kayu beratapkan ilalang yang dianyam.

Bentuk rumah Mbaru Niang mengkerucut ke atas, sebagai hasil arsitektur tradisional yang unik.

Arsitektur bangunannya memiliki unsur Minang, yaitu pada Niang Dangka atau atap Mbaru Niang.

Tujuh rumah Mbaru Niang berkumpul di lahan luas yang hijau dengan bukit-bukit indah di sekelilingnya. Udara sekitar masih terasa sejuk karena dikelilingi hutan.

Desa Wae Rebo merupakan desa bersejarah yang menjadi warisan budaya dunia UNESCO pada 2012 lalu.

Desa Wae Rebo juga termasuk 50 besar desa wisata terbaik dalam Ajang Desa Wista Indonesia (ADWI) 2021.

Budaya Wae Rebo

Adat kebudayaan masyarakat Desa Wae Rebo telah berbaur dengan kebiasaan penduduk Flores.

  • Upacara adat Penti

Budaya Wae Rebo masih sangat kental, yaitu upacara adat Penti. Upacara Penti adalah salah satu upacara adat bagi masyarakat Manggarai, Flores, NTT.

Upacara tersebut sebagai bentuk syukur kepada Tuhan dan roh leluhur atas harapan yang telah diterima selama setahun ini.

  • Rangku Alu 

Ragam seni budaya lainnya berupa rangku alu. Permainan tarian yang dilakukan empat orang dengan memegang empat tongkat bambu.

Permainan itu menggunakan tongkat membentuk palang yang digerak-gerakkan. Sedangkan, orang lain harus melewati bagian celah yang tidak terjepit bambu.

  • Tarian Caci

Bentuk budaya lainnya adalah Tarian Caci, sebagai salah satu bentuk refleksi diri dari kebudayaan dan kehidupan masyarakat Wae Rebo.

  • Tenun

Produk kerajinan tangan Desa Wae Rebo berupa kerajinan tenun. Kain tenun bermotif Manggarai mirip bunga dengan warna cerah.

  • Hasil kebun

Desa Wae Rebo juga memiliki kebun kopi. Wisatawan yang berkunjung biasanya akan dihidangkan kopi Flores yang nikmat. Ada juga madu hutan.

Cara Menuju Ke Wae Rebo

Bagi wisatawan yang ingin menuju Desa Wae Rebo perlu untuk mempersiapkan fisik yang prima. 

Perjalanan menuju Desa Wae Rebo akan dilakukan dengan berjalan kaki sekitar 4 hingga 5 jam.

Waktu tempuh yang dibutuhkan dapat lebih panjang, tergantung fisik karena trekking akan dilakukan dengan mendaki sekitar 7 Km.

Wisatawan yang ingin menuju Desa Wae Rebo dapat memulai perjalanan dari Kota Ruteng, NTT.

Perjalanan udara dari Denpasar (Bali) dapat langsung menuju Ruteng.

Jika tidak ada penerbangan, Anda dapat menggunakan travel dari Labuan Bajo, ibu kota Kabupaten Manggarai Barat menuju Ruteng.

Tiba di Ruteng perjalanan dilanjutkan ke Desa Denge atau Dintor dengan waktu tempuh sekitar 2 jam. Desa Denge merupakan desa terakhir yang dapat diakses kendaraan.

Perjalanan menuju Denge dapat menggunakan ojek atau truk kayu, yang biasa dapat ditemui di Terminal Mena dengan jam operasional 09.00-10.00.

Jika ingin lebih hemat dapat menggunakan truk kayu, sayangnya angkutan ini tidak setiap saat beroperasi.

Desa Denge terdapat home stay yang dapat digunakan untuk menginap. Fasilitas lain berupa pusat informasi dan perpustakaan.

Perjalanan selanjutnya ditempuh dengan berjalan kaki menuju Desa Wae Rebo sekitar 4 hingga 5 jam.

Tiba di Desa Wae Rebo, wisatawan menumpang di rumah adat masyarakat setempat jika ingin menginap.

Karena di desa tersebut, tidak ada home stay atau penginapan.

Sumber:

travel.kompas.com

kemenparekraf.go.id

repo.apmd.ac.id

https://denpasar.kompas.com/read/2023/11/16/190413778/mengenal-wae-rebo-rumah-adat-budaya-dan-cara-menuju

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com