Salin Artikel

Wisatawan Jalan Kaki ke Bandara Ngurah Rai akibat Macet, Asita: Bali Harus Berbenah

Desakan tersebut muncul menyusul kemacetan di Bali yang semakin parah sampai mengakibatkan wisatawan terpaksa berjalan kaki dari tol menuju Bandara I Gusti Ngurah Rai.

"Kami dari industri mendorong pemerintah lebih banyaklah memberi perhatian terhadap infrastruktur pariwisata karena bagaimana pun juga Bali hidupnya dari pariwisata," kata Ketua Asita Bali Putu Winastra saat dihubungi melalui sambungan telepon, Sabtu (30/12/2023).

Menurutnya, sejumlah turis berjalan kaki ke bandara dan temuan kemacetan di sejumlah titik destinasi wisata memberikan citra buruk terhadap pariwisata Bali.

"Sebenarnya kalau berbicara macet sudah sering. Namun, para penumpang tidak bisa ke airport sampai akhirnya jalan kaki karena takut ketinggalan pesawat. Ini kan membawa dampak buruk terhadap destinasi," katanya.

Winastra khawatir Bali tidak lagi menjadi destinasi favorit wisatawan domestik dan mancanegara jika infrastruktur jalan tidak segera diperbaiki.

"Kalau tidak dicarikan solusi dan terus-menerus seperti ini, ya kami takut Bali akan kehilangan wisatawan karena mereka ke Bali jadi tidak nyaman lagi. Buat apa mereka jauh-jauh dari Eropa misalnya, sampai di Bali dia mau kemana-mana harus berjam-jam," katanya.

Pusat kemacetan di Bali berada di ojek wisata seperti Kuta, Jimbaran, Seminyak, Canggu, Begudul, dan lainnya. Menurut Winastra, ada beberapa hal penyebab kemacetan tersebut.

Yakni, objek wisata di daerah tersebut merupakan tempat favorit wisatawan menghabiskan libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) 2024 di wilayah.

Kemudian, wisatawan terutama dari Jawa memilih menggunakan mobil pribadi karena harga tiket pesawat mahal.

Para petugas kepolisan dan dinas perhubungan tidak sigap mengantisipasi kemacetan dan egoisme pengendara dalam berkendara.

"Kemacetan kemarin itu memang unpredictable ya, karena ternyata tahun ini banyak sekali kendaraan di luar Bali datang ke Bali yang menyebabkan terjadinya penumpukan arus lalu lintas terutama di pusat-pusat kepariwisataan seperti Kuta, Jimbaran, Seminyak, Canggu dan sebagainya," katanya.

Winastra merekomendasikan langkah mengatasi macet berupa membangun fly over, MRT atau LRT. Winastra heran rencana membangun infrastruktur jalan di Bali masih menjadi wacana.

"Jadi Bali ini harus berbenah, jangan sampai kita dininabobokkan dengan award-award Bali jadi nomor 1 dan sebagainya, sekarang kan faktanya kemacetan," katanya.

Polda Bali mencatat jumlah kendaraan masuk Bali hingga 19-29 Desember 2023 mencapai 56.998 unit dan jumlah kendaraan keluar Bali 49.628 unit atau sekitar 100.000 lebih penumpang.

Sementara itu, jumlah wisatawan masuk ke Bali sudah mencapai 741.238 orang.

https://denpasar.kompas.com/read/2023/12/30/182254578/wisatawan-jalan-kaki-ke-bandara-ngurah-rai-akibat-macet-asita-bali-harus

Terkini Lainnya

Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
 Jember Borong 5 Penghargaan dalam Sepekan
Jember Borong 5 Penghargaan dalam Sepekan
Regional
Banjir Bandang di Padang Masa Kolonial Belanda
Banjir Bandang di Padang Masa Kolonial Belanda
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com