Salin Artikel

TPA Bengkala Buleleng Terbakar, Asap Mengganggu Warga

Pusat pembuangan sampah terbesar di Buleleng tersebut sudah mulai terbakar sejak sepekan terakhir pada Kamis (28/12/2023) hingga Selasa (2/1/2024) petang.

Kebakaran TPA disebut terjadi karena adanya ledakan gas metan akibat cuaca panas.

Pada saat kebakaran awal, api sempat berhasil dipadamkan petugas. Namun api kembali muncul pada keesokan harinya, Jumat (29/12/2023) hingga kemarin.

Petugas terus berupaya memadamkan api di kawasan TPA yang terbakar. Pemadaman dilakukan dengan menyiram dan mengeruk dasar sampah menggunakan alat berat.

Kepala Desa Kubutambahan, Gede Pariadnyana mengatakan, asap dari kebakaran TPA itu mengarah sampai ke desanya.

Bau yang ditimbulkan sampah yang terbakar mengganggu warga setempat pada malam hari saat angin mengarah ke laut.

"Baunya dirasakan dari jam 8 itu mulai sampai jam 12 malam. Masih bisa ditoleransi, masyarakat kalau tidak kuat mereka pakai masker," ujarnya, Rabu (3/1/2024) di Buleleng.

Ada dua banjar di Desa Kubutambahan yang merasakan dampak dari kebakaran TPA tersebut, yakni Banjar Tegal dan Banjar Pasek.

"Masyarakat sudah pakai masker sendiri aja. Untuk di Banjar Pasek ada 1.000 KK yang terdampak," imbuh dia.

Pariadnyana menyebut, dari informasi yang diperoleh bau asap terbakarnya sampah di TPA Bengkala ini, juga sampai hingga Banjar Dinas Alas Harum, Desa Bungkulan.

Sementara itu, Pj Bupati Buleleng Ketut Lihadnyana menyebutkan, asap akibat kebakaran sampah di TPA saat ini sudah mengecil.

Pihaknya kini tengah melakukan penataan untuk meratakan sampah yang menggunung.

Alat berat pun difokuskan untuk meratakan gundukan sampah tersebut. Bahkan beberapa alat berat yang didatangkan dengan meminjam dari Pemprov Bali.

"Asapnya itu sekarang kita ratakan, dibawah asapnya sekarang sudah mengecil. Kami akan dimintakan bantuan tandon air, agar bisa cepat teratasi," katanya.

Selain untuk memadamkan api, perataan gundukan sampah juga untuk mengantisipasi saat musim hujan. Sehingga saat musim hujan sampah-sampah tersebut tidak menggunung.

Penataan juga dilakukan pada saluran air yang ada di TPA. "Di pinggir itu dicari got-got, pada saat hujan biar airnya meresap ke bawah," lanjutnya.

https://denpasar.kompas.com/read/2024/01/03/110343978/tpa-bengkala-buleleng-terbakar-asap-mengganggu-warga

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com