Salin Artikel

Warga Bali Bakar Spanduk Foto Senior STIP yang Jadi Tersangka Saat Upacara Ngaben Korban

Pasalnya, salah satu putra terbaik desa setempat, Putu Satria Ananta Rustika (19), taruna tingkat satu Sekolah STIP Jakarta, tewas dalam kondisi mengenaskan di tangan seniornya bernama Tegar Rafi Sanjaya (21) pada Jumat (3/5/2024).

Rasa kekecewaan itu mereka sampaikan dalam bentuk spanduk bergambar foto tersangka berisi tulisan "Senioritas Bukan Pangkat untuk Membunuh".

Spanduk berukuran 2x2 meter tersebut dipasang di Setra (kuburan) Adat Gunaksa tempat upacara ngaben (pembakaran jenazah umat Hindu Bali).

Bahkan, para pemuda desa setempat juga tampak membakar spanduk tersebut selama proses pengabenan Putu Satria, Jumat (10/5/2024).

Nyoman Budiarta, selaku paman Satria mengatakan spanduk tersebut dibuat atas inisiatif pemuda desa setempat. Mereka bersimpati atas peristiwa yang menimpa Putu Satria.

"Itu (pemasangan spanduk tersangka) sepengetahuan keluarga. Itu (dibuat oleh) teman-teman dia yang simpati sama Satria. Karena Satria orangnya baik, mudah bergaul, supel," kata dia di lokasi, Jumat.

Budiarta mengatakan warga desa setempat berharap ke depannya tidak ada lagi korban kekerasan akibat tradisi senioritas di sekolah kedinasan naungan Kementerian Perhubungan tersebut.

"Supaya orang-orang tahu. Ini tersangkanya. Masyarakat Gunaksa membenci kekerasan. Dan ini simbol tidak ada kekerasan lagi, cukup Satria saja. Satu. Masyarakat Gunaksa mengutuk keras perbuatan tersangka itu," katanya.

Dari pantauan Kompas.com, upacara ngaben untuk jenazah Putu Satria berlangsung pada pukul 13.00 Wita.

Sebelum prosesi Ngaben, pihak STIP juga melaksanakan upacara kedinasan sebagai bentuk penghormatan terakhir.

Dalam upacara disebutkan bahwa Putu Satria merupakan Taruna Muda Jurusan teknikal II Bravo.

Kemudian, Putu Satria lolos menjadi taruna muda melalui jalur pola pembibitan angkatan 66 dan dipercaya sebagai mayoret utama duta sapta bahari angkatan 66.

Upacara kedinasan ini dihadiri oleh teman satu angkatan Satria baik dari STIP dan semasa duduk di bangku sekolah di Bali, kelompok pemuda desa dan warga setempat.

Upacara itu juga dihadiri oleh para pejabat pemerintah setempat. Keluarga dan warga tampak berbondong-bondong menghantarkan jenazah Satria ke penguburan.

Sebagai informasi, Putu tewas dianiaya seniornya, Jumat (3/5/2024). Polisi kini telah menetapkan empat senior STIP sebagai tersangka dalam kasus ini.

Mulanya polisi menetapkan Tegar Rafi Sanjaya (21) sebagai tersangka setelah Tegar memukuli Putu di bagian ulu hati dan menutup jalur pernapasan korban. 

Selanjutnya polisi menetapkan tiga tersangka lain yakni A, W, dan K. Mereka berperan memanggil Putu dan melakukan provokasi sehingga terjadi penganiayaan.

https://denpasar.kompas.com/read/2024/05/10/144722578/warga-bali-bakar-spanduk-foto-senior-stip-yang-jadi-tersangka-saat-upacara

Terkini Lainnya

Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Demi Dapat Internet, Warga Padati Kantor Bupati Aceh Tengah: Ada Mahasiswa Kerjakan Tugas, atau Hubungi Keluarga
Regional
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
KUHAP Sudah Diketok, tapi Aktivis Gen Z Sukabumi Tetap Resah, Kenapa?
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com