Salin Artikel

4 Kebijakan Baru Menhub di STIP Buntut Senioritas Berujung Tewasnya Taruna Tingkat I

Tindakan penganiayaan berujung maut yang terjadi pada Jumat (3/5/2024) tersebut merupakan buntut dari arogansi senior di sekolah kedinasan itu.

Berikut empat kebijakan baru yang akan diterapkan Menhub di STIP:

Aturan soal seragam

Menhub akan mengubah ketentuan pemakaian seragam di STIP yang berada di bawah naungan Kementerian Perhubungan itu.

Menhub bakal menghilangkan atribut kepangkatan demi memutus rantai senioritas mulai pekan depan.

"Atribut ini juga membuat adanya gap senior dan junior oleh karenanya serta merta minggu depan, semua atribut kita hilangkan," kata Menhub usai melayat ke rumah duka di Desa Gunaksa, Kabupaten Klungkung, Bali, Kamis (9/5/2024).

Kemudian, Menhub juga mengatur soal pemakaian seragam lain agar lebih humanis.

"Tidak tiap hari menggunakan seragam itu (kedinasan) Satu hari pakai pakaian putih, satu hari pakaian batik, di hari libur mereka pakai pakaian bebas," ujar dia.

Menunda penerimaan siswa baru

Budi Karya juga berencana menunda penerimaan mahasiswa baru untuk angkatan 2024-2025.

Hal itu dilakukan untuk memutus "tradisi buruk" di STIP.

"Dalam jangka pendek, kami akan mempertimbangkan untuk melakukan moratorium di satu angkatan itu kita enggak terima. Tujuannya agar memutus tradisi jelek sehingga tidak ada lagi istilah senior dan junior," kata dia.

Tak wajib asrama untuk tingkat II

Kebijakan selanjutnya adalah tidak mewajibkan mahasiswa atau taruna-taruni tingkat II untuk tinggal di asrama.

Mereka bisa tinggal di rumah kos yang dekat dengan lokasi kampus.

"Bahkan yang akan datang, kami hanya memberikan tempat asrama hanya tingkat I. Tingkat II kita minta untuk tinggal di sekitar kampus dan kami memberikan kesempatan orangtua turut mengasuh sebagai satu komite sehingga proses-proses evaluasi dan proses koreksi itu bisa terjadi dengan serta merta," katanya

Ubah kurikulum

Menhub pun akan mengevaluasi dan mengubah kurikulum di sekolah kedinasan tersebut.

Hal tersebut untuk menyesuaikan kebutuhan pendidikan sesuai dengan usia para mahasiswa.

"Jadi mahasiswa STIP vokasional harus dibuat sibuk yang bersifat positive humanity. Dan kita juga tahu kebutuhan milenial dan kelompok Z sekarang sudah enggak boleh seperti pendidikan masa lalu," ujarnya.

Empat tersangka

Putu Satria Ananta Rastika (19), taruna tingkat I, tewas usai dianiaya oleh seniornya di kamar mandi STIP, Jumat (3/5/2024).

Satreskrim Polres Metro Jakarta Utara mulanya menetapkan satu senior bernama Tegar Rafi Sanjaya (21) dalam kasus ini.

Polisi lalu kembali menetapkan tiga orang senior sebagai tersangka. Mereka ialah A,W , dan K.

Tegar berperan memukul ulu hati Putu dan menutup jalan pernapasan juniornya tersebut.

Sedangkan A adalah orang yang pertama kali memanggil Putu. Sedangkan W dan K memprovokasi hingga terjadi penganiayaan.

Sumber: Kompas.com (Kontributor Denpasar, Yohanes Valdi Seriang Ginta)

https://denpasar.kompas.com/read/2024/05/10/101537378/4-kebijakan-baru-menhub-di-stip-buntut-senioritas-berujung-tewasnya-taruna

Terkini Lainnya

Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
 Jember Borong 5 Penghargaan dalam Sepekan
Jember Borong 5 Penghargaan dalam Sepekan
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com