Produk tersebut pun banyak digemari pelanggan mancanegara. "Animonya tinggi, antrean banyak dari luar negeri," kata Co-Founder Tuksedo Studio Laksmana Gusti Handoko.
Dia memberikan penjelasan di sela serah terima mobil klasik pesanan konsumen dalam negeri di Sukawati, Kabupaten Gianyar, Bali, Jumat (10/5/2024) kemarin.
Ia mencatat, ada 30 antrean yang berasal dari pecinta mobil klasik sejumlah negara di Timur Tengah, Amerika Serikat, dan beberapa negara di Eropa.
Namun, produksi dan pengiriman untuk pemesanan konsumen internasional belum dapat dilakukan ke luar negeri, karena perlu menyesuaikan dengan aturan ekspor.
"Kalau kami mau jual ke luar negeri, kami tidak boleh memasarkan sesuai merek kendaraan mereka tapi sebagai Tuksedo," imbuh dia.
Ia menambahkan, industri kreatif miliknya dapat memproduksi mobil klasik karena desain kendaraan tersebut sudah kedaluwarsa.
Lalu, selama pabrikan tersebut tidak mengeluarkan model yang sama, pihaknya diperbolehkan merakit mobil klasik sesuai bentuk aslinya.
Sementara itu, dari 20 unit mobil klasik yang telah rampung, 10 unit di antaranya sudah diserahterimakan kepada para konsumen Tanah Air.
Salah satunya pembeli asal Jakarta, R Adi Yunadi yang memesan Porsche 356 Cabriolet beredar rentang tahun 1950an.
Pengerjaan mobil klasik itu dilakukan selama sekitar satu tahun dengan 80 orang tenaga kerja yang sekaligus merupakan pekerja seni yang bergerak di sektor industri kreatif segmentasi otomotif.
Ada pun mesin mobil klasik Cabriolet itu menggunakan mesin baru pabrikan mobil Volkswagen (VW) dengan kisaran harga total hingga Rp 2 miliar, lengkap dengan dokumen surat kendaraan.
Saat ini, studio tersebut sedang mempersiapkan produksi lima unit mobil klasik lainnya dengan rata-rata waktu pengerjaan sekitar 6-12 bulan.
Ada pun harganya bervariasi mulai Rp 1,9 miliar hingga yang paling mahal Rp 5 miliar yakni jenis Gullwing Mercedes Benz, dari harga asli mobil klasik itu dibanderol mencapai sekitar Rp 60 miliar.
https://denpasar.kompas.com/read/2024/05/11/065001578/mobil-klasik-hand-made-dari-bali-digemari-pasar-mancanegara