Salin Artikel

Taman Narmada di Lombok: Sejarah, Daya Tarik, Harga Tiket, dan Rute

KOMPAS.com - Taman Narmada terletak di Desa Lembuak, Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat.

Taman Narmada adalah tempat wisata berupa replika Gunung Rinjani dan Danau Segara Anak.

Obyek wisata ini biasanya ramai dikunjungi wisatawan pada Sabtu dan Minggu.

Taman Narmada

Sejarah Taman Narmada

Taman Narmada yang memiliki luas sekitar 3 hektare dibangun oleh Raja Anak Agung Gde Ngurah Karang Asem pada tahun 1727 M, sebagain literatur menyebutkan tahun 1805 M.

Tempat tersebut menjadi pemujaan dan peristirahatan raja pada musim kemarau dan sering digunakan sebagai tempat upacara keagamaan umat Hindu.

Semula penduduk asli Pulau Lombok yang menganut agama Hindu merayakan Upacara Pujawali dengan mendaki Gunung Rinjani dan memberikan sesaji kepada dewa di puncak Gunung Rinjani.

Upacara Pujawali adalah upacara persembahan kepada Ida Bhatara.

Raja yang semakin tua tidak mampu lagi untuk mendaki Gunung Rinjani yang mempunyai ketinggian 3.726 meter di atas permukaan laut.

Pada akhirnya, raja membuat replika Gunung Rinjani yang bernama Narmada.

Pada saat itu, Taman Narmada adalah tempat khusus untuk memuja Dewa Siwa dan juga sebagai tempat peristirahata raja.

Taman Narmada di desain berbentuk gunung. Sumber mata air yang jernih mengaliri tiga kolam yang berada di bawah taman tersebut.

Pada bagian atas taman terdapat pura yang bernama Pura Kalasa. Pura tersebut dapat dicapai dengan menaiki anak tangga seperti tengah mendaki Gunung Rinjani.

Daya Tarik Taman Narmada

Taman Narmada memiliki sepot wisata yang dapat dinikmati oleh wisatawan.

Ada kolam renang yang menjadi favorit para pengunjung, terutama wisatawan domestik. Sementara, wisatawan mancanegara lebih suka mengetahui sejarah taman.

Spot wisata lain berupa Telaga Ageng yang menjadi replika Segara Anakan Gunung Rinjani. Letak telaga berada di sebelah pemandian raja atau yang saat ini telah menjadi kolam renang umum.

Taman tersebut juga memiliki pura yang bernama Pura Narmada. Pura tersebut merupakan salah satu dari delapan pura tertua di Pulau Lombok.

Spot lain yang banyak dikunjungi adalah titik air awet muda, jika meminum air tersebut dipercaya dapat membuat awet muda.

Harga Tiket Masuk Taman Narmada

Bagi pengunjung yang ingin berwisata di Taman Narmada akan dikenakan tiket masuk sebesar Rp 10.000.

Harga tiket dapat berubah sewaktu-waktu.

Rute Taman Narmada

Jarak tempuh Taman Narmada dari Kota Mataram sekitar 12,5 kilometer dengan waktu tempuh kurang lebih 25 menit.

Perjalanan dapat dilakukan melalui Jalan Airlangga, Jalan Catur Warga, Jalan Panca Usaha, Jalan Tumpang Sari, dan Jalan Raya Mataram-Sikur.

Sumber:

lombok.tribunnews.com

travel.kompas.com (Kontributor Banyuwangi: Ira Rachmawati)

Google Maps
lombokbaratkab.go.id

https://denpasar.kompas.com/read/2024/07/11/212654678/taman-narmada-di-lombok-sejarah-daya-tarik-harga-tiket-dan-rute

Terkini Lainnya

Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Dukung Konservasi, Bulog Kembangkan Jambu Air Camplong di Sampang
Regional
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Jelang Nataru, KAI Edukasi Keselamatan di Perlintasan Sebidang Surabaya Gubeng
Regional
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Angka Stunting Jember Tertinggi Se-Jatim, Pemkab Gaspol Program Pencegahan
Regional
Tersangka dari Balai Kota
Tersangka dari Balai Kota
Regional
Saat Ungkapan 'Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua' Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Saat Ungkapan "Anak-anak Harus Hidup Lebih Baik dari Orangtua" Terngiang di Pikiran Gus Fawait...
Regional
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Berdesakan, Lama, dan Kurang Sat Set, Dirasakan Generasi Milenial hingga Z saat Naik Angkutan Kota
Regional
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Misteri Angka di Kayu Gelondongan Pasca Banjir Sumatera
Regional
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Gus Fawait: Jangan Saling Lempar Tanggung Jawab soal Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Ini Solusi Gus Fawait Mengentaskan Warga Miskin Ekstrem di Tengah Lahan BUMN
Regional
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Warga Tinggal di Tengah Lahan BUMN Disebut Sejahtera, Bisa Beli Mobil dan Umrah
Regional
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan 'CSR', tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Warga di Tengah Lahan BUMN Bisa Dapat Bantuan "CSR", tapi Harus Ajukan Proposal Dulu
Regional
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Kisah Habibie-Ainun Versi Miskin Ekstrem di Ujung Bukit Perhutani...
Regional
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Warga Miskin Ekstrem di Lahan BUMN Pakai Panel Surya untuk Penerangan
Regional
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Saniman dan Gira: Hidup Serabutan di Lahan BUMN, Menunggu Reforma Agraria
Regional
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Di Persimpangan Sawit, Gajah Tesso Nilo Makin Terhimpit
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com